All Chapters of Mata Elang: Chapter 21 - Chapter 30
136 Chapters
Pertentangan Dimulai
    Purnomo sedang mengikuti rapat anggota DPR, dia tidak bisa berkonsentrasi karena kesal mengingat kejadian semalam.   Kenapa susah sekali tidur dengan Vanya? Apalagi di restoran, dia dekat dengan pria rendahan. Bahaya!! Bisa-bisa dia jatuh cinta dengan pria itu, aku mencari tahu siapa dia, batin Purnomo.   Sampai rapat selesai, Purnomo masih sibuk dengan pikirannya. Dia tidak sadar bahwa namanya masuk daftar perjalanan dinas ke Kongo.   “Pur, enak sekali kamu bisa jalan-jalan keluar negeri,” kata temannya yang juga pejabat.   “Jalan-jalan!!! Apa maksudmu? Loh rapat sudah selesai?” tanya Purnomo bingung.  
Read more
Baju Sobek
      Anthony sedang melihat nenek menjahit bajunya yang sobek. Karena di rumah nenek tidak ada televisi, setelah pulang kerja makan malam sama nenek, duduk bersantai di teras lalu tidur dan begitu saja setiap hari. Hari ini tidak seperti biasanya, Anthony bisa mengobrol banyak dengan neneknya. Kadang kalau malam sudah menjelang, nenek akan tidur lebih dahulu.     “Selama kepergian kakek, apa nenek merasa kesepian?” tanya Anthony, dia melihat neneknya yang sudah tidak muda lagi.   “Yah bisa dibilang begitu, makanya nenek mencari kesibukan dengan memelihara ayam, atau menanam sayur di kebun. Berkat itu nenek bisa melaluinya sampai sekarang, kini nenek senang di hari tua ada kamu yang datang menemani nene
Read more
Sepatu Berlumpur
        Junet, Jarot dan Anthony sudah di ruangan Manager, mereka duduk di hadapan Narwan yang memperlihatkan murkanya.     “Kalian seperti anak kecil saja!!! Kenapa kalian bertengkar?”   “Saya dilempar sapu sama Jarot, Pak. Siapa yang tidak marah, saya yakin dia bersengkokol dengan Anthony, Pak,”   Junet berseru, dia mencoba memprovokasi Narwan. Kalau berhasil akan menguntungkan Junet, karena tujuannya memang membuat Anthony bermasalah.     “Kamu ya!!! Anak baru jangan bertingkah, aku pecat baru tahu rasa!! Cepat minta maaf sama Junet!!!”   Narwan tidak menunggu pendapat Anthony, dia langsung saja memarahinya, mungkin karena dia tidak senang melihat kedekatan Anthony dengan istri bosnya.   “Jangan percaya, Pak. Itu hanya akal-akalan dari Junet, saya melihat sendiri dia sengaja meng
Read more
Restoran Hotel
      Di kamar hotel, Vanya membuka mata dari tidurnya yang panjang. Perasaan Vanya sudah merasa baikkan, dia bangun segera menuju kamar mandi untuk mengguyur badannya.   Setelah 30 menit, dia sudah berpakaian. Dia baru sadar bahwa tidak ada Anita di ruangan kamar yang besar itu. Namun, dia berhenti memikirkan Anita ketika perutnya keroncongan dan sangat lapar sekali.     “Aku lapar sekali!!” gumam Vanya.   Vanya pun berdiri sambil menyambar ponsel diatas meja riasnya, lalu berjalan menuju sebuah restoran yang tersedia di hotel. Karena menurut dia terlalu lama jika memanggil staff hotel untuk membawakannya makanan.   Seperti biasa, setiap dia melangkah di sudut hotel semua staff yang berpapasan dengan Vanya akan membungkuk dan memberi salam.     Vanya sudah masuk restoran, dia langsung menghampiri menu sarapan yang
Read more
Klien Klompain
        Vanya  di perjalanan menuju rumah Purnomo, dia memberanikan diri untuk datang memenuhi permintaan Anita. Jarak yang tidak begitu jauh antara rumah dan hotel Purnomo, perjalanan itu terasa sangat singkat. Sudah saja Vanya turun dari taksi, lalu berdiri di pintu gerbang.     Duh!!! Masuk tidak ya?? Kalau bukan karena mbak Anita, mana sudi aku datang kemari!!    Hufstt!!! Mau berapa banyak alasan yang aku buat, tetap saja aku masih berstatus sebagai istri Purnomo dan pastinya akan sering menginjak rumah ini lagi dan lagi, batin Vanya.   Vanya hanya bisa menghela napas panjang, lalu dia memasuki gerbang. Tampak Anita sudah menunggunya di teras, ketika melihat kedatangan Vanya, dia berlari menghampirinya.   “Kamu terlihat baik-baik saja, Mbak senang,” ucap Anita sambil memeluk Vanya.   Setelah Anita cuk
Read more
Alasan Narwan
