Lahat ng Kabanata ng DALAM DEKAP DERITA: Kabanata 11 - Kabanata 20
52 Kabanata
#11
Tatu mencoba memuka pintu kamar Josh. Sialnya, lelaki itu mengunci dari luar, entah apa yang ada di pikirannya. Padahal Tatu tak berencana kabur, percuma saja ‘kan? Sudah lewat tengah malam. “Josh!” Tatu masih tidak menyerah memanggil. Setelah terbangun tadi dan tak menemukan Josh di sampingnya. Tatu mengabaikan kantuk dan rasa lelah, ia segera ke kamar mandi mencuci muka lalu mencari baju. Ia termangu di depan almari, antara lega dan juga merasa tak mempunyai harga diri. Tumpukan baju yang Josh persiapkan untuknya masih tersusun rapi. Lengkap, mulai dari pakaian dalam hingga dress. Dengan lemas ia menarik celana panjang dan sweater segera memakainya. Bunyi kunci yang diputar, memaksa Tatu untuk mundur. Dan Josh berdiri dengan celana pendek yang menggantung tak sopan di pinggang rampingnya. “Ada apa, Baby? Kenapa bangun? Apa lapar lagi?” tanya Josh perhatian. Tatu menggeleng, mengabaikan Josh. Ia berjalan keluar kamar, menuju dapur dan mengambil air minum. “Siapa tadi yang dat
Magbasa pa
#12
Tatu mengusap air matanya kasar, ia seharusnya tak menjadi lemah. Sudah terbiasa diabaikan sejak kecil, seharusnya dia tidak terbawa perasaan. Ibunya memang seperti itu ‘kan? Entah bagaimana perlakuan ayah tirinya saat pria itu datang nanti. Setelah ibunya kembali, Tatu segera makan. Mandi dan mengunci kamar. Ia menyumpal telinganya dengan earphone, mencoba mengistirahatkan badannya yang lelah dan matanya yang sudah memberat. Hampir empat jam ia mengistirahatkan otak dan tubuhnya. Suara langkah kaki di luar kamarnya membuatnya terjaga. Dan riuh suara tawa yang terdengar tak terlalu jauh membuat tatu berdecak. Pasti kawan-kawan preman sang ayah tiri. Sepertinya pulang ke rumah orang tuanya bukan pilihan yang tepat. Ini sama saja seperti keluar dari kandang buaya masuk ke dalam mulut ular. Tatu duduk di pinggir ranjang, mengumpulkan kesadarannya lalu meraih air mineral di samping ranjang kecilnya dan menenggak sampai habis. Ketukan tak sabaran membuatnya harus keluar, dengan muka ku
Magbasa pa
#13
 Tatu memutar badannya dengan pelan, lelaki tinggi dengan kulit coklat itu tersenyum simpul. Sudah hampir enam tahun tak bertemu, lelaki itu masih terlihat sama. tatu tersenyum canggung, menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.“Arga?” Tatu maju selangkah, tidak tahu harus mengatakan apa. Fakta bahwa lelali di depannya adalah seseorang yang pernah ibunya jodohkan demi hal yang belum Tatu ketahui. “Apa kabar?” Pertanyaan singkat Arga yang terdengar ramah membuat tatu meringis. Pria berwajah manis itu mengulurkan tangan dengan senyum masih tersungging.“Baik, kamu?” Tatu menyambut uluran tangan lelaki itu.“Baik juga, mau kemana? Lama gak ketemu, jarang pulang?” Pe
Magbasa pa
#14
  Pertanyaan Arga tak membuat Tatu terkejut, ia sudah memantapkan hati untuk semua kemungkinan terburuk. Bibir tipis wanita itu tersunging hanya pada bagian ujungnya saja. “Hebat kamu, Ar, bisa tahu. Apa terlihat sekali?” Tatu memalingkan wajah, memandang kemanapun asal tidak pada lelaki di hadapannya. “Di bawah kakimu ada susu yang aku tahu hanya untuk ibu hamil,” kata Arga santai, lelaki itu kembali menyuap makanannya dan menghabiskan dengan cepat. Tatu tak tertarik untuk membahas susu itu. Biarkan Arga dengan asumsinya, ia hanya cukup melihat reaksi pria yang menjadi teman sekolahnya dulu. “Aku tidak akan menghakimimu, bahkan di sini juga banyak kok. Hanya saja kenapa bisa sampai kebobolan. Kita sudah sama-sama dewasa Ta, kamu gak usah sungkan.” Arga menyerup
Magbasa pa
#15
Berkat kekesalan dan kepenatan pikirannya, Tatu yang sempat berikrar hanya akan menggunakan uang yang di beri Josh untuk kebutuhan mendesak saja. Hari itu ia resmi menjadi ingkar pada apa yang telah ia janjikan pada dirinya sendiri. Josh memang bukan pribadi yang pelit, lelaki itu sangat royal terhadap semua kebutuhan juga apa yang Tatu inginkan. Bahkan seperti seorang suami yang menyayangi isterinya. Josh selalu mengingatkan gadis itu untuk pergi ke klinik kecantikan ataupun salon. Josh selalu berkilah, jika itu untuk memanjakan mata juga untuk kesenangannya mengapa tidak. Berapapun harga treathmentnya katakan saja, maka lelaki itu akan menganggukkan kepala. Jika memang semua perlakuan manis Josh dilakukan saat status mereka sudah suami isteri, tentu itu akan sangat mambanggakan. Namun, dengan kondisinya yang hanya kekasih musiman. Tatu merasa Josh membeli tubuh dan pelayanannya, dan bodohnya ia baru menyadari sekarang. Saat semuanya sudah terlambat. Ya, Tatu selalu merasa dia ada
