All Chapters of Ann The Innocent : Chapter 71 - Chapter 80
112 Chapters
Part 71
Berriel mengelus rambut Angela, "Sayang, boleh tinggalkan Tante dan Belle sebentar?" pintanya mempertandai ada yang harus mereka bicarakan sedikit pribadi. Angela mengangguk lalu beranjak berdiri dan pergi yang sebelumnya mengelus halus punggung tangan Belle dengan lembut. Krep! Pintu ditutup. Kemudian Berriel duduk persis di pinggir dipan menghadap pada wajah anaknya yang berbaring. Helaan napas panjang dan kemudian disemburkan lalu terdiam beberapa saat. "Sayang, Ibu tahu kamu masih sakit hati sekarang. Tetapi jauh lebih baik daripada nanti," ucapan Berriel dengan bibir bergetar persis di depan wajah Belle. Air mata Berriel mengalir hinggga menetes pada tangannya tak tertahankan. Melihat itu Belle merasa sangat tidak enak hati dia pun meraih tangan ibunya, "Bu, Belle minta maaf. Sakit hati itu ada, dan masih. Akan tetapi membuat Belle merasa lega. Maaf sudah membuat ibu dan ayah malu akan perbuatan Belle selama ini," ucapnya agak parau. Bernard yang bergeming jongkok sambil men
Read more
Part 72
Melihat Natalie masih terpaku dan lambat Carine tidak sabaran dan bergegas masuk ke dalam kamar. Tas warna coklat diambilnya, lalu mengambil beberapa helai pakaian Natalie yang dibelikan oleh Zean. Setelah semuanya masuk, tas pun ditutup dan dibawa ke luar lalu seketika dilemparkan persis di depan Natalie. "Cepatlah pergi! Taruh handphone yang aku belikan!" titah Carine tidak berkeprimanusiaan. Natalie menatap wajah Carine sembari tersenyum dingin, "Terima kasih, Nyonya. Semoga anda bahagia dan tidak sepertiku!" tutur Natalie kuat dan tidak menampakan kelemahannya di depan wanita yang suka dipanggil nenek ketika dia sedang kesal. Sejenak Natalie mengikat rambutnya dengan tali rambut yang melingkar di pergelangan tangannya. Setelahnya tangannya pun meraih gagang tas lalu menariknya, sedangkan matanya masih memutar ke sekeliling apartemen, 'Terima kasih sudah membuatku nyaman walaupun hanya beberapa bulan saja,' gumam gadis yang sekarang dapat sandangan habis manis sepah dibuang ini. T
Read more
Part 73
Di dalam rumah neneknya Natalie masih memeriksa barang-barang adiknya dan juga pakaian Loriez yang masih tertata rapi di dalam lemari usang di sudut dekat tempat tidur, dengan pikirannya yang sedang memikirkan akan kelanjutan hidupnya, "Aku harus bagaimana?" *** -Jerman- Setengah jam sudah Ann bersama Mike di ruangannya yang dikelilingi oleh buku-buku yang ditulis oleh Ann, nenek dari Mike. Di sana memang tidak semua buku diterbitkan, ada juga hasil tangan dan masih tersimpan rapi. "Diam dan mengerti merupakan suatu ungkapan cinta dan pengorbanan. Aku mencintaimu suamiku. Diamku menyadari kalau kamu sebetulnya belum mengerti aku, apalagi cintaku." Suara Ann lantang membaca salah satu tulisan milik Ann yang membuatnya mendekat pada Mike dan bertanya, "Cinta? Diam? Maksudnya?" Mike mengambil buku yang dipegang Ann kemudian membacanya kembali. "Entahlah! Aku juga tidak mengerti!" jawabnya polos sambil menarikan bahunya. Pandangan Ann pun pada buku berjudul yang menurutnya sangat uni
Read more
Part 74
