Semua Bab Rumah Atmaja: Bab 21 - Bab 30
86 Bab
21. Konfrontasi Dua Cucu Menantu
Dua hari dua malam Bagas meninggalkan Nawang, Nawang melewati hari-harinya di rumah utama. Di sana dia harus menghadapi perlakuan dingin Eyang putri, perkataan sinis Bulik Betty, tutur kata manis Budhe Bina dan konfrontasi dengan Seruni.Konfrontasi pertama terjadi saat Seruni mengatakan bahwa dia akan mengikuti acara reuni teman kampusnya di Purwokerto. "Runi mau menghadiri reuni temen-temen kuliah Runi, Eyang. Runi mau minta ijin," ucap Seruni saat sarapan pagi."Iya," sahut Eyang kakung pendek."Jangan mampir kemana-mana Runi, kasihan Bisma kalau kamu tinggal kelamaan," sahut Eyang putri."Iya Eyang.""Oh iya, Nawang dulu kuliah apa? Mbak dulu ngambil pendidikan bahasa inggris," ucap Runi dengan nada kalem tapi terkesan mengejek."Nawang cuma lulus kejar paket C Mbak," sahut Nawang kalem aslinya mangkel."Owh ya? Ya ampun Bagas kok seleranya rendah banget," sahut Betty."Betty!" hardik Eyang kakung.Betty m
Baca selengkapnya
22. Ngidam Cantik Ala Nawang
"Ini cucu menantu saya yang kedua, istrinya Bagas." Eyang kakung mengenalkan Nawang."Loh Bagas yang anaknya Bagus tho mas. Wah cantik." Puji Eyang Sundari sepupu Eyang kakung. Pembawaannya kalem dan ningrat sekali."Kamu sudah isi Nduk?" tanyanya."Minta doanya Eyang?""Berapa lama nikahnya?""Sepuluh bulan.""Kamu yakin Nduk, lagi gak isi ini?""Maksud Eyang?""Ini perutmu kok beda? Yakin belum isi?""Eh. Itu?" Nawang mengingat-ingat kalau dua bulan ini dia sudah tidak menstruasi.Mata Nawang melotot, mungkinkah? Dia memandang kepada Eyang kakung dan Eyang Sundari."Kita telepon Bu Titik bidan desa."Eyang kakung meminta Maman memanggil Bidan Titik. Dan setelah memeriksa Nawang, Bidan Titik keluar dengan wajah semringah. Selamat Juragan Binawan, cucunya hamil perki
Baca selengkapnya
23. Kemarahan
"Aduh!" pekik Nawang. Dia terpeleset dan kedua kakinya seperti akan split namun Nawang reflek menekankan kedua tangannya menyentuh lantai. Sehingga tubrukan antara pantatnya dan lantai bisa dihindari."Ya Allah Den? Den Nawang gak papa. Maafin Juminten ya Den."Bagas segera keluar dari kamarnya mendengar teriakan Nawang."Kenapa?" tanyanya khawatir.Juminten ketakutan melihat ekspresi Bagas. Bagas melihat lantai yang basah habis di pel."Bukannya kamu sudah ngepel? Kenapa ngepel lagi?" tanya Bagas dingin."I-ini tadi kotor. Den Seruni menjatuhkan makanan buat Den Bisma." Juminten berkata sambil menunduk takut."Mas." Nawang berusaha meredakan amarah Bagas sambil mengelus-elus punggungnya."Ada apa ini?" tanya Eyang putri dingin."Gak papa Eyang," sahut Nawang.Bagas hanya diam saja tapi matanya menatap marah pada Juminten dan Seruni yang baru saja datang bersama yang lain. Rupanya teriakan Nawang terdengar sampai
Baca selengkapnya
24. Curhatan Budi
Bestari mengintip ke dalam ruang ICU, dimana Bagas tengah tak sadarkan diri. Air mata mengucur deras dari matanya. Bestari memasuki ruangan setelah menggunakan pakaian khusus. Dibelainya wajah sang cucu dengan sayang. Bestari menggigil ketakutan mengingat kejadian 30 tahun yang lalu. Dimana seseorang dengan wajah yang mirip dengan Bagas terbujur kaku dan tak bernyawa."Hei. Kamu mau tidur terus? Apa kamu tidak takut aku atau orang lain akan mencelakakan anak istrimu lagi? Ayo bangun karena aku tak akan tinggal diam saja," ucap Bestari lirih ditelinga sang cucu yang tak sadarkan diri.Setelah mengucapkan hal demikian, Bestari keluar dari ruangan Bagas. 1 menit2 menit3 menit4 menit5 menitKemudian jari Bagas bergerak, tiba-tiba napasnya seperti sesak. Suster yang berjaga segera mendekati Bagas dan menekan tombol untuk meminta pertolongan. Dokter segera melakukan tindakan penyelamatan.Tindakan memacu jantung dilakukan kare
Baca selengkapnya
25. Rahasia Seruni
"Masih sakit Mas?""Gak.""Beneran? Kok meringis begitu.""Gak papa. Anak kita gimana?""Dia baik. Kangen dia ditengokin sama ayahnya.""Yang kangen anaknya apa ibunya?""Hehehe.""Ish. Isteri mas sekarang ya?""Tapi suka kan?""Sukalah."Bagas memeluk tubuh sang istri penuh sayang. Sudah satu minggu Bagas dirawat setelah bangun dari koma. Hari ini niatnya Bagas akan pulang, tergantung bagaimana diagnosa dari dokter setelah visit nanti siang."Mas kangen kamu. Kamu tahu gak sih!""Lah ini Nawang di sini."Seruni memasuki kamar rawat Bagas bersama Bowo. Tentu saja Seruni melihat bagaimana mesranya Bagas dan Nawang. Sungguh menyebalkan dan membuat iri saja."Mas," panggil Bowo."Eh Wo. Baru datang," ucap Bagas tanpa melepas pelukan tangannya pada bahu Nawang. Mereka tengah duduk di atas ranjang pasien."Iya Mas. Ini aku sama Mbak Seruni."Nawang menatap Seruni dengan
Baca selengkapnya
26. Ibu VS Anak
"Kami sudah menangkap teman tersangka Pak.""Baik, dimana dia?""Mari saya antar."Genta mengikuti anak buahnya dan menemui rekan Santoso."Kamu Dianto, 'kan?""Iya benar.""Kamu tahu siapa yang menyuruh Santoso untuk mencelakai saudara Bagas.""Tidak. Orang itu hanya menelepon kemudian mengantarkan uangnya di tempat yang sudah dia tentukan.""Benarkah?""Dia laki-laki atau perempuan.""Yang menelepon suara perempuan.""Hem ... Dari suaranya kira-kira usiannya masih muda atau sudah tua?""Suaranya melengking.""Melengking. Baiklah."Genta berpikir, suara melengking dalam keluarga Bagas hanya dimiliki oleh ... Ya Ampun. Mungkinkah?****"Kamu kenapa, Wo?""Gak papa, Bu. Bowo cuma kecapean."
