All Chapters of Raja Terakhir Dinasti Wang: Chapter 51 - Chapter 60
175 Chapters
Bab 29-2
Kediaman Raja, Istana Barat“Bagaimana kondisi Han Xiu? Apa lukanya parah?” tanya Wang Yang pada Huazhi sambil tetap membaca buku.“Dia sudah sadar, Yang Mulia. Berkat ramuan rahasia yang Anda berikan pada tabib istana, nyawa pria itu dapat tertolong.” Huazhi melangkah mendekati rajanya.“Ada apa? Katakan saja. Di sini hanya ada aku dan kamu, tidak perlu berbisik atau mendekat.”“Ampun, Yang Mulia. Ini adalah malam pernikahan Anda. Kenapa Yang Mulia ingin saya temani membaca buku? Ini akan menjadi pembicaraan di kalangan istana, Yang Mulia.”Wang Yang melempar gulungan buku yang terbuat dari potongan bambu, ke atas meja dan berpaling menatap Huazhi. “Aku tidak ingin ditebas pedang saat menghabiskan malam pertama. Aku rasa, kita perlu menghilangkan kungfu Zening agar tidak membahayakan.”Huazhi membungkuk hormat. “Ampuni saya, Yang Mulia. Saya tidak pernah berpikir sejauh itu.
Read more
Bab 29-3
Zening terbaring lemah di atas ranjang sejak dua hari lalu. Tenaga dalam dan ilmu bela dirinya dihilangkan secara paksa oleh Deyun dan Han Xiu atas perintah raja, yang tak lain suaminya. Pria yang dengan telaten merawatnya selama dua hari ini. Membantunya makan dan menghiburnya dengan membacakan banyak buku hingga Zening jatuh tertidur, seperti yang biasa Daehan lakukan.“Sebenarnya apa tujuanmu menghilangkan semua milikku? Apa kau begitu takut aku akan membunuhmu saat berdua denganku?”Wang Yang mengusapkan kain basah untuk membersihkan lengan Zening. “Aku tidak takut mati di tanganmu. Yang aku takutkan, kau menebas leher penghuni istana untuk meluapkan dendammu.”“Hentikan. Aku tidak butuh bantuanmu. Aku bisa melakukannya sendiri.” zening menumpukan berat tubuh bagian atasnya pada kedua siku dan lengan bawahnya. Berusaha keras untuk duduk.“Tidak perlu sungkan, aku akan membantumu sampai tenagamu pulih.” W
Read more
Bab 30-1 Akhir Cinta
Wang Yang melihat bayangan hitam yang berkelebat pergi saat kakinya melangkah masuk. ‘Siapa itu? Apa mungkin penyusup? Kenapa Zening tidak berteriak memanggil pengawal?’“Apa yang kau lakukan di sana?” tanya Wang Yang mengejutkan Zening. ‘Dia kenal siapa bayangan tadi.” Wang Yang menyimpulkan dari reaksi Zening yang bingung menutup jendela dengan tubuhnya.“Eh, a-ku hanya ingin, ehm, merasakan udara malam,” sahut Zening bingung.“Tutup jendelanya, aku tidak ingin ada yang melihatku bercumbu denganmu.” Wang Yang terus memperhatikan sikap gelisah Zening, kepalanya berulang kali menengok ke kanan dan kiri sebelum menutup jendela.“Sini, biar aku bantu melepas jubahmu.” Zening berjalan mendekat dan jemarinya mulai membuka simpul di bagian bahu Wang Yang.Sret.Wang Yang menarik pinggang Zening mendekat padanya. “Aku tidak pernah melihatmu menggunakan pakaian berwarna m
Read more
Bab 30-2
