Lahat ng Kabanata ng Mata Elang: Kabanata 111 - Kabanata 120
136 Kabanata
Anita Angkat Kaki Juga
   “Apa kau menyuruh Anita untuk membuatku menandatangani surat cerai ini!!!” teriak Purnomo dari seberang telepon.   “Haha!! Akhirnya kau bercerai juga dengan Vanya, tunggu saja sampai surat undangan pernikahanku datang kepadamu!!!”  Anthony menepuk jidat, dia belum sempat menghubungi Anita untuk mengambil surat cerai itu. Dia berusaha menyembunyikan suaranya agar tidak terdengar menyesal.  “Jangan berlagak sok hebat!!! Apa kau tahu dimana keberadaan Vanya? Siapa yang cepat menemukannya, dia adalah pemenang dan aku akan merenggut kehormatannya terlebih dahulu, setelah itu ambillah sisaku!!!” beber Purnomo sambil tertawa penuh kemenangan.    “Brengsek kau, Bandot Tua!!! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!!! Kita lihat saja siapa yang menang!!” umpat A
Magbasa pa
Rencana Anita Apa?
      Kamar pasien VIP menjadi pilihan Purnomo untuk merawat Mawar. Purnomo sedang mendengarkan penjelasan Dokter kandungan Mawar.  “Istri  anda tidak boleh stres, ini demi janin yang ada  di dalam rahimnya. Sejauh ini istri dan janinnya dalam keadaan baik-baik saja.”   “Baik, Dok. Terimakasih,” jawab Purnomo.   Setelah Dokter selesai dengan penjelasannya pergi meninggalkan kamar pasien VIP. Purnomo merasa lega ketika mengetahui Mawar dalam keadaan baik-baik saja.   “Sayang, kamu dengar apa kata dokter kan?? Kamu tidak boleh stres, semua sumber stres di rumah sudah hilang, jadi kamu harus sehat ya,” kata Purnomo dengan lembut.   Mawar mengangg
Magbasa pa
Pengacara Senior
   Berkas lembaran itu berisi data keuangan penggelapan pajak beberapa perusahaan yang dikelola Purnomo dan rekening koran menunjukkan dana gelap bernilai milyaran yang berkali-kali ditransfer ke rekening Purnomo dengan pengirim yang sama.   “Dokumen itu sangat rahasia, aku mendapatkannya di brankas Purnomo sebelumnya. Aku ingin melihat Purnomo bangkrut dan hidup sengsara bersama istri pilihannya itu!!” ucap Anita sambil menahan amarah.   “Apa mbak Anita yakin melakukan ini?? Purnomo belum resmi menceraikan mbak kan, apa nanti mbak tidak terbawa-bawa dalam kasus ini?” tanya Anthony meyakinkan Anita.   Anita menatap Anthony, “Jangan kuatir, aku mempunyai teman pengacara yang sangat dekat denganku. Jadi bantulah aku untuk menjatuhkan Purnomo dengan berkas itu.”&nbs
Magbasa pa
Mawar Histeris
   “Purnomo sudah tidak mencintaiku, Lyn. Terima saja berkas dari Anthony hanya dia orang yang bisa membantu untuk menjatuhkan Purnomo,” jawab Anita.   Jocelyn tampak mendengarkannya dengan serius, lalu menatap Anthony yang melambaikan tangan sambil tersenyum kepadanya.  “Baiklah, beri tahu aku keberadaanmu sekarang. Aku akan segera kesana setelah urusan bersama Anthony selesai,” timpal Jocelyn.   Sambungan telepon tersebut berakhir, Jocelyn berjalan menghampiri Anthony dan duduk di hadapannya sambil meletakkan ponsel diatas meja.   “Maafkan aku tidak mempercayaimu sebelumnya, bekas ini aku terima dan akan mengurus sisanya,” kata Jocelyn menyesal, dia lebih lembut dari sebelumnya.   “O
Magbasa pa
Kunjungan Arka
    “Mawar!! Aku minta maaf telah meninggalkanmu. Aku berjanji akan bertanggung jawab atas perbuatanku,” ungkap Arka berjalan mendekati Mawar.   “Tidak!!! Pergi dari sini!! Aku tidak butuh dengan semua itu!!” teriak Mawar histeris, semua yang bisa dia gapai dilemparkan ke arah Arka untuk menghalaunya.   Purnomo yang sudah dekat dengan kamar Mawar ikut panik ketika mendengar sebuah teriakan, dia berlari masuk kamar  dan melihat ada seorang lelaki menghampiri Mawar.  “Hei!!! Siapa kamu?” teriak Purnomo di belakang Arka.  Sontak Mawar langsung memanggil Purnomo untuk mencari perlindungan, “Mas, usir orang itu. Aku takut!!!”  Selain itu Mawar juga mencari alasan agar tidak ketahuan jika bayi
Magbasa pa
Vanya Pulang?
