Semua Bab DALAM DEKAP DERITA: Bab 41 - Bab 50
52 Bab
#41
Tatu tak bisa berbuat apa-apa, dia sekarang menyamakan dirinya dengan sang ibu. Ck, rela ditiduri oleh pria yang sudah menghancurkan harapannya, pun malah menikmati percintaan panas tadi. Mengusap wajahnya kasar, ia membiarkan Josh menciumi perutnya yang sudah terlihat membesar. Gerakan-gerakan kecil dari dalam rahimnya, seperti tanda jika anaknya juga menerima kehadiran ayah bayi itu. Tatu merutuki kebodohannya yang masih saja menerima dan luluh terhadap pria di sampingnya, yang seakan sedang memuja sang putra. “Apa dia sehat?” tanya lelaki itu mendongak, tapi tangannya masih setia mengelus perut telanjang Tatu. “Menurut kamu?” ketus Tatu enggan melihat pria yang masih sama polos seperti dirinya. Melirik ke arah dress yang dia pakai tadi, yang sudah menjadi potongan kain tak berguna sekarang. “Kau harus mengganti baju yang sudah kau rusak!” serunya masih dengan nada sinis. “Apapun pasti akan aku kabulkan,” kerling Josh. “Dasar penipu!” geram Tatu, ia benar-benar marah saat ini.
Baca selengkapnya
#42
Dia bukan jenderal perang yang setiap kemenangan akan mendapatkan penghargaan. Dia juga bukan ksatria dengan kuda hitam yang berwibawa. Pria itu hanya pecundang yang datang atas nama kerinduan. Namun sayang, sang jelita tak ingin melihatnya, pun memberikan penghargaan atas apa yang sduah pria itu menangkan. “Enyah kau Josh, aku tak mau melihatmu lagi!” seru Tatu. Menarik pundak pria yang sedang duduk di atas perut pria lainnya. “Kalau kau masih memukulnya, aku akan memanggil polisi!” geramnya. Tatu tak ingin mengundang para tetangga untuk menonton drama yang sudah mantan kekasihnya itu buat. Josh bangkit, dengan napas tersengal, menatap Tatu dengan pandangan tak terbaca. Dia marah, Tatu dengan mudah melupakannya. Mengganti kehadirannya dengan pria lain. Tentu saja ia tak terima, harga dirinya seperti terinjak dengan paksa. Pengorbanannya untuk segera terbang setelah semua urusannya selesai, ternyata dihadiahi dengan fakta yang membuatnya nyaris mati berdiri Wanita itu menolaknya, di
Baca selengkapnya
#43
Dia bukan putra mahkota penguasa belahan dunia, dia hanya salah satu putra seorang bangsawan di negaranya. Yang kebetulan melabuhkan hati pada rakyat jelata di negara yang di sebut Indonesia. Joshua McFillain tak pernah berencana, tak pernah juga menuliskan dalam agenda. Bahwa wanita yang dia puja hanyalah anak yang tak tahu siapa ayahnya. Lalu fakta, jika ia mengulang sejarah yang sama pada gadisnya membuat Josh nelangsa. Bukan inginnya tak memberi status pada Tatu. Akan tetapi, dia bukan makhluk merdeka dari keluarganya. Tapi dia sudah membulatkan tekadnya, tak akan membuat Tatu sengsara. “Minum dulu, Josh.” Dia Lara salah satu yang ia buat pula nelangsa, karena kelabilan perasaan membuatnya gelap mata, dan melupakan tanggungjawab yang sudah ada di pundaknya juga mengabaikan nurani. “Terima kasih,” desah Josh. Sangat merasa bersalah dengan Lara dan Garry, karena sudah membuat keluarga itu terpisah. “Aku minta maaf, Ra. Aku sangat menyesal,” ucap Josh. “Aku tak bisa menyalahkan
Baca selengkapnya
#44. BEBAT MEMILUKAN
