Lahat ng Kabanata ng Skandal Cinta Sang Psikiater: Kabanata 11 - Kabanata 14
14 Kabanata
Elena, Kamu Cantik ....
Elena terjerembap ke lantai dengan posisi badan tertelungkup. Kesempatan itu digunakan Dokter Andreas untuk mendekatinya. “Elena, kamu enggak apa-apa?” tanya Dokter Andreas. Elena mengerang kesakitan, Dokter Andreas mencoba membantu Elena untuk mengangkat kedua kakinya dari sela-sela pagar. “Lepaskan aku, aku bisa sendiri,” ucap Elena, dia mencoba melepaskan diri dari Dokter Andreas. “Sudahlah, jangan keras kepala seperti ini. Ayo pegang yang erat.” Dokter Andreas semakin erat memegang lengan Elena dan akhirnya Elena berhasil diselamatkan. Dokter Andreas membawa Elena masuk ke dalam, lalu mengunci pintu yang menuju arah balkon, agar Elena tidak macam-macam lagi. “Aku akan antar kamu pulang hari ini,” tutur Dokter Andreas. “Aku tidak mau pulang, lebih baik aku mati daripada harus bertem
Magbasa pa
Elena atau Emi?
Dokter Andreas tampak terpesona melihat kecantikan Elena, matanya tidak berhenti memandang ke arah pasiennya itu. “Kenapa kamu memandangku seperti itu? Ada yang aneh?” tanya Elena. Elena tampak anggun ketika memakai baju yang dibelikan oleh Dokter Andreas. Baju warna broken white berbahan satin itu membuatnya semakin terlihat seksi. Elena memang memiliki postur badan yang proporsional, wajah yang menawan, membuat sosok Elena banyak disukai laki-laki. Namun, sayangnya Elena adalah gadis yang dingin, tidak satu pun lekaki yang mengincarnya berhasil mendapatkannya. “Oh, tidak apa-apa, aku hanya senang melihatmu seperti ini.” Dokter Andreas tampak salah tingkah di depan Elena. “Aku lapar, mana tadi makananku?” tanya Elena. “Oh, iya, itu ada di meja makan. Makan saja, aku sudah lebih dulu tadi,” jawab Dokter Andreas. 
Magbasa pa
Kecewa!
Andreas benar-benar kebingungan. Dia tidak mau mengecewakan istrinya namun, merasa takut sesuatu terjadi dengan Elena. “Ya, Sayang? Please ....” Emi sangat memohon agar Andreas mau pergi bersamanya. Melihat wajah Emi yang memelas, akhirnya Andreas luluh juga. “Baik, tapi hanya tiga hari kita di sana,” sahut Andreas. “Iya, Sayang. Terima kasih, ya,” ucap Emi, “sekarang mandi gih, jadwal keberangkatan pesawat kita pukul satu,” ujar Emi. Andreas melirik ke arah jam tangangnya. Waktu menunjukkan pukul delapan. Andreas segera bangkit dari tempat tidurnya, lalu menuju kamar mandi. Selesai mandi, Andreas berencana untuk menemui Elena sebentar untuk mengetahui keadaannya. “Emi, aku pergi ke rumah sakit dulu sebentar. Ada berkas penting yang tertinggal di ruanganku. Nanti aku balik lagi, ya, se
Magbasa pa
Kemana Ibu Pergi?
Terlihat jelas kekecewaan di mata Emi, bulir air mata berjatuhan membasahi pipinya. Bulan madu kedua yang diimpikannya hanya bayangan. “Bi, tolong antarkan saya ke kamar,” pinta Emi sambil membalikkan kursi rodanya ke arah kamar.“Biar aku saja, Bi!” Andreas tiba-tiba muncul dari belakang.“Baik, Pak. Saya tinggal dulu ke belakang,” sahut Bi Sarah.Mendengar kedatangan Andreas, Emi langsung menghapus air matanya, dia mencoba bersikap biasa saja, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kekecewaan disimpannya dalam-dalam.“Sayang, maafkan aku, ya. Aku terjebak macet hampir dua jam,” ucap Andreas sambil bersimpuh di hadapan Emi.“Tidak apa-apa, Sayang. Kita bisa ambil liburan lain kali,” jawab Emi.“Kita bisa berangkat besok, aku akan atur tiketnya,” tawar Andreas.“Tidak perlu, Sayang. Betul kata kamu, sepertinya lebih baik aku mempersiapkan diriku yan
Magbasa pa
PREV
12
DMCA.com Protection Status