Semua Bab Godaan Memikat Abang Ipar: Bab 41 - Bab 50
67 Bab
Tubuh atau Hati
Kaisar menengok ke belakang, helaan nafas keluar dari mulut serta hidungnya karena tidak menemukan punggung Nara di sana. Gadis itu benar-benar pergi dan membuat Kaisar bertanya-tanya dengan perasaannya sendiri. Apa yang dia inginkan dari Nara sebenarnya? Tubuh atau hati gadis itu? Kaisar bergeming di tempat duduknya, tangannya bergerak meraba bagian dada yang berdetak tak biasa. Apa ini? Jangan bilang gue beneran suka sama Nara? Kaisar masih bergumul dengan pikirannya ketika sebuah pesan masuk di ponselnya. “Kamu ganti nomor nggak ngabari aku, sampai-sampai aku harus meminta nomor kamu dari Rega?”Dengan malas Kaisar membaca pesan yang sudah bisa dia tebak siapa pengirimnya. Itu Luna. Dia memang belum mengabari wanita itu soal nomor barunya. Lagipula, tidak penting juga, kan? “Ada apa? Gue sibuk seharian ini. Nggak punya waktu buat ngeladenin lo yang terus menerus mengeluh soal mama.” Kaisar menekan tombol kirim setelah mengetik pesannya yang terdengar jutek. “Mama ngajak aku k
Baca selengkapnya
Jebol
Dua insan yang perasaannya tengah dilanda antara dilema atau kasmaran tampak asyik bercumbu. Tidak cuma Kaisar, Nara juga mulai mengimbangi permainan pria itu yang menciumnya dengan buas. Sama seperti Kaisar yang ingin egois, Nara juga tak mengerti perasaannya. Dia yang katanya mencintai Rega, tapi malah menikmati dengan sangat setiap sentuhan Kaisar di tubuhnya. Gigitan pria itu di lehernya yang pastinya meninggalkan bekas merah kehitaman tak mampu ia tolak kenikmatannya. Ibaratnya, Nara sedang mereguk nikmatnya percintaan sementara hatinya tengah meraba-raba. “Ahh, Kai! Gue bisa gila kalau kayak gini terus.” Nara mulai meracau karena Kaisar makin intens mencumbui setiap lekuk tubuhnya. “Nggak apa-apa, Sweety. Malam ini, kita akan gila bersama. Gue akan buat lo ngerasain yang namanya terbang ke langit ke tujuh.”Panggilan Sweety dari suara rendah Kaisar membuat Nara terdiam dan menerima semuanya. Dia terlena. Satu tangan Kaisar meremas bukit kembar Nara yang tegak menantang karen
Baca selengkapnya
Ada penyesalan
Tidak. Dugaan Nara salah besar. Kaisar tidak meninggalkannya setelah mendapatkan tubuhnya, buktinya pria itu keluar dari kamar mandi dengan wajah jauh lebih segar. Fyuuuh. Nara menghembus nafas lega dan memaksakan sebuah senyuman. “I—iya. Gue udah bangun, tapi gimana ini? Gue mungkin nggak bisa jalan.” Nara menunjuk sekujur tubuh lebih tepatnya kakinya di balik selimut yang kesusahan digerakkan.“Nggak apa-apa kok, Sweety. Pertama kali emang gitu. Ayo biar gue bantuin lo mandi.” Kaisar jalan mendekat lalu merangkak naik ke ranjang king size yang menjadi saksi percintaan panas mereka pertama kali. “A—APA?” Bola mata Nara bulat seperti bola pimpong mendengar tawaran Kaisar. Nggak deh. Malu. Dia sontak menyilang kedua tangan di dada. Seolah tahu isi kepala Nara, Kaisar terkekeh geli. “Nggak usah malu. Gue udah lihat semuanya kok.”Nara terlempar pada kejadian beberapa waktu tadi, saat ia dengan Kaisar melakukan adegan panas. Kedua tangannya erat memegang ujung selimut hingga batas da
Baca selengkapnya
Digigit Nyamuk?