Derita mungkin memang sudah menjadi temannya, maka dia hanya harus mendekap dengan nyaman. Tetap tenang tanpa harus bersikap berlebihan, tak perlu melagu dengan pilu. Menatap saja pada pagar berharap dia tetap tegar. Tatu melipat alat beribadahnya lalu menyimpan di laci di sampingnya. Pandangannya merotasi seluruh ruangan sepi, jam makan siang yang hampir habis membuat dia harus bergegas. Mengencangkan lagi bebatan pada perut agar tak kentara. Berkali-kali meminta maaf pada putranya, yah. Anak yang ia kandung seorang laki-laki. Sempat mengalami pendarahan beberapa hari setelah Josh mendatanginya. Stress itu yang Dokter Farida katakan."Ta, lo nggak makan?" Salah satu rekannya menegur, Tatu hanya menoleh dan menggeleng pelan. "Aku bawa bekal, berhemat … sudah tanggal tua."Alibinya, agar tak mendapatkan pertanyaan panjang lainnya. Dulu, dia adalah pribadi periang dan senang bercanda dengan siapapun. Setelah ada nyawa lain yang menumpang hidup di dalam tubuh, dia menjaga jarak denga
Baca selengkapnya
#45
Dia memang ada karena sebuah kesalahan, dibesarkan tanpa kasih sayang yang dia butuhkan layaknya setiap anak. Tapi dia berusaha menjadi penyayang, menjadi pribadi yang penuh keramahan juga kesabaran. Tapi kini, sekarang dia tak sama lagi wajahnya terlihat jutek dan jauh dari senyuman. keceriaan itu seperti terenggut oleh buasnya kehidupan memangsanya. Dia sedang tak ingin beramah tamah dengan siapapun, sebagaimana semesta juga tak ingin berteman dengannya. Dia berjalan dengan sedikit berlari, menuju parkiran depan pabrik tempat sebuah mobil hitam dengan pinggiran kap depan bertuliskan Rubicon dengan hurup kapital. Arga dengan segera turun, meringis melihat Tatu yang berlari ke arahnya seolah dia remaja yang sedang menyambut kekasihnya datang.“Apaan sih, jangan lari-lari!” Arga berseru pada gadis cantik dengan rambut yang di gulung asal di atas kepalanya.“Ck, cerewet. Ayo pulang!” galak Tatu tak mempedulikan teguran Arga tadi.“Sensitif sekali, Buk. Lama nggak dapet jatah ya?” lede
Baca selengkapnya
#46
"Tiga bulan lagi?" tanya Tatu tak percaya, sebegitu seriuskah Arga padanya. Rasa haru tentu menyeruak dari sudut hatinya. Dia tak merasa membuat kebaikan selama ini, karena yang dia lakukan hanya menimbun dosa setiap harinya."Kenapa? Gue datang sekalian meminta KTP juga KK lo, 3 bulan cukup ‘kan buat daftar ke KUA?” Arga menanyakan dengan binar bahagia di iris gelapnya. Terlihat sangat antusias dan penuh harap.“Ck, nanti saja. Parkirnya jangan yang jauh-jauh dari supermarket ya, gue gampang capek sekarang.” Tatu tersenyum menoleh ke arah Arga, yang jika dia lihat sebenarnya tampan khas orang Indonesia. Tak diragukan, karena dulu dia menjadi salah satu idola di sekolahnya. Pengakuan kalau pernah menaruh hati padanya bahkan sejak masa pendidikan sebenarnya sulit diterima akal sehatnya, karena Arga yang dulu dikelilingi banyak perempuan cantik dan menarik juga kaya seperti dirinya. Jadi wajar bukan, jika ia memendam sekelumit rasa takut juga khawatir, pria ini hanya akan membalas dend
Baca selengkapnya
#48
Dia selalu sadar diri bukan manusia suci, hadirnya ke dunia pun karena sebuah kesalahan demi hasrat mencapai nikmat duniawi. Tak tahukah mereka dua sejoli yang membuat dia menunjukkan eksistensi bukan hanya menjadi sosok bayi, namun manusia yang sedang mencari kebahagiaan yang hakiki.Selalu tak dipedulikan juga diabaikan. Sekarang pun kini dia dibuang oleh orang tersayang. Ah, dunianya memang kejam. Tapi dia tetap ingin bertahan, walau dalam kubangan ketidakpastian. Mungkin Tuhan memang masih menyayanginya, hingga tak ada keinginan menyakiti diri maupun bunuh diri. Ternyata dia masih punya hati pun nurani yang terkungkung dalam palung yang tak bisa diselami.Tatu sedang bersama kembar pintar yang sedang belajar bersama. Mereka memang masih mengikuti daycare belum sepenuhnya masuk sekolah PAUD atau playgroup. Tapi anak sahabatnya Lara memang seperti sang Daddy yang giat dan sangat cerdas. "Onty, apakah ini bagus?" Sean menunjukkan gambar kastil yang ia lukis menggunakan crayon."Bag
