Lahat ng Kabanata ng Cinta Seorang Penipu : Kabanata 61 - Kabanata 70
102 Kabanata
Menang
"Benar itu, kita memang bisa mencari informasi tentang tempat itu." kata Fauzi sambil tersenyum. Saat sore hari, aku mengajak Dita pulang bersama. Dita hanya diam dan terlihat khawatir. "Ada apa, Dita? Apa ada sesuatu yang telah terjadi kepada kamu?" tanyaku sambil merasa penasaran. "Aku hanya memikirkan keadaan ibunya Zidan saja, ibu Alea." jawab Dita sambil merasa khawatir. "Kenapa? Apa terjadi sesuatu yang buruk?" tanyaku sambil merasa penasaran. "Ibunya sakit lagi, Zidan datang ke kantor tadi pagi." jawab Dita sambil merasa khawatir. "Apa kamu ingin libur besok?" tanyaku sambil merasa bingung. "Tidak, saya masih memiliki banyak pekerjaan. Saya harus menangani pekerjaan kantor." kata Dita sambil tersenyum. "Apa yang Zidan katakan lagi kepada kamu?" tanyaku sambil merasa penasaran. "Tidak, dia hanya memerlukan bantuan dari aku." Jawab Dita. "Bantuan? Bantuan apa?" tanyaku
Magbasa pa
Kampung dekat gunung
Aku langsung kembali ke dalam rumah. Alif dan kedua temannya sampai di gunung itu."Di mana kampung itu?Kenapa kita masih belum sampai di sama?" tanya Alif sambil merasa bingung. "Apa kita masih jauh dari kampung itu?" tanya Fauzi sambil merasa bingung. Roni melihat sekitar tempat itu dan merasa yakin bahwa ini adalah kampung yang dimaksud. "Sepertinya tidak, kita hampir saja menemukan tempat itu. Ternyata kita sudah sampai." jawab Roni sambil sambil tersenyum. "Apa kita harus bertanya kepada mereka?" tanya Alif sambil merasa bingung. "Sebaiknya aku saja yang bertanya. Aku tidak yakin jika kalian berdua yang melakukan itu." kata Fauzi sambil tersenyum. "Baik, kamu saja yang bertanya." kata Roni sambil tersenyum. Fauzi langsung turun dari mobil dan menghampiri penduduk desa. "Permisi, pak. Apa saya boleh bertanya?" tanya Fauzi sambil tersenyum. "Ada apa?" tanya penduduk desa.&n
Magbasa pa
Ingin Keluar
"Terima kasih, pak Beni." kata Andre sambil tersenyum. "Tentu saja, bagaimana dengan peralatan bangunan? Apa ada sesuatu yang kurang?" tanya pak Beni sambil merasa penasaran. "Tidak, semua sudah tercukupi. Hanya saja ada sedikit kendala dengan mesin." jawab Andre sambil merasa bingung. "Mesin? Ada apa dengan mesin itu?" tanya pak Beni sambil merasa terkejut. "Mesin kurang berjalan dengan aktif. Sepertinya kita harus memperbaiki mesin itu. Atau mungkin kita harus mengganti mesin itu dengan mesin yang baru." jawab Andre sambil merasa bingung. "Anda tenang saja, pak Andre. Biarkan itu menjadi urusan saya. Saya akan mengatur mesin itu. Anda hanya perlu memastikan keadaan proyek dan bangunan. Saya tidak ingin ada kegagalan meski hanya sedikit saja." kata pak Beni sambil tersenyum. "Baik, pak Beni. Saya akan memastikan semua itu." kata Andre sambil tersenyum. "Bagaimana dengan kabar ibu Alea, pak Andre?" tanya pa