      Vanya datang ke restoran tepat di waktu acara klien itu selesai. Setiap kedatangannya pasti  menarik perhatian banyak pasang mata. Dia berjalan menuju Hall yang sebagian besar tamu undangan sudah buyar.   “Wahh!! Itu kliennya!!” gumam Vanya.   Vanya melihat Anthony yang sedang membereskan piring kotor, klien komplain itu mendatangi Anthony.   “Saya menyukainya, nasi goreng ini memang beda dari yang lain. Tamu undangan tampak menyukainya juga,” terang klien itu.   “Terimakasih. Syukurlah kalau Bapak suka, kami pun ikut senang,” ucap Anthony.   Klien itu sudah mereda dari amarahnya, dia  berbicara dengan tersenyum kepada Anthony. Disaat bersamaan Vanya datang ke tempat mereka.   “Maafkan keterlambatan saya Bapak, ada banyak alasan yang tidak bisa saya jelaskan. Bagaimana acaranya?” tanya Vanya. &nbs
Read more
Berdebar
    Vanya membuat janji dengan Anthony, dia merasa kebebasannya perlu dirayakan, meskipun dia hanya mendapat kebebasan itu selama 3 minggu.     “Kamu dimana, Ton?” tanya Vanya melalui panggilan telepon.   “Aku sudah di jalan depan area luar restoran,” jawab Anthony.   “Baiklah, tunggu saja disitu!!” pinta Vanya.   Panggilan telepon itu berakhir, Anthony mengantongi ponsel itu kembali. Dia sengaja menunggu diluar agar tidak menarik perhatian karyawan yang lain.   Mobil Mercy putih berhenti di depannya,  kaca jendela itu turun menampakkan wajah ceria Vanya.   “Ton, masuklah!!” pinta Vanya.   Anthony pun masuk, dia duduk di sebelah Vanya yang sedang mengemudikan mobil Anita. Anthony mengagumi dalam diam mobil keren yang dikendarai Vanya.   Bagus juga mobil tipe ini, Mercy meman
Read more
Garang Asem
      “Assalamualaikum, Nek,” sapa Anthony.   “Walaikumsalam, telat sekali kamu pulangnya, Ton?” tanya Yasmini, dia menunggu Anthony di ruang tamu sampai tertidur di kursi pajang yang terbuat dari rotan.     “Iya, Nek. Tadi diajak keluar sama teman Anthony. Apa nenek menungguku dari tadi??”   Anthony bertanya sambil duduk di sebelah neneknya, lalu dia merangkul tubuh renta Yasmini.   “Maafkan Anthony ya, Nek. Jika sudah membuat nenek kuatir,” imbuh Anthony.   “Kamu ini memang anak nakal!!” ucap Yasmini sambil mencubit pipi Anthony   “Ya sudah, nenek mengantuk sekali, nenek ke kamar dulu!! Oia, ada makanan di meja sengaja nenek siapkan untukmu,” kata Yasmini sambil bangkit dari duduknya untuk berjalan menuju kamar.   Anthony masih duduk di tempatnya, dia tersenyum dan menjawab ucapan nene
Read more
Seleksi Karyawan
         “Kartu absensiku kemana? Apakah Junet lagi pelakunya,” gumam Anthony.   Anthony masih berdiri di depan absen analog itu, dia juga sudah memeriksa area sekitar, siapa tahu kartunya jatuh. Namun, tetap saja dia tidak menemukannya.   Ponsel Anthony berdering, sesaat dia melihat nama yang sedang menghubunginya. Ketika orang itu adalah Vanya, dia tersenyum lalu segera menjawab panggilan telepon masuk tersebut.   “Hallo, Vanya.”   “Hallo, Ton. Tidak tahu kenapa hari ini badanku lemas dan kepalaku berat sekali, kemungkinan hari ini aku tidak masuk kerja,” ungkap Vanya.     “Kamu sakit ya? Segera cek suhu tubuhmu, jika tidak bisa  mengetahui sakit apa? Periksa saja ke klinik,” saran Anthony cemas.   “Iya, akan aku lakukan nanti. Tolong absensi yang berada di meja kerjaku, untuk hari i
Read more
Lancang Katanya
        Acara interview karyawan akan berlangsung di ruangan manager, Anthony baru saja memulai untuk menyeleksi mereka, dia sudah dihadapkan dengan karakter orang seperti Saiful.   “Pak, apa anda baru menjadi manager? Saya lihat anda tidak kompeten dalam bidang ini,” ucap Saiful.   “Saya bukan manager, hanya saja hari ini saya diberi pekerjaan untuk menyeleksi kalian,” ucap Anthony tersenyum, dia tidak tersinggung dibilang kompeten, karena dia memang belum berpengalaman dalam bidang ini.   “Pantas saja, pertanyaan dari anda standar,” sahut Saiful.   “Apa iya? Coba beri saya contoh pertanyaan yang bermutu?”  
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status