    Madiun adalah kota kecil yang terkenal dengan berbagai  julukannya, ada yang bilang kota gadis, kota pecel, kota pendekar dan mungkin beberapa sebutan lain yang disematkan.   Hampir 2 minggu Vanya sudah menyesuaikan diri di kota Madiun, ketika dia bangun pagi di kamar kos selalu melihat antrean cukup panjang di depan gerbang untuk membeli nasi pecel.  Kebetulan ibu kosnya menjual sarapan di pagi hari, Vanya bangun dan segera mencuci muka untuk ikut mengantre membeli sarapan.  “Bu, saya nasi pecel satu pincuk ya,” ucap Vanya sambil tersenyum.  Satu pincuk itu sebutan untuk alas pembungkus nasi pecel yang berasal dari daun pisang, kalau makan di tempat daun pisang bagian ujung atas dilipat  kecil menyerupai trompet.  “Bere
Magbasa pa
Purnomo Berhasil Lolos
   Di ruang tanpa jendela Purnomo sedang diinterogasi, dinding beton itu mengelilingi ruangan yang hanya terdapat satu pintu dan tembok kaca anti peluru jika dilihat dari dalam tidak kelihatan. Para petinggi detektif akan menyaksikan dari luar kaca yang tembus pandang.   “Pak Purnomo, tolong bekerjasamalah dalam penyidikan kali ini? Bukti ini sudah jelas bahwa perusahaan anda terjerat kasus penggelapan pajak, anda tidak bisa mengelak,” beber petugas investigasi.   Empat pengacara Purnomo yang salah satunya adalah pengacara kondang itu menjawab petugas. Purnomo sendiri sedang menyesap kopi dengan wajah tenang seolah dia memang tidak bersalah.  “Lepaskan pak Purnomo, bukti itu palsu. Ada seseorang pengusaha juga yang tidak suka dengan kesuksesan beliau, sehingga dia menggunakan trik ini.”&
Magbasa pa
Anthony Putus Asa
       Vanya yang berada di dalam kereta api tidak mengetahui jika Purnomo sudah bebas. Karena ponsel saja belum beli,  dia sebentar lagi mencapai stasiun pemberhentian yang dituju.   “Sudah sampai ya?” gumam Vanya yang melihat nama stasiun di balik jendela, kereta api pun melambat untuk menurunkan para penumpang.   Vanya keluar dari kereta api sambil membawa tas jinjing ukuran sedang yang berisi pakaian, lalu dia memesan taksi untuk menuju ke rumah orang tua Anita. Vanya pernah sekali ikut mengunjunginya, dia memilih menuju kesana karena persentase bertemunya Anita lebih banyak dan lagi tidak terlalu bahaya jika dibandingkan dengan  rumah Purnomo.      Selama Anita diusir Purnomo dari rumah, ti
Magbasa pa
Tolong Aku!!
     Mobil taksi itu berjalan mengikuti perintah Vanya, dia menangis tanpa peduli  dengan sopir taksi memperhatikannya. Teriakan Anthony masih terdengar di telinga Vanya, Vanya berusaha kuat untuk melawan hatinya.   “Duh!!! Nekat sekali orang itu!! Hei!! Menyingkirlah!!!” geram sopir taksi.   Vanya mencari penyebab apa yang membuat sopir taksi itu marah, dia berusaha melihat kaca depan mobil yang terhalang kursi.  “Vanya!!! Cepat keluar!! Kalau tidak suruh sopir taksi itu menabrakku!!!” ancam Anthony sambil berteriak lantang.   “Ton!! Apa yang sedang kau lakukan!!! Aku mohon menyingkirlah!!” gumam Vanya resah di sela tangisannya.   Sopir taksi membunyikan klaks
Magbasa pa
Keindahan di Depan Mata
     B 2356 GC pelat nomor mobil Mercy yang membawa Jocelyn pergi, Vanya juga kaget ketika melihat ada seorang wanita meminta pertolongan.   “Ton!! Kejar mobil itu!!!” seru Vanya.   Anthony menambah gigi Trail untuk mengejar mobil Mercy tersebut, jalanan yang padat itu membuat pandangan Anthony berkali-kali terhalang oleh mobil pengendara lain.   Tidak salah lagi!!! Pasti itu ulah anak buah Purnomo, batin Anthony sambil fokus melihat pelat mobil tersebut.   Sementara itu di dalam mobil Mercy pengemudinya mengumpat ketika tahu Anthony membuntutinya.   “Brengsek!!! Kenapa motor Trail hijau itu mengikuti kita!!”  “Ini semua gara
Magbasa pa
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status