Magbasa pa
Meyakinkan Tamara
"Baik, ibu Alea." kata semua pegawai kantor Andre. Aku langsung mengajak Tamara pergi dari kantor Andre. Tamara hanya melihat aku dengan sangat terkejut. Andre langsung menghampiri kami berdua. "Kalian akan pergi ke mana? Biarkan aku yang mengantar kalian berdua." kata Andre sambil merasa bingung. "Tidak perlu, aku meminjam Tamara sebentar saja. Apa kamu keberatan?" tanyaku sambil tersenyum. "Tidak, apa kamu sungguh tidak ingin diantar?" tanya Andre sambil merasa bingung. "Tidak, aku akan pergi sendiri." jawabku sambil tersenyum. "Baik, aku mengerti." kata Andre sambil tersenyum. Aku langsung menepuk punggung Andre dan melihat ke arah dia. Aku langsung membuka pintu mobil untuk Tamara. "Terima kasih, ibu Alea!" kata Tamara sambil tersenyum. "Tidak masalah." kataku sambil tersenyum. Aku langsung masuk ke dalam mobil dan langsung pergi ke mengantar Tamara pulang. Dalam perjala
Magbasa pa
Memutuskan untuk tidak keluar
Tamara langsung merasa bingung dengan perkataan aku. "Apa maksud anda?" tanya Tamara sambil merasa bingung. "Andre hanya belum menyadari perasaan dia saja. Dia pasti sudah memiliki rasa cinta terhadap kamu. Aku sudah murni menjadi teman di hati dia. Aku senang sekali, itu membuat aku merasa lega dan tidak lagi bersalah. Aku tidak ingin membuat dia terus berharap sesuatu yang tidak pasti dari aku. Aku masih mencintai seseorang." kataku sambil tersenyum. Tamara langsung melihat ke arah aku. "Apa seseorang itu begitu berarti untuk anda?" tanya Tamara sambil merasa penasaran. "Tentu saja, dia sangat berarti dan juga dia itu istimewa. Saya belum pernah merasakan cinta seperti ini." kataku sambil tersenyum. "Begitu, ibu Alea." kata Tamara sambil tersenyum. Aku sampai di rumah Tamara. "Tidak terasa, kita sudah sampai. Aku harap kamu tidak keluar dari kantor Andre. Sekarang orang yang paling dia butuhkan
Magbasa pa
Mereka Kembali
Mereka bertiga pergi dari kampung itu. "Apa kita sungguh akan pergi? Bagaimana dengan kotak musik itu?" tanya Fauzi sambil merasa bingung. "Sementara ini, kita harus mundur. Kita tidak boleh membuat mereka tidak nyaman. Kita harus menemui pria itu lagi." kata Roni sambil merasa kesal. "Benar, mungkin saja dia tahu lebih banyak tentang kotak musik itu." kata Alif sambil merasa kesal. "Baik, apa kita sudah boleh kembali ke tempat tinggal kita?" tanya Fauzi sambil merasa penasaran. "Ada apa? Apa kamu sudah tidak sabar bertemu dengan Dita?" tanya Roni sambil merasa kesal. "Sepertinya bukan hanya aku. Ada pria yang sedang memikirkan kekasihnya." kata Fauzi sambil melihat ke arah Alif. Alif hanya tersenyum dan mengendarai mobilnya. "Menyebalkan, aku akan sendiri saat kita sampai di rumah." kata Roni sambil merasa kesal. "Aku akan mencari wanita untuk kamu, Roni." kata Fauzi sambil tersenyum.