Kediaman Ratu Qi, Istana SelatanSemua dayang yang bertugas di istana selatan sedang menepi, merapat ke dinding. Pasalnya, Suying sedang mengamuk. Hampir semua barang pecah belah yang menghias kediamannya hancur berantakan.“Bagaimana bisa Wang Yang akan segera memiliki keturunan?! Ini tidak bisa dibiarkan! Kenapa Wang Su yang malang tidak meninggalkan pewaris tahta untukku?!”Prang! Prang!Satu set teko dan cawan teh beserta isinya yang masih hangat pindah ke lantai. Begitu juga vas bunga hadiah dari kerajaan Mongol yang pernah direbutnya dari tangan Song Lin, ikut menjadi korban kemarahannya.“Hentikan, Bu! Tidak ada gunanya berbuat begini!” tegur Mu Lan.“Aku sangat ingin melempar mereka berdua seperti guci-guci ini, tapi tidak bisa. Apa kau tahu betapa marahnya aku sekarang?! Bagaimana kalau anak dalam kandungan permaisuri terlahir laki-laki, hahh?!”“Cukup, Bu! Hentikan!” Wang Yoo y
Read more
Bab 30-3
Kediaman Raja, Istana BaratZening sedang menyulam di dekat jendela ketika Han Xiu masuk mengantar Mu Lan.“Yang Mulia, Putri Mu Lan datang memberi salam.”Zening menoleh dan tersenyum ke arah keduanya. “Mendekatlah, Putri. Maaf, aku tidak bisa berdiri menyambutmu,” ujar Zening ramah.Mu Lan segera mendekat, memberi hormat dan duduk di dekat Zening. “Yang Mulia, Wang Mu Lan datang memberi salam sekaligus mengucapkan selamat untuk kehamilan Anda. Maaf, Mu Lan datang sendiri karena ibu sedang tidak enak badan.”Zening mengusap punggung tangan Mu Lan dan tersenyum ramah. “Tidak apa-apa. Kedatanganmu sudah menjadi hadiah besar untukku, Putri.”“Ini Mu Lan bawakan ramuan herbal dan kue ceri ketan. Semoga Anda menyukainya.” Mu Lan meletakkan keranjang rotan di samping Zening.“Terima kasih, Putri.”“Apa yang sedang Anda sulam, Yang Mulia?”Zeni
Read more
Bab 31-1 Garis Takdir
Wang Yang berkuda dengan penuh semangat melintasi gerbang istana. Deyun yang berkuda tepat di belakangnya hanya bisa tersenyum dan menggeleng memaklumi tingkah adik iparnya yang ingin segera bertemu Zening.Wang Yang melompat dari kuda dan berlari memasuki kediamannya, mengabaikan tatapan bingung para pengawal dan dayang istana yang kebetulan sedang bertugas di istananya.“Ning’er! Ning’er! Aku kembali!” teriaknya saat memasuki kamar.“Ampun, Yang Mulia. Permaisuri sedang berdoa di kuil Bailong.” Seorang dayang membungkuk hormat dan memberitahukan keberadaan junjungannya.“Berdoa? Hari sudah gelap begini, kenapa tidak berdoa esok hari saat terang?” Wang Yang sedikit kecewa karena rencananya memberi kejutan istrinya gagal.“Ampun, Yang Mulia. Permaisuri awalnya berencana pergi ke kuil setelah menyapa Ratu Qi, tapi Putri Mu Lan datang berkunjung dan menyulam bersama Permaisuri hingga hampir petang
Read more
Bab 31-2
Kediaman Raja, Istana BaratWang Yang tidak membiarkan seorangpun menyentuh Zening sejak keluar dari Balai Sinshe. Begitupula saat mereka sudah berada di dalam kamar, tidak ada dayang yang boleh mendekat lebih dari tiga langkah.“Apa kau lapar?” tanya Wang Yang penuh perhatian.“Aku tidak akan bisa makan setelah apa yang mereka lakukan padaku, Kak.” Zening mengusap lelehan air mata yang tidak pernah susut dari pipinya. “Siapa yang begitu tega melakukannya, Kak?”Wang Yang meraih bahu Zening dan meremasnya pelan. “Aku akan temukan siapa pelakunya, sama seperti aku temukan pelaku pembunuhan keluargaku. Apa kau percaya padaku?”“Andai aku tidak kehilangan tenaga dalamku, semua ini tidak akan terjadi. Paling tidak, aku masih bisa menangkal racunnya sebelum membunuh anak kita.”Wang Yang menundukkan kepala, menempelkan dahinya di dahi Zening. “Maafkan aku, keputusanku salah tentang