Ann beserta keempat temannya masih dalam perjalanan ke Duisburg City Center. Tiba-tiba handphone Ann berbunyi, perlahan handphone itu diambilnya lalu memeriksa siapa yang menelpon. "Bibi Lana?" ucap Ann bertanya-tanya dan langsung mengangkatnya, "Iya, Bi. Apa kabar?" "Ini aku, Kak. Renata!" sahutnya di ujung telepon. "Ren...sayang...Bibi Lana ke mana?" "Bibi ada. Dia lagi nangis." "Sayang, berikan telepon pada Bibi sekarang!" "Tidak, Kak. Rena mau berbicara sama Kaka...." Belumlah Ann menjawab, Renata sudah berbicara kembali, "Kak, apa betul Rena ini anak ibu bersama selingkuhannya? Ayah bahkan tidak mau memeluk Renata, Kak. Padahal Renata rindu dan mau tanya kenapa ayah bunuh ibu." "Ternyata Rena, Kakak dan juga adik yang meninggal di dalam kandungan ibu bukanlah anak ayah!" tambah Renata yang membuat Ann menahan emosinya. "Stop, Pak!" teriak Ann pada Pak sopir sambil beranjak dari tempat duduknya lalu ke luar dari bus. Melihat itu ketiga temannya pun langsung mengikuti. "Ann
Read more
Part 75
Setelah mengajar di sekolah ANN dan kampusnya, Juan pulang ke rumah dan bertemu Alice yang sedang main sepatu roda di taman depan dekat rumahnya. Pandangan Alice terlihat memelas seperti sedang meminta maaf, namun Juan mengacuhkannya. "Juan...Juan...." Teriak Alice membuat Catherine yang baru saja datang dan melintas dengan mobilnya melirik ke arah Alice dan Juan yang acuh begitu saja. Catherine memarkirkan mobilnya di dalam garasi, begitu juga mobil Juan. Brug! Pintu mobil Catherine banting, lalu menguncinya menggunakan remote kontrol. "Dia itu siapa?" tanya Catherine sambil menunggu Juan yang sedang berjalan ke arahnya. "Siapa, siapa?" tanya Juan pura-pura tidak mengerti. "Itu, gadis berambut ikal di taman depan!" Catherine berucap sambil melirik ke arah gerbang. "Lupakan sajalah, Bu. Tidak penting!" jawabnya singkat. Mendengar ribut-ribut dari bawah Erick langsung turun yang dari tadi sibuk bersama Mark dan Alexander di dalam ruangan penelitiannya. "Kalian ini, datang-datan
Read more
Part 76
Baru saja Juan hendak membuka pintu rumahnya, Catherine tiba-tiba muncul dari arah dapur. "Juan, sayang...ajak Ann untuk makan malam terlebih dahulu," ucapnya sambil menoleh pada mereka berdua. Juan memandang pada ibunya, lalu pada Ann yang sedang dipegangnya. "Mau tidak?" Ann menoleh pada Cathrine dan mengangguk pelan tanda setuju. Tangan Juan yang tadinya menggenggam lengan, kini berganti pada jemari Ann. Ann beraksi biasa saja karena dipikirnya Juan hanya membantunya agar tidak gugup dan malu. Sementara Cathrine sudah memastikan kalau Juan bukan hanya menaksir Ann ini, tetapi dia mencintainya. Ann dan Juan duduk berdampingan di dalam ruang makan yang mewah. "Nah ini adalah soup burung dara kesukaan mertua Tante, beliau bukan mertua buat Tante ini, tapi sudah Tante anggap seperti orang tua sendiri," ucapnya sambil menaruh mangkuk soup di atas meja. Asisten rumah Cathrine membawakan cake strawberry, "Itu kesukaan Juan!" Catherine memberitahu sambil mengambil piring isi cake. Ann
Read more
Part 77
Kemudian tangan Jacob pun meraih kotak berbentuk hati itu dan menaruh dua lembar ratusan $NZ ke dalamnya, lalu meninggalkan Cristin bersama Khaty yang terpaku melihat itu. *** Sore ini Ann sengaja berjalan ke arah taman bermaksud untuk menemui Alice. Setibanya di sana dia pun menemukan Alice sedang asik dengan sepatu rodanya. Sebelum mendekat ke arahnya Ann menghela napas terlebih dahulu, lalu melanjutkan kembali langkahnya. "Alice...." Sapa Ann sambil menepuk pundaknya pelan. "Ann!" Alice membalikan badannya agak terkejut. "Kita perlu bicara! Sepertinya kamu salah paham antara aku dan Juan!" ucap Ann berniat mengklarifikasi. Tiba-tiba Rita sudah berdiri di belakang Ann. "Tante dan ayahnya Alice tadinya ingin memisahkan persahabatan kalian karena takut kamu seperti ayahmu," lirihnya pelan dan jelas. "Akan tetapi, Tante salah!" imbuhnya melanjutkan sambil memegang pergelangan tangan Ann dan mengajaknya duduk di kursi taman.