Magbasa pa
Ketahuan
"Dasar Alea, kamu selalu dendam dan ingin melakukan hal yang sama dengan aku. Mungkin ini yang membuat kita cocok. Kamu seperti aku saja." kata Alif sambil tersenyum."Tidak juga, kita tidak terlalu mirip. Kamu jauh lebih menyebalkan dari aku." kataku sambil cemberut. Saat pulang kerja, Alif langsung membuat pintu mobil untuk aku. Kami masuk dan langsung pergi dari kantor. Dita keluar dari kantor dan Fauzi sudah menunggu dia. "Dita!" kata Fauzi sambil tersenyum. "Fauzi, ternyata kamu datang kemari." kata Dita sambil tersenyum. "Tentu saja, aku tahu kamu sudah merindukan aku sejak lama." kata Fauzi sambil tersenyum. "Ayo kita pulang!" kata Dita sambil menarik tangan Fauzi. Saat dalam perjalanan, Dita mendapatkan telepon dari Zidan. Fauzi merasa tidak nyaman saat Dita dan Zidan tertawa sangat seru saat sedang menelepon. "Kenapa? Apa kamu tidak nyaman?" tanya Dita sambil tersenyum. "Tidak, apa
Magbasa pa
Zidan Menjadi Pegawai Alea
"Kamu tidak percaya terhadap aku? Aku hanya mencintai kamu saja. Aku tidak akan bermain cinta dengan wanita lain." kata Alif sambil tersenyum. "Benarkah?" tanyaku sambil merasa ragu. "Tentu saja, jika hati aku bisa bicara. Dia pasti akan berteriak nama kamu." kata Alif sambil tersenyum. Aku langsung tertawa dan menepuk punggung Alif. "Kamu sudah pandai merayu. Mulut seorang penipu memang tidak bisa dipercaya." kataku sambil tersenyum. "Kamu ini sangat menyebalkan, Alea." kata Alif sambil merasa kesal. Roni menemukan informasi mengenai pria yang pernah berada di hotel itu."Akhirnya aku menemukan dia. Aku harus menghubungi mereka bedua" kata Roni sambil tersenyum. Roni langsung menghubungi Alif dan Fauzi. Alif langsung pergi dari rumah. Aku bingung dengan sikap Alif. "Aku harus pergi sekarang." kata Alif sambil tersenyum. "Kenapa? Apa yang dia katakan? Apa kamu akan langsung pergi?
Magbasa pa
Beli Alat
Zidan langsung melihat mesin itu. "Sepertinya akan cukup lama tapi saya merasa mampu untuk memperbaiki mesin ini. Saya pernah melihat mesin ini sebelumnya. Tapi saya tidak yakin jika ini akan berjalan dengan lancar." kata Zidan sambil tersenyum. "Bagus itu, saya percaya dengan pekerjaan kamu. Saya serahkan ini kepada kamu. Saya harus memantau pekerjaan yang lainnya. Saya tinggalkan kamu sendiri." kataku sambil tersenyum. "Baik, ibu Alea." kata Zidan sambil tersenyum. Aku langsung memeriksa pembangunan proyek. Setelah itu, aku langsung pergi ke kantor. Dita merasa bingung dengan kepergian aku. "Ibu Alea, kenapa anda baru sampai?" tanya Dita sambil merasa penasaran. "Saya memiliki urusan mendesak. Bagaimana dengan pak Haris? Apa dia sudah datang?" tanyaku sambil merasa penasaran. "Belum, dia mengatakan akan terlambat untuk beberapa jam." jawab Dita sambil tersenyum. "Begitu, aku mengerti. Aku harus
Magbasa pa
Mabuk
Aku menyuruh Zidan untuk memilih alat terbaik. Aku tidak ingin proyek itu sampai gagal hanya karena masalah mesin itu saja. Proyek itu pasti sangat penting untuk Andre. Aku tidak ingin dia mengalami kerugian besar."Apa saya boleh memilih alat itu?" tanya Zidan sambil merasa bingung. "Tentu saja, alat ini penting untuk pekerjaan. Saya tidak akan keberatan dengan harga alat itu. Saya hanya ingin mesin itu berfungsi dan membuat proyek berjalan lancar." kataku sambil tersenyum. Zidan memandang aku dengan tatapan tajam. Dia seperti menyimpan banyak pertanyaan kepada aku. "Ada apa? Apa kamu memiliki pertanyaan kepada aku?" tanyaku sambil merasa bingung. "Saya hanya bingung dengan sikap anda. Bukankah Andre itu mantan kekasih anda? Kenapa anda begitu baik dan membantu proyek dia? Apa anda masih mencintai dia?" tanya Zidan sambil tersenyum. Aku merasa tidak tahan dan tertawa dengan perkataan Zidan. Aku melakukan itu hanya untuk pe
Magbasa pa
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status