“Loh, Kamu masih di rumah? Memangnya nggak ke kampus?”Nara terlonjak kaget begitu suara neneknya berseru dari arah pintu. Duh, nenek, bikin jantung cucunya mau copot aja. Gadis yang rambutnya masih awut-awutan itu mengelus dada. Nara yang juga kaget bisa bangun kesiangan mengarahkan kepalanya ke jam dinding yang sudah menunjuk pukul 10 pagi. Semua gara-gara tadi malam dia tak bisa nyenyak tidur, sekalinya nyenyak sudah hampir pagi, jadi deh Nara tidur lagi sampai baru bangun sekarang. “Nara nggak ke kampus dulu hari ini, Nek.” jawab Nara dengan suara memelas, padahal dia tak bermaksud menunjukkan rasa sakitnya pada nenek, tapi mau bagaimana lagi? Begitu kenyataannya.“Kenapa? Kamu nggak enak badan ya? Berarti dugaan nenek tadi malam bener dong. Kamu sakit apa? Biar nenek beli obatnya.”Dugaan? Maksud nenek? Nara terbengong untuk beberapa saat. “Jadi kamu sakit apa? Nenek mau balik lagi ni ke warung.”Nara refleks menggeleng membuat nenek Ratih bingung. Melihat wajah bingung nenekn
Baca selengkapnya
Kecurigaan Nenek Ratih
“Kok lama banget hilangnya sih? Yang ada nanti nenek malah ngira yang macam-macam. Masa digigit nyamuk bisa berhari-hari. Gara-gara Kaisar nih. Sialan!” Nara, gadis itu mematut wajah terkhususnya bagian leher hingga dadanya yang memerah yang menjadi bukti nyata pergumulan panasnya bersama Kaisar. Mau dihapus bagaimana pun tetap saja ada, mau didempul pakai bedak setebal apapun, malah kelihatan kalau dia sengaja mendempul lehernya. Nanti malah ketahuan sama nenek. Kan Nara jadi pusing. Mau menelpon Kaisar dan mengomeli pria itu, ih malas banget. Dikira pria itu Nara kangen padanya. Tahu sendiri Kaisar kan gila. Nara menaruh kembali ponsel di tangannya ke atas nakas tapi kemudian urung karena ada notifikasi panggilan dari Cantika. Tadi dia dengar sih suara ponselnya menjerit beberapa kali, tapi dia masih malas. “Apa gue telpon aja dia ya? Pasti dia kepo banget ini. Sebelum dia ngira yang aneh-aneh, mending gue bilang aja lagi sakit. Beres.”Tut... Tut... Tut... Tak butuh waktu lama
Baca selengkapnya
Menolak Rega
Kapan gue ngigau nyebutin nama Kaisar? Astaga! Kenapa gue nggak ingat sama sekali?“Nenek salah dengar kali. Kenapa juga Nara nyebut-nyebut nama pria gila itu.” tampiknya dengan bibir dicebikkan dan satu tangan mengibas udara kosong. “Pria gila? Berarti kamu memang kenal dengan seorang pria bernama Kaisar? Iya?” Tatapan nenek penuh selidik. Seperti benar-benar menaruh kecurigaan pada cucunya.Nenek terus merecoki Nara tentang siapa Kaisar sebenarnya dan ada hubungan apa mereka hingga gadis itu geram dan berakhir mengusir neneknya keluar dari kamar. “Nenek keluar aja deh. Nara mau istirahat dulu.”“Kamu belum makan siang loh.” Nenek mengingatkan bersamaan dengan itu perut Nara berbunyi seolah membenarkan. “Iya. Nanti Nara makannya. Sekarang lagi badmood.” ucapnya seraya menghentak kaki kuat ke lantai. Siap! Sial! Sial! Entah berapa kali sudah dia mengumpat sepanjang hari ini dikarenakan pria itu. Kenapa manusia bernama Kaisar itu harus ada di dunia ini sih? Kenapa juga takdir mempe
Baca selengkapnya
Keputusan Nekat Luna
“Lo tidur sama pria lain di belakang gue? Iya?” Kaisar langsung bertanya pada Luna begitu mereka tiba di apartemen, tentunya setelah mengantar Mama Dahlia pulang ke rumah utama. Kaisar menatap Luna dengan wajah datar. Dia tidak pernah tidur dengan istrinya itu. Lalu, kenapa dokter tidak mengatakan Luna masih perawan kalau bukan wanita itu diam-diam tidur sama pria lain?Yang ditanya tampak tersenyum miris. “Kalau iya, kenapa? Kamu mau marah sama aku?” Alih-alih marah seperti yang dibilang Luna, Kaisar malah tergelak hebat, sampai dadanya bergoncang. “Pintar juga lo ya? Tadinya gue pikir, bakalan ketahuan sama mama dan dapat amukan beliau. Bagus deh.” Kaisar menyengir lebar tanpa merasa bersalah sama sekali, kemudian melenggang masuk kamar. Gerah. Ia harus mandi guna menyegarkan tubuh. “Begitu aja? Kamu nggak marah aku tidur dengan pria lain? Aku susah payah mikirin ini semua, sampai menyewa seorang pria untuk nidurin aku, kamu malah ketawa dan bilang bagus? Dasar! Nggak punya hati
