All Chapters of Melawan Suami dan Mertua: Chapter 41 - Chapter 50
110 Chapters
41
Bagian 41PoV dr. Vadi            Tangisan Risa yang bertubi-tubi dari siang hingga malam ini, tentu membuat hatiku ikut gerimis. Dusta bila aku hanya cuek. Memang mata ini tak ikut menitik, tetapi jiwa? Sungguh aku sesak dibuatnya.            Gemetar bibirnya yang jujur bercerita, membuat hatiku menangis dalam sunyi sejadi-jadinya. Tanganku bahkan tremor saat menyentuh pundak dan puncak kepalanya. Risa bagiku bukan hanya sekadar partner bekerja. Sejak dia kubawa tinggal di kost Anugrah, entah bagaimana separuh jiwa adalah dia.            Berlebihan? Tidak. Aku rasa sama sekali tidak. Terlalu cepat jatuh cinta? Aku akan tegas menjawab, no! Hati yang menyeleksi. Raga mengamini. Lantas, aku bisa apa? Waktu yang membuatku rela bertaruh, bahwa perasaan ini sama sekali bukan hanya sesaa
Read more
42
Bagian 42PoV dr. Vadi            Meski lama, Risa berhasil juga menghabiskan seluruh isi piring dan gelasnya. Aku memang sudah tak sabar lagi untuk mengusaikan semua. Malam ini harus kelar, begitu pikirku. Apa pun yang terjadi, Risa harus lekas kembali ceria. Tak boleh lagi ada saputan awan mendung di mata beningnya.            “Ayo,” kataku pada Risa setelah membayar bon makan kami.            Risa gelagapan. Matanya bagai penuh tanya. “K-kita …?”            “Kita ke rumah suamimu. Sekarang.” Aku menggandeng tangannya. Menyebrangi jalan dan membukakan pintu mobil untuk perempuan tersebut.            Aku duduk di kursi kemu
Read more
43
Bagian 43PoV dr. Vadi            Rasa puas menyeruak. Membuncah dalam dada. Aku tenang, aku senang. Risa juga harus merasakan yang sama. Tak boleh ada tangisan lagi di wajah manisnya.            Kami berdua bergegas masuk ke mobil. Aku sedikit mengempaskan pintu saat menutupnya. Melampiaskan rasa dendam yang masih membara. Andai saja aku tak sabaran, mungkin sudah kutinju geligi milik lelaki sok jagoan itu.            “Mas … yang tadi,” kata Risa sembari mencengkeram lengan kausku.            “Kenapa lagi?” tanyaku sembari menghidupkan mesin.            “Terlalu banyak,” lanjutnya lagi.     
Read more
44
Bagian 44PoV dr. Vadi            Malam ini adalah malam paling panjang sekaligus membahagiakan untukku. Bertahun-tahun hidup tanpa sentuhan cinta, sebagai lelaki aku terus menua dengan rasa cuek yang terlampau. Namun, malam ini Risa mengubah segalanya. Kebekuan yang membuat sikapku dingin, perlahan dapat mencair. Pintu yang semula tertutup, kini terbuka lebar hanya untuk menyambut kehadirannya.            Usai mengantar perempuan berpenampilan kasual itu tepat di depan pintu kamarnya, aku langsung bergegas naik ke lantai dua. Masuk kamar, menguncinya rapat. Kali ini, tak bakal ada lagi kesempatan buat Fino masuk untuk sekadar basa basi busuk. Apalagi kalau membahas tentang Ela.            Sembari duduk di kursi meja kerjaku, aku langsung menyalakan ponsel dan bermaksud untuk menghubungi se
Read more
45
Bagian 45PoV dr. Vadi             “Pagi,” sapaku pada Risa. Perempuan itu tampak cerah ceria. Dia mengenakan sapuan blush on di kedua pipi putihnya. Make up-nya tak begitu tebal. Sangat pas dengan wajah cantiknya.            “Pagi juga, Mas,” jawab perempuan bercelana denim yang sama dengan tadi malam. Kemejanya sama yang dipakai saat kami ke mal tempo lalu. Sebuah kemeja panjang kotak-kotak berwarna marun. Ah, astaga. Aku sampai lupa untuk mengajaknya berbelanja pakaian tadi malam. Kasihan dia. Pakaiannya cuma itu-itu saja.            “Kenapa lihatin aku sampe bengong begitu?” Risa salah tingkah. Perempuan itu membenarkan letak rambutnya ke belakang telinga.            “Ng
Read more
46