Baca selengkapnya
27. Dalang Kematian Bagus
Duka menyelimuti keluarga Atmaja. Terutama bagi Binawan dan Bestari. Tampak sekali kesedihan pada raut muka keduanya. Mereka tak menyangka nasib cucunya begitu menyedihkan, mati ditangan ibunya sendiri, Betty."Bagaimana bisa, Betty membunuh darah dagingnya sendiri?" lirih Bestari."Kamu bisa tanyakan nanti padanya," ucap Binawan sambil menghembuskan napas.Bisik-bisik para tetangga dan keluarga mengiringi upacara pemakaman Bowo. Bahkan suara mereka sungguh terlalu keras. Seruni tidak ikut mengantar Bowo ke liang lahat karena harus dirawat setelah mendapatkan banyak luka fisik dari Betty. Betty sendiri tengah diinterogasi di kantor polisi.Bagas menatap gundukan tanah yang terdapat nisan bertuliskan Prabowo Putra Atmaja. Dia masih duduk di atas kursi ditemani Budi dan Wanto. Sementara keluarga lain sudah kembali ke rumah. Nawang sendiri tidak ikut, karena dia sedang hamil. Kata orang tua, ibu hamil tidak boleh ikut ke acara pemakaman katanya takut kena 's
Baca selengkapnya
28. Vonis
Bagas masih membanting apapun yang ada di dalam kamarnya. Sedangkan Nawang hanya bisa menangis sambil memegangi perutnya. "Hiks ... hiks ... Mas Bagas. Hentikan. Nawang mohon ...," lirih Nawang."Kenapa mereka kejam Nawang, apa salah Ayah dan Ibuku. APA!"Prang ... Prang ..."Mas ... Aw ... Mas ...."Bagas menatap Nawang, tiba-tiba dia sadar ketika melihat perut Nawang yang mulai membuncit."Nawang ... kamu kenapa?"Bagas memutar roda dan mendekati sang istri. Bagas mengulurkan tangannya ke perut Nawang. Wajah Bagas pias. Dia baru sadar jika dia bertindak brutal dan labil."Naw ....""Ssssttt ... diam." Nawang mengarahkan tangan Bagas pada perut bagian bawah.Bagas terkesiap, Nawang sendiri tersenyum sumringah."Dia .... " Bagas tak mampu melanjutkan kata-katanya."Dia menendang Mas. Pertama kalinya menendang. Diusia kehamilan  ke dua puluh empat minggu."Bagas menatap Nawang dengan
Baca selengkapnya
29. Pembagian Warisan
Kesibukan Bagas mengurusi pabrik dan perkebunan kian bertambah apalagi Bagas sudah mulai memasarkan hasil teh dari pabriknya sampai negeri tetangga seperti Malaysia, Singapura, China, dan Brunai. Budi sendiri masih sibuk mengurusi cafenya. Setelah bercerai dengan Seruni, Bisma memilih menenggelamkan dirinya pada kegiatan berlatih membatik. Hasil kerajinannya sedikit-sedikit dipasarkan dengan bantuan Bagas.Kehamilan Nawang sudah menginjak sembilan bulan. Tinggal menunggu sinyal dari buah hatinya yang diperkirakan berjenis kelamin laki-laki.Binawan tak bisa menyembunyikan bahagianya. Calon cicitnya adalah sumber kekuatannya untuk berjuang tetap hidup hingga melihatnya lahir ke dunia.Sementara kehidupan keluarga Atmaja mulai tenang. Tidak dengan Seruni. Ambisinya mendapatkan Bagas kian menggebu. Hampir setiap hari dia melakukan teror dengan selalu mengirim chat mesra kepada Bagas. Bagas sama sekali tak menggubrisnya. Bahkan setiap Seruni datang ke p
Baca selengkapnya
30. Tingkah Aneh Budi
Bagas sedang mengamati beberapa sertifikat tanah hasil warisan sang Eyang. Bukannya senang tapi Bagas justru terlihat enggan.Sebuah sentuhan menyadarkannya bahwa di ruang itu ada Nawang