Baca selengkapnya
Datang ke Rumah Nara
Kaisar sudah tampil ganteng, duduk di sofa sambil berselonjoran kaki. Kegemarannya kalau buka sosial media adalah melihat-lihat foto wanita seksi, meskipun semuanya kelihatan sama saja. Semua wanita itu pasti sudah pernah ditiduri oleh bermacam pria hidung belang. Bukan Kaisar tidak tahu. Berbeda dengan Sweety-nya yang masih polos dan malu-malu tapi sangat menggemaskan. Ah, memikirkan Nara, Kaisar jadi kangen dengan gadis itu. Sedang apa dia sekarang ya? Apa dia sudah bisa jalan? Ck. Kaisar menekan icol call untuk memanggil nomor yang diberi nama Sweety tersebut, senyum senantiasa tersungging di bibirnya membayangkan bagaimana gadis itu akan mengomelinya karena membuatnya tak bisa jalan. Namun, hingga panggilan ketiga, tidak ada jawaban dari Sweety, bahkan operator wanita di dalam talian mengatakan kalau Sweety-nya sedang berada dalam panggilan lain. Seketika itu juga, senyum di wajah tampan Kaisar sirna, berganti menjadi masam. Ponselnya ia remas kuat, bersamaan dengan giginya y
Baca selengkapnya
Pesan nenek, jangan jadi pelakor
“Pokoknya nenek nggak mau tau, kamu jangan mau tergoda apalagi berhubungan sama si Kaisar itu. Dia udah punya istri, nanti yang ada kamu dibilang merebut suami orang, apa sih sebutannya?” Nenek Ratih tampak mengingat-ingat sebutan apa untuk wanita yang kerjanya merebut suami orang. Nenek pernah mendengar itu dari ibu-ibu yang bergosip saat berbelanja di tukang jual sayur keliling. Jangan sampai cucunya jadi bahan gosip ibu-ibu rempong itu. “PELAKOR?” celetuk Nara.“Nah, itu! Nenek nggak mau kamu dicap sebagai pelakor. Malu-maluin. Apalagi sampai digosipin sama ibu-ibu nanti bisa nyebar satu komplek, tahu sendiri ibu-ibu di sini gimana mulutnya kalau ngomongin aib orang. Kayak diri sendiri nggak punya aib aja.”Omelan nenek tadi malam terus terngiang di kepala Nara. Siapa juga sih yang mau jadi pelakor? Kaisar aja yang kelewatan genit jadi orang. Udah punya istri juga masih aja ngelirik gadis lain. Nara bisa mengomel seperti itu seolah kejadian malam kemarin tak pernah terjadi. Lalu
Baca selengkapnya
Luna yang terus memikirkan Aldo
Ini gila. Luna tak bisa menepis bayangan Aldo dalam benaknya sedetikpun setelah kejadian malam itu. Setiap sentuhan yang pria muda itu berikan pada tubuhnya menimbulkan sensasi yang nikmat dan membakar gairahnya. Ia dibuat klimaks berkali-kali. “Aldo, kenapa dia sangat ahli? Apa dia sudah sering meniduri wanita?” Luna jadi susah berkonsentrasi membuat rancangan gaunnya. Kejadian malam itu berputar-putar di kepalanya tanpa diminta. Bagaimana dia mendesah kenikmatan setiap kali Aldo menghujam miliknya dengan sangat dalam, bagaimana tubuhnya mengejang saat gelombang dahsyat itu menerjang. Segalanya terasa nikmat. Kenikmatan yang tak pernah diberikan Kaisar padanya. Tok tok tok. Bunyi ketukan pintu ruang kerjanya membuat Luna menarik kembali kesadarannya, ia tak boleh terlihat bengong di depan karyawannya. Apalagi bengong karena urusan ranjang. “Ya, masuk aja. Nggak dikunci kok.” seru Luna lantang. Luna tak pernah mengira kalau yang masuk adalah Aldo. Pikirnya, setelah kejadian mengg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status