Read more
Part 78
Raymond adalah kakak dari dokter Zayn satu-satunya, dia pun langsung mendatangi ibunya, Martha."Ray telah selesai di dunia ini, Bu. Ray minta minta maaf...." Tuturnya pelan sambil menatap wajah ibunya dan kemudian disambut oleh ibunya dengan rangkulan erat yang membuat Raymond nyaman di dalamnya."Tak perlu minta maaf, ibu mengerti semuanya." Sahutan menenangkan ke luar dari mulut ibunya yang sangat bijaksana dalam menyikapi kesilapan anaknya.Zayn datang, tangannya menarik kasar ujung kursi kayu, "Alah, Abang ini kapan sih bisa benar dalam berbuat! Dari dulu melakukan kesalahan yang itu-itu saja!""Istri Abang mana sekarang?" tambah Zayn sambil menyuap roti goreng hangat yang baru saja ibunya sajikan."Hush, kamu itu...Abangmu ini baru mengarah ke jalan yang tepat, kemarin-kemarin kesasar. Kamu jangan buat Abangmu kembali nyasar!" sela Martha dengan bijak.Martha mengerti kenapa Raymond seperti itu dan dia pun percaya kalau anak sulungnya
Read more
Part 79
Trek! Pintu ruangan dibuka. Suster yang ada di sana bingung melihat Zayn ada di dalam rumah sakit, "Dokter? Dokter 'kan tidak ada pasien hari ini!" sapanya sambil menghampiri. Zayn tidak menggubris pertanyaan Suster tersebut, dia langsung membuka lemari tempat menyimpan filenya dan mengambil photocopy KTP milik Natalie. "Nah, ini dia!" ucapnya tersenyum merekah. Kemudian Zayn pun meninggalkan ruangan dan malam ini juga langsung menuju alamat yang tertera. *** Di dalam rumah kecil yang sederhana milik peninggalan Loriez, Natalie berniat untuk meneruskan aktifitas seperti ibunya dulu, dan itu juga sesuai dengan keahliannya. Karena dia tidak bisa mengikuti jejak neneknya yang mengurus ternak dan bercocok tanam milik saudagar kaya. Sebab menurutnya itu akan membuat dirinya hitam, terlebih lagi Natalie memiliki alergi pada rumput pakan ternak tersebut. Tangannya memegang dua lembar uang ratusan $NZ yang ditinggalkan Ann dari pemberiannya. "Aku akan
Read more
Part 80
Di dalam dapurnya yang serba terbatas, Natalie mulai memutar otaknya untuk bisa memanggang, mengukus berbagai macam kue. "Ini dioven di mana, ya?" ucapnya bingung sambil mengaduk-aduk adonan yang sudah siap dipanggang. Sedangkan Zayn sudah memperhatikannya sejak dari tadi, dia pun menghampiri. Pandangannya pada panci besar yang terkait pada paku di tiang kayu di ujung dapur. Kemudian, mengambilnya dan meletakan itu di atas tungku. Lalu, "Letakanlah di dalam!" titah Zayn seraya menatap wajah bingung Natalie. Natalie pun hanya menurut saja sambil bibirnya tersenyum merekah, setelahnya panci itu pun ditutupnya, dan ditaruhlah beberapa bara api di atasnya bermaksud agar adonan yang ada di dalam panci matang secara sempurna. Aktivitas Natalie pun pada adonan kue yang sudah dikukusnya, "Makanlah, kamu pasti lapar 'kan!" ucapnya sambil menaruh piring di atas bangku terbuat dari bambu, dan secangkir teh pun menjadi temannya. Zayn mengambil kue itu dan memakannya, "Wow, kamu ternyata mahir
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status