Semua Bab Istri Yang Diabaikan: Bab 21 - Bab 30
42 Bab
21. Pengakuan Icha
 Ibu terdiam tak mampu bersuara. Kulihat disampingnya Icha memandangku dengan tatapan penuh tanya. Hatiku rasanya sudah lelah menghadapi ibu. Aku yang baru tahu sikap ibu yang sebenarnya saja, rasanya begitu menyesakkan dada apalagi Lili yang setiap hari menghadapi ibu, bertahun-tahun lamanya. Pantas saja Lili memilih pergi.Mungkin benar kata Bang Panji, Lili juga butuh waktu untuk sendiri. Dalam keremangan malam, melewati jalanan yang mulai sepi. Kulajukan mobil ini dengan kecepatan sedang. Hujan mulai membasahi bumi, mengaburkan jarak pandang. Diantara keheningan, yang terlihat hanya  riak-riak hujan, menambah hati makin gelisah. Terbayang kembali ingatan-ingatan tentang Lili. Ah istriku, dulu ia pernah bilang paling suka dengan tetesan hujan. Alasannya ia bisa menangis sepuasnya dibawah kaki hujan, dan takkan ada yang tahu kalau dirinya sedang sedih dan gundah gulana. Karena hujan juga telah memberikan rahmat dan ma
Baca selengkapnya
22. Cemburu
 Yaah belum juga lama bersama Lili, sekarang aku diusir lagi??Aku hanya mampu mengangguk pasrah. Apalagi Lili dan beberapa anak-anak kecil itu langsung masuk ke dalam bangunan ber-cat warna biru muda.Hatiku sedikit lebih tenang melihat Lili baik-baik saja. Walaupun wajahnya begitu sendu, terluka karena aku. Sampai di rumah. Kepalaku kembali terasa berdenyut nyeri, dari kemarin tubuhku memang tidak baik-baik saja. Apalagi makanku berantakan. Perut kosong namun tak kuindahkan. Bergegas kembali untuk keluar membeli makanan di warung seberang jalan lalu meminum obat yang kubeli diapotik tadi. Jangan sakit, itu saja harapanku agar bisa bertemu Lili kembali.***Pagi hari sebelum berangkat ke kantor kusempatkan diri ke Panti Asuhan. "Assalamualaikum.""Waalaikum salam. Oh Om yang semalam nganter Kak Lili ya?""Iya dek, Kak Lili-nya ada?""Ada Om, lagi sibuk bungkus-bungkus k
Baca selengkapnya
23. Kecelakaan
"Astaghfirullah hal'adzim, Mas!!" teriak Lili. Bersamaan dengan jeritan anak-anak panti yang lain, tengah ketakutan melihatku yang tiba-tiba saja memicu keributan.Lili langsung menghadang tubuhku, dia mendekapku erat. Mataku masih nyalang melihat Raffa yang terhuyung ke belakang sembari memegangi perutnya. Pukulan saja tidak cukup untuk memberi pelajaran padanya. Berani-beraninya dia mendekati istriku, takkan kubiarkan!"Apa yang kau lakukan, Mas? Kenapa tiba-tiba memukul Mas Raffa?" tanya Lili dengan netra berkaca. "Bagus! Kau belain laki-laki itu ya!! Jadi ini alasanmu gak mau pulang bersamaku karena ada laki-laki ini?! Asyik ya berduaan dengan orang lain!"Hatiku benar-benar meradang, bisa-bisanya Lili membela laki-laki itu. Laki-laki yang bahkan tak ada hubungan apapun dengannya. Sudah kuduga dari awal, Raffa pasti menyimpan perasaan suka pada istriku.Aaarggghh! "Apa-apaan kau ini, Mas? Kenapa malah memfitnahku seperti itu?