Bagian 46PoV Risa            Aku merasa sangat-sangat kaget saat pagi ini harus dihadapkan pada kenyataan bahwa dr. Vadi menyewakan dua orang pengacara hanya untuk mengurus perceraianku. Ya Tuhan, kebaikan lelaki itu, kurasa aku tak bakal sanggup untuk membalasnya satu per satu.            Mas Deny dan Mas Robyn sangat membantuku hari ini. Mereka yang memperkenalkan kepada pihak pengadilan agama. Membantu untuk proses pendaftaran serta menjelaskan tahapan apa saja yang bakal kulalui berikutnya.            Urusan sangat gampang dan relatif sebentar hari ini. Tahu-tahu, pihak pengadilan mengatakan bahwa pendaftaran perceraian yang kuajukan akan segera diproses. Mas Rauf sebagai pihat tergugat akan mendapatkan surat panggilan untuk tahap mediasi bersama hakim nanti. Aku rasa-rasanya ingin men
Read more
47
Bagian 47PoV Rauf            250 juta? Apa? 250 juta? Kupingku langsung berdiri. Mataku setengah membelalak. Mana pernah aku memegang uang sebanyak itu dalam satu waktu dan lelaki itu dengan santainya melemparkan kartu warna emas tak jauh dariku.            Saat Risa dan si dokter songong tersebut pergi, aku langsung ambir gerak 1000. Kuraih kartu ATM tersebut dan menyimpannya ke dalam saku celana. Gila! Aku kaya mendadak. Apa dokter itu sinting? Bisa-bisanya dia memberikanku uang segitu banyaknya hanya untuk menebus si Risa. Hahaha gila! Sangat edan luar biasa! Ini sudah seperti mimpi indah di tengah siang bolong.            Kutoleh kiri dan kanan. Tak ada yang melihat. Mama, Indy, dan Lestari sepertinya sedang berkumpul di kamar Mama atau di ruang tengah. Syukurlah. Jadi, tak ada yang ta
Read more
48
Bagian 48PoV dr. Vadi            Seharian tanpa kehadiran Risa, membuat aku benar-benar hampa. Kosong. Seperti gelas tak ada isi. Tak berguna. Serasa tak dibutuhkan. Sedang Vianti, duduk mendampingiku, membantu menganamnesa pasien yang silih berganti keluar masuk ruangan.            Pukul 13.00 tugasku selesai. Hari ini pasien tak begitu ramai. Aku merasa lega sebab tak harus berlama-lama di sini.            “Dok, mau pulang, ya?” tanya Vianti sembari bangkit dari kursi milik Risa.            “Ya.” Aku merasa tak perlu panjang lebar menjawab pertanyaannya. Sudah tahu tidak ada kerjaan lagi. Ya, pasti aku pulang.            “Dok, saya ng
Read more
49
Bagian 49PoV Risa            Siang yang indah, pikirku. Setiap ucapan dr. Vadi semakin ke sini, semakin berbeda di telinga. Seakan penuh mantra cinta yang membuatku tak henti berbunga. Bahkan dia sudah berani untuk mengajak ke kampung halamannya segala. Sungguh, tak dapat kutebak betapa indah jalah hidup yang ternyata bakal kutempuh.            Obrolan di mobil antara kami berdua terus berlangsung, hingga tanpa terasa kami sudah tiba di halam parkir resto tempat pertama kali kami makan berdua sejak aku kabur dari rumah Mas Rauf. Resto Sambisari, seperti biasa selalu akan dipadati oleh para pengunjung yang berniat untuk mengisi kampung tengah. Apalagi siang-siang begini. Aku jadi pesimis, apakah masih ada tempat yang tersisa di sana saat parkiran saja penuh luar biasa.            Ketika kel
Read more
50
Bagian 50PoV Risa            “Risa?” Perempuan 40 tahunan dengan wajah yang semakin tampak awet muda, putih, dan berkulit kencang itu menatap dengan mata yang membelalak. Wajahnya langsung pias. Mendengar dia menyebut namaku, aku semakin yakin bahwa ini bukan sekadar mimpi buruk belaka.            “I-ibu ….” Bibirku bergetar. Air mataku tanpa sadar luruh membasahi pipi. Ada gejolak kemarahan yang tiba-tiba termantik dari dalam hatiku.            “Lho, kalian saling kenal?” Pertanyaan Abah diiringi dengan tatapan heran ke arah wanita di sampingnya yang tak lain adalah sosok ibu kandungku yang beberapa tahun lalu kabur meninggalkan kami dalam kondisi terpuruk.            “Ris,&rdqu
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status