Semua Bab Terjebak Di Antara Para Lelaki Tampan: Bab 51 - Bab 56
56 Bab
Bab 50. Galaunya Rama
Aidan menatap ruko dua lantai itu dengan seksama. Terlihat satu mobil box terparkir di sana dan beberapa motor. Dengan tekad kuat lelaki itu pergi mendekat ke ruko.Mendengar cerita kekasihnya kemarin, Aidan tidak ingin tinggal diam. Ia ingin melakukan sesuatu untuk kekasihnya itu. Apalagi semua ini menyangkut masa depan hubungan keduanya. Aidan tidak bisa mundur.Tidak.Bukan karena Aidan tidak bisa mundur, melainkan karena Aidan tidak ingin mundur begitu saja. Perasaannya pada Raika sudah tak terbendung. Cintanya pada gadis itu membuatnya tak ingin melepaskan Raika.“Permisi,” sapa Aidan pada lelaki yang sedang membereskan beberapa rumput sintetis.“Ya?” balas si pria bertubuh sedikit gemuk itu dengan ramah. “Mau pesen rumput, Mas?”Aidan menggelengkan kepala sambil mengulas senyum tipis. “Bukan, Mas. Saya mau ada perlu sama Kak Rama,” ujar Aidan. “Orangnya ada?”“Oh. Bentar, ya, saya panggilin dulu.”Si pria pergi meninggalkan Aidan yang menunggu di depan ruko. Setelah dua menit, k
Baca selengkapnya
Bab 51. Dibalik Semua Pesan
(Si Macan Manja) Dek, maafin kakak, ya 10.54 Raika menatap heran pesan yang dikirim oleh Rama padanya. Perempuan itu hanya mengabaikan pesannya dan kembali bekerja. “Teh, untuk Sewarna kita stop service dulu, ya. Mereka masih ada tunggakan,” beritahu Raika pada Hani. “Oke.” Hani mengacungkan jempolnya. “Rudi sama Aidan udah dikabarin?” tanyanya. “Udah, Teh. Jadi kalau mereka minta service nggak bisa kita kasih dulu.” “Sip.” “Neng, faktur yang kemarin udah beres?” tanya Bu Dina seraya menoleh sekilas pada Raika. Wanita itu sedang sibuk menyiapkan kas kecil untuk teknisi yang akan dinas luar. “Udah, Bu. Ini, Bu.” Raika menyerahkan form faktur pada Bu Dina. “Hah, gila, ya. Kerjaan awal bulan tuh emang paling nyebelin,” keluh Hani. Perempuan itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan sedikit meregangkan ototnya yang kaku. “Pengennya nyantei terus, ya, Teh,” timpal Raika seraya terkekeh. “Jelas itu.” Hani tertawa pelan kemudian menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Ponse
Baca selengkapnya
Bab 52. Dan Terjadi Lagi...
Keluarga Raika baru saja menyelesaikan makan malam. Meski dalam suasana yang canggung, semua keluarga tetap makan seperti biasa. Hanya saja, tak ada obrolan ringan menyenangkan.Rasya baru saja akan melangkah, tapi Raika yang sudah menahan kata-kata di lidahnya sejak tadi sore segera menghampiri sang kakak.“Jadi, maksud Kakak ngundang A Aidan tadi buat bikin malu dia? Sampe-sampe bawa orang yang nggak tahu apa-apa segala.”Rasya menoleh dan menghadap pada Raika. “Karena dia bukan cowok yang pantes buat Adek,” katanya tegas dengan wajah serius.“Apa?”“Kakak udah tahu siapa dia,” ungkap Rasya datar. “Dan Kakak semakin nggak setuju Adek pacaran sama dia.”“Kakak ini apa-apaan sih? Makin ke sini Kakak tuh makin nggak ngaco, tahu, nggak.”Percakapan kakak beradik itu mendapat perhatian dari seluruh keluarga yang ada di ruang makan. Bisa dilihat jika keduanya kembali membahas hal yang sama. Ketidaksetujuan Rasya terhadap hubungan sang adik dan Aidan.Raihan dan Rama hanya saling menatap c
Baca selengkapnya
Bab 53. Apa Lagi Ini?!