Baca selengkapnya
24. Disalahkan
"Li, Li, ayo kita ke rumah sakit sekarang," tukas Bang Panji yang tiba-tiba datang dan berlari ke arahku."Ada apa, Bang?" tanyaku khawatir melihat ekspresi wajahnya yang tegang."Suamimu, Li.""Mas Azzam kenapa?""Dia mengalami kecelakaan.""Innalilahi. Yang bener, Bang? Mas Azzam kan baru pulang dari sini, Bang ...""Iya, Li. Ditengah jalan dia mengalami kecelakaan. Tadi Abang dihubungi Pak Polisi, karena nomor abang ada di daftar panggilan terakhir."Mendengar penjelasan Bang Panji, air mata ini luruh juga, tak bisa tertahankan lagi. Astaghfirullah hal'adzim. Bukankah pulang dari sini dia baik-baik saja? Apa karena dari tadi hujan turun dengan deras, jadi jalanan licin dan mobil Mas Azzam tergelincir? Atau karena apa?Ah, rasanya ada yang sakit menusuk hingga ke dalam rongga dada. Nyeri. Membayangkan bagaimana keadaan Mas Azzam sekarang, bersimbah darah dan kepayahan. Pasti dia sangat kesakitan."Ayo Li, kita ke rumah
Baca selengkapnya
25. Keluar dari rumah sakit
 "Apa, Zam? Kamu ngusir ibu? Ibu yang sudah melahirkan kamu, kamu tega?" "Iya Mas, bisa-bisanya mas ngusir kami yang keluarga sendiri. Kenapa malah memilih Mbak Lili yang hanya orang lain?" timpal Icha ikut emosi.Tok ... Tok ... Tok ...Terdengar ketukan pintu. Seorang perawat datang memasang senyum dengan ramah."Permisi Bu, mohon maaf tidak boleh ribut ya di kamar pasien, soalnya ini sangat mengganggu ketenangan pasien. Silahkan jika ingin berdebat bisa di luar area rumah sakit ya!" tegur perawat itu, tegas. Kemudian ia memeriksa infus Mas Azzam. "Alhamdulillah, syukurlah kalau bapaknya sudah sadar. Tolong ya Bu, dijaga ketenangan rumah sakit ini. Biar kondisi pasien cepat pulih, tidak merasa stress karena ada keributan.""Baik, Sus.""Kalau ada apa-apa langsung hubungi kami ya. Saya permisi.""Iya Sus, terima kasih."Icha memutar bola mata mengawasiku. Pandangannya tak suka."Ayo Cha,
Baca selengkapnya
26. Dihadang Preman
Membaca pesan-pesan yang dikirimkan oleh Icha, membuatku geram. Bisa-bisanya ada sepupu yang terobsesi pada saudaranya sendiri.Aku men-scroll pesannya ke atas, ternyata banyak pesan-pesan sayang dan cinta dari Icha namun tak ditanggapi satupun oleh Mas Azzam."Kamu kenapa, Dek?" tanya Mas Azzam membuyarkanku. Ia bangkit dari tidurnya.Aku menoleh lalu menghela nafas dalam-dalam. Kuserahkan handphone itu padanya."Kamu membaca semua ini?" tanyanya. Ekspresinya berubah masam setelah membaca pesan-pesan gila dari Icha."Iya. Jadi kamu udah tahu perasaan Icha padamu, Mas?""Ya, belum lama ini aku baru mengetahuinya. Untuk itulah aku pergi dari rumah, aku gak nyaman sama dia, Dek. Ibu juga sepertinya mendukung perilakunya yang gak waras itu. Bisa-bisanya orang yang selama ini kuanggap sebagai adikku sendiri malah bertingkah seperti ini.""Apa yang akan kamu lakukan, Mas? Sedangkan dia satu kantor denganmu.""Entahlah dek, Di kantor
Baca selengkapnya
27. Aku ingin melihat wanita itu hancur