Read more
Bab 32-1 Tawaran Langit
Dupa beracun yang selalu dinyalakan selama satu minggu belakangan, mulai menunjukkan hasil. Wang Yang acapkali merasa pening dan kehilangan pandangannya beberapa saat, pun begitu dengan Zening. Awalnya, mereka mengira bahwa kondisi Zening belum sepenuhnya pulih setelah mengalami keguguran, sedangkan Wang Yang terlalu lelah dan kurang istirahat. Namun ternyata, kondisi suami istri itu kian menurun seiring berjalannya waktu. Puncaknya adalah setelah upacara penobatan Mu Lan sebagai selir tingkat empat. Zening dan Wang Yang mengalami sesak napas hingga keluar darah dari hidung. “Racun apa yang kau gunakan untuk membunuhku?” Wang Yang mencengkeram bahu Mu Lan agar tubuhnya tidak limbung ke lantai. “Racun apa?! Aku tidak pernah meracunimu!” teriak Mu Lan panik. Brug. Wang Yang jatuh lemas di pelukan Mu Lan. Darah segar kembali mengalir dari hidung dan mulutnya. Matanya mulai kabur, tapi anehnya, dia melihat Zening sedang tersenyum ke arahnya. Wang
Read more
Bab 32-2
Gerbang Roh, Istana LangitWang Yang memandang sekeliling dengan tatapan bingung. Seingatnya, terakhir kali dia sedang mengutuk dewa langit di sisa napasnya sampai kedua matanya terpejam. Begitu membuka mata, ia sudah berada di sebuah ruang luas yang dikelilingi awan dan banyak guci kecil-kecil tertata rapi di sebuah rak besar.“Di mana ini?” Wang Yang semakin bingung manakala matanya tidak bisa memastikan di mana kakinya berpijak. “Ning’er, Ning’er!” panggilnya panik.Wang Yang berjalan berkeliling mencari jalan keluar, tapi yang dilihatnya hanya gumpalan awan putih, sesekali dihiasi kilatan petir. “Deyun! Li Deyun!” teriaknya lagi.“Mereka tidak akan mendengarmu.”Wang Yang terkesiap dan berbalik mencari sumber suara. “Siapa kau?”Seorang nenek tua dengan punggung bungkuk dan tongkat kayu sebagai penopang langkahnya, berjalan mendekat. “Aku penjaga Gerbang Roh.&r
Read more
Bab 33-1 Bangkit Kembali
Blarr!Wang Yang mengerjapkan matanya, kilatan petir membuat pandangannya sedikit buram. Ia merasakan desir angin menyibak pinggir pakaiannya.‘Udaranya terasa hangat. Persis seperti udara Yongjin,’ batin Wang Yang sambil terus mengerjap.“Yang Mulia, hentikan. Langit akan mengutuk.”Wang Yang membuka matanya lebar mendengar suara yang begitu dikenalnya sedang menegurnya. Dengan cepat, Wang Yang menoleh pada asal suara. “Huazhi?”“Ya, ini Huazhi, Yang Mulia. Saya mohon, hentikan menantang langit. Petir barusan sangat mengerikan.”Terbengong, Wang Yang mencoba mengingat apa yang terjadi. ‘Bukankah barusan aku berada di gerbang roh? Apakah Dewa Langit sudah mengabulkan permohonanku? Apa aku sudah dibangkitkan?’“Yang Mulia?”“Apa yang barusan terjadi?” tanya Wang Yang linglung.Meskipun kebingungan, Huazhi tetap menjelaskan semua kejadian y
Read more
PREV
1
...
45678
...
18
DMCA.com Protection Status