Rasya dan kedua adiknya bergegas keluar rumah mencari Raika. Rasa khawatir, cemas, dan bersalah kini menghantui Rasya. Tak pernah ia menginginkan pertengkaran seperti ini dengan adik bungsunya. Ia hanya ingin melindungi sang adik. Memberi yang terbaik agar adiknya tak tersakiti. Namun, sepertinya semua itu tak sama dengan yang dipikirkan Raika.Tok… tok… tok…Rama mengetuk pintu rumah Khalif dengan sopan walau perasaannya sedang tak karuan saat ini. Saat akan mencari Raika tadi, Rama berpamitan pada Shinta. Wanita paruh baya itu memberitahu Rama jika dirinya sudah menghubungi Khalif melalui ibunya. Semoga saja saat ini sang adik ada di rumah Khalif.“Assalamu’alaikum.”“Walaikumsalam,” sahut suara wanita dari dalam rumah.Seseorang membuka pintu dan terkejut menatap tiga orang lelaki tinggi berdiri di depan rumahnya.“Eh, Rasya, Raihan, Rama? Ada apa ini?” tanya Rini, Ibu Khalif.“Maaf ganggu malem-malem, Tan. Adek ada datang ke sini, nggak?” tanya Rama dengan wajah cemas.“Raika? Ngg
Baca selengkapnya
Bab 54. Kabur Aja Dulu
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Raika melarikan diri dari rumah. Dari semua adu mulut dan pertengkaran yang pernah terjadi dengan tiga kakaknya, baru kali ini rasanya Raika benar-benar marah. Bahkan keputusan ini tak pernah terbayangkan olehnya. “Mau kemana, Mbak?” tanya sang Supir ramah seraya menatap lewat kaca spion dalam. Raika terdiam. Saat menghentikan taksi barusan ia tak memikirkan ke mana akan pergi. Yang ia tahu, ia hanya ingin pergi dari rumah. Pergi dari kakaknya yang protektif. “Jalan aja dulu, Pak. Nanti saya kasih tahu lagi.” Hanya itu jawaban yang bisa Raika berikan. Gadis itu mengusap pipinya yang basah saat berteriak pada kakaknya tadi. Ia menangis. Sang Supir hanya menganggukkan kepala dan melajukan taksinya keluar komplek perumahan. Raika menatap jalanan melalui jendela mobil seraya menggigit bibir bawahnya menahan marah. “Aku doain jodoh Kak Rasya lebih nyebelin dari aku. Dasar Kakak dzalim…” gumamnya geram kembali menitikan airmata. “Haah… astaghfirullah…
Baca selengkapnya
Bab 55. Harus Gimana Sekarang?
“Kamu nggak lagi ngelindur kan ngomong kayak gini?” Raihan mendelik tajam pada Rama yang duduk di sampingnya. Sementara Rasya menatap dalam diam, tapi jelas sangat menusuk. Rama menggelengkan kepalanya seraya menatap bergantian pada kedua kakaknya. “Aku nggak lagi ngelindur atau bercanda, Kak. Aku serius sama ucapan aku.” Rasya mendesah setengah gusar. “Apa karena pacar Adek udah pernah nolongin kamu waktu itu, jadi sekarang kamu balas dengan ngedukung mereka?” Rama melipat bibirnya karena ucapan Rasya cukup tepat sasaran. Tak mau menyembunyikannya, lelaki kurus itu pun menganggukkan kepalanya. “Kamu jadi subjektif kalau gitu, Ram. Hanya karena dia pernah nolongin kamu, nggak berarti sekarang kamu harus balas dengan cara kayak gini,” protes Raihan tak terima dengan alasan sang adik. “Itu cuma salah satunya, Kak,” Rama menjeda ucapannya dan melanjutkan, “kemarin dia datang nemuin aku dan kami ngobrol banyak.” Kedua kakaknya tampak terkejut. Tentu saja kejadian itu hal langka bagi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status