 [Apa istimewanya Mbak Lili dibanding aku, Mas? Mbak Lili kan cuma wanita udik, kampungan, miskin!][Aku mencintaimu]Aku kirim rentetan pesan cinta untuk Mas Azzam. Dia membacanya tapi tak membalas, seperti yang sudah-sudah. Dan sekarang justru nomorku diblokir?Aaarggghh!!Memangnya salah aku apa? Hingga kau memperlakukan aku seperti ini? Menghindariku? Bukankah dulu kau bilang akan selalu melindungiku?Tapi sekarang apa? Kau mengabaikanku, Mas! Kau lebih memilih wanita kampungan itu! Yang tidak tau trend dan fashion! Kenapa kamu lebih memilih wanita seperti dia? Dari pada aku yang kau kenal sejak kecil.Aku tidak terima! Hatiku sakit sekali saat lagi-lagi kau mengutarakan cinta yang begitu dalam pada istrimu. Hatiku sangat sakit. Iri dan dengki di hati ini muncul begitu saja, semakin lama semakin terpupuk dalam. Hingga aku membenci Lili. Sosok wanita yang telah merebut Mas Azzam dariku. Aku benci. Benar-benar benci!Ma
Baca selengkapnya
28. Dalam Bahaya
Kepalaku terasa begitu pening. Mengerjap perlahan, entah ini ada dimana. Tiba-tiba saja aku berada disebuah ruangan kosong dengan kondisi tangan dan kaki terikat. Serta mulut yang tertutup lakban.Astaghfirullah hal'adzim. Apa aku sedang disekap? Tapi kenapa? Apa salahku? Bahkan aku gak punya barang berharga.Perutku terasa begitu perih. Ini sudah jam berapa? Berapa lama aku tertidur? Bagaimana dengan Mas Azzam?Ya Allah, tolong selamatkan hamba.Tiba-tiba terdengar suara tawa menggelegak dari luar bangunan. Seketika pintu ruangan terbuka. Tiga orang preman masuk, mereka tertawa dengan riang."Udah sadar dia bos! Bisa digarap!" "Tunggu-tunggu. Gak perlu digarap. Kita bawa aja ke tempat itu. Wajahnya sangat menjual!""Maksud bos tempat penjualan wanita?""Iyalah kita serahkan aja ke Mami Merry, dia pasti mau menampungnya.""Apa bos gak mau mencicipi dulu?""Aaah gak perlu! Dia bukan seleraku. Jual aja, kita d
Baca selengkapnya
29. Icha Si Pengganggu
Sejak tadi siang perasaanku khawatir tak karuan, tetiba kepikiran Lili di rumah. Apa dia baik-baik saja?"Mas," sapa Icha menghampiriku. Aku malas sekali menanggapinya, apalagi tempo hari dia mengirimkan pesan yang membuatku naik darah.Aku merasa heran dibuatnya, sampai malam kenapa dia masih disini? Kulirik jam persegi yang ada di dinding, waktu menunjukkan pukul delapan malam. Tidak terasa, saking banyaknya pekerjaan yang menumpuk, aku sampai lembur berjam-jam. Kuregangkan tubuh yang mulai terasa pegal. Pikiranku melayang ke rumah, Lili pasti khawatir menungguku."Kenapa kamu belum pulang, Cha?" tanyaku. Suasana kantor sudah sangat sepi, para staff kantor sudah pulang sejak tadi. Tapi gadis ini justru masih disini? Apa dia menungguiku?"Aku nungguin kamu, Mas.""Kenapa tak pulang saja? Kayak gak ada kerjaan lain aja!""Aku sengaja nungguin kamu, Mas. Aku pengin sama kamu. Kenapa kamu blokir nomorku?
Baca selengkapnya
30. Musibah Kebakaran
 "Sayang, coba nih lihat, mas beli apa?" tutur Azzam. Ia menutup kedua mata Lili dengan tangannya, lalu menuntun istrinya ke depan rumah."Apaan sih, Mas? Kejutan ya?""Hmmm"Lili tersenyum begitu pula dengan Azzam. Hubungan mereka semakin dekat sejak keduanya tinggal bersama di rumah Bang Panji. Kakaknya itupun ikut tersenyum melihat mereka akur. Tak ada perselisihan yang terjadi. Semoga damai selalu."Taraaaa ..." ucap Azzam.Lili mulai membukakan mata, ia tersenyum melihat sebuah motor baru bertengger di halaman. "Wow, Mas beli motor baru?" tanya Lili.Azzam mengangguk lalu mencium kening Lili dengan lembut. "Berkat doamu, pekerjaan mas jadi lancar, mas juga dapat bonus. Jadi uang bonusnya mas belikan saja motor buat transportasi berangkat kerja. Gak apa-apa kan, sayang?""Iya, Mas.""Maaf ya belum bisa beli mobil, uangnya dikumpulkan dulu buat beli rumah baru.""Tidak apa-apa mas." 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status