Baca selengkapnya
#49
Dia pernah berharap menemukan pangeran yang bisa meminang tanpa kepingan emas dan permata. Tak pernah bermimpi menjadi ratu dan hidup serba bermateri. Pintanya pada semoga untuk mereka yang pernah mencoba datang, namun hengkang sebelum berperang sudah ia anggap lekang. Kini harinya semakin menantang, dengan bentangan kenyataan yang tak bisa dibilang indah tapi juga tak menyakitkan.Menjadi penghuni kompleks perumahan cluster nyatanya tak membuat para tetangga itu juga bisa membuat mata dan telinga menggabungkan saja inderanya itu pada satu titik agar tak kepo terhadap rumah tangga orang lain. Tak pernah ikut arisan RT atau kegiatan apapun membuat Tatu seakan adalah penghuni yang wajib dicurigai. Padahal, dia juga sudah membayar iuran dan kewajiban sebagai warga yang baik. Faktanya tetangga yang berjarak beberapa rumah darinya sangat sering berjalan atau sekedar jogging di sekitar rumahnya. Sangat terlihat jika perempuan yang lebih sering mengenakan penutup kepala seperti kupluk itu
Baca selengkapnya
#50
Tatu sudah dewasa, paham dengan sentuhan pria dan cara menikmatinya. Pernah sangat terpedaya hingga dia lupa daratan dan berakhir menanggung penderitaan.Kini, ketika telapak tangan dengan sedikit rasa kasar membelai permukaan kulit paha telanjangnya, ia merasa kembali seperti masa-masa itu. Di mana dia tak bisa lagi mengendalikan diri, hanyut dalam kenikmatan yang nyatanya membinasakan "Lo kalau sange nggak usah ke sini," tepisnya pada tangan Arga yang mendarat di atas paha. "Bikin aja minum sendiri, gue mau sholat, mau banyak-banyak tobat!" Sarkasnya mendorong tubuh tegap di belakangnya."Ta," sesal Arga. "B-buk-" debaman di pintu kamar yang hanya berada di belakang mereka membuat pria itu berjenggit menyesal dengan setan yang membisiki telinga beberapa menit lalu.Arga berbalik menghadap kitchen set dan menuangkan air panas yang sudah dimasakkan oleh Tatu ke mug dan membuat sendiri minumannya yang berupa kopi instan.Dia akan menunggu perempuan hamil itu untuk keluar dan meminta m
Baca selengkapnya
#51
“Sorry ya, Ta. Gue pikir lo nggak bakalan nerima kehadiran gue, jadi walau punya beberapa bengkel. Gue emang belum beli rumah.” Arga menjelaskan dengan raut menyesal. “Tapi setelah ini, gue bakalan beli aja itu rumah. Tapi apa lo mau lihat dulu besok?”“Jangan maksain kalau gitu, Ga. Gue nggak mau lo repot,” kata Tatu. Dia tentu tak ingin membuat Arga harus memprioritasnya. Dia memang ingin menikahi pria baik ini, tapi dia tak mau menyusahkan.“Kok gitu, sih. Justru gue emang sengaja ngasih pilihan, biar lo nyaman. Gue nggak mau ntar lo ngerasa nggak nyaman karena beda sama apa yang lo mau.” Arga meraih tangan Tatu, mencoba myakinkan. “Oke, gue ikut lo besok. Gue nggak pengen lo juga nggak suka dengan rumah ini,” ucap Tatu, rautnya berubah sendu. &ldq
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status