Magbasa pa
#16
 “Kalau aku jujur, apa Ibuk akan marah? Lalu apa yang akan aku dapatkan, Buk? Ibuk gak akan ganggu hidup Tatu lagi? Gak akan minta uang buat narkoba atau judi lagi?” tanya Tatu. Karmilah terlihat gusar, wanita itu meremas kedua tangannya.“Berapa hutang Ibuk pada Arga? Arga enggan mengatakan padaku, dia akan ke sini nanti meminta kontakku. Berikan saja, supaya nanti aku bisa mencarikan lagi buat bayar hutang Ibuk itu lagi. Aku tinggal WA kok, minta transfer berapapun, detik itu juga akan sampai di rekeningku,” Tatu berucap dengan sombong. Gadis lugu, penurut dan ceria saat terakhir kali mereka berpisah lima tahun lalu sudah lenyap. Karmilah hanya melihat wanita dingin yang penuh luka.“Kapan kamu bertemu Arga? Apa saja yang kalian bicarakan?” selidik Karmilah. &
Magbasa pa
#17
 Riuhnya suasana bandara Juanda malam itu, tak serta merta mampu menghibur sebuah jiwa yang terluka. Menganga dan berdarah. Hatinya menjeritkan rintihan, meneteskan darah keputusasaan.Entah kepada siapa ia akan menyandarkan raga, setelah sang belahan jiwa tak menginginkan dia sepenuhnya. Lalu orangtua yang seharusnya menjadi pelipur jugapenutup setiap luka pun menghardiknya. Sekarang harus kemana?Terseok bagai tentara berdarah yang kalah dalam peperangan, Tatu merasa tak mampu menangkis pilu. Ia butuh tandu, untuk memikul jiwanya yang sekarat. Tikaman nelangsa yang membabi buta tak mampu lagi ia halau laranya.          Oh dunia, tenggelamkan saja ia ke dalam palung terdalam. Atau belahlah pijakannya dan kuburkan
Magbasa pa
#18
 Tatu seakan lupa, kapan terakhir kali dia di peluk dengan hangat oleh ibu kandungnya. Karena dia tak pernah merasakan sejak ia kanak-kanak. Karmilah selalu berkelit dan menolak memberikan hal yang sangat di butuhkan seorang anak dari ibunya. Megingat itu, Tatu kembali tersedu dan tergugu. Dia tak mengenal siapa ayah kandungnya, pun sang ibu tak pernah memberikan kasih sayang yang ia butuhkan.“Ada apa nduk? Kenapa sedih banget gini?” Pertanyaan Bu Anita tak kunjung membuat Tatu menghentikan tangisnya. Sesak terasa menghimpit dadanya, ia butuh melepaskan semua beban di jiwa. Untuk saat ini, setelah sekian lama menahan dahaga akan pelukan juga perlindungan yang disebut orang tua.Pak Wawan mengelus lengan gadis yang melingkar di tubuh istrinya. Wajah tuanya terlihat sendu, merasa prihatin dengan gad
Magbasa pa
#19
  “Sek … sebentar … Josh yang kita kenal? Josh Temennya Nak Gary? Nak Joshua di obok-obok?” cercaan pertanyaan Pak Wawan membuat Tatu meringis. Joshua memang tengil dan suka bercanda. Lelaki itu senang sekali jika pada masa dulu ada artis cilik bernama yang sama di negeri ini dan mempunyai lagu yang lucu. Maka waktu berkenalan dengan Pak Wawan menyebutkan namanya dengan embel-embel di obok-obok. “Inggih Pak,” jawab Tatu dengan mengangguk pelan. Ia memproyeksi reaksi Pak Wawan yang hanya diam menatap Tatu dengan helaan napas beberapa kali.  “Nak Josh sudah tahu?” tanyanya lagi. Tatu mengangguk, Bu Anita mengelus punggung tangan Tatu. Wanita paruh baya itu lantas berdiri, melanjutkan kegiuatannya membuat sarapan sambil mendengarkan obrolan suaminya dan wanita muda itu. Tatu menceritakan awal mula
Magbasa pa
#20
Manis tapi bukan madu, lembut tapi bukan krim, kenyal tapi bukan mashmellow. Sesaat Tatu terhanyut, tapi kesadarannya seolah menghantam kepalanya dengan sangat menyiksa. Dengan spontan ia menggigit benda kenyal yang menjepit bibirnya. Mendorong kuat tubuh keras di hadapannya. Pekikan dari lelaki yang sudah merenggut ciuman pertama juga rasa malunya karena jeritan dari orang disekitar. Ini memang sudah malam dan mendekati larut. Tapi apotek itu adalah apotek 24 jam yang terkenal, walau tidak banyak pasti pelanggannya keluar masuk. ‘Josh sialan’ maki Tatu dalam hati. Ia menutup wajahnya berdiri lalu keluar dari dalam apotek itu. Josh gegas mengambil kwitansi di meja kasir dengan tergesa. Menyusul Tatu yang terlihat emosi, dia tak akan tenang membiarkan gadis itu berada di jalanan pada jam rawan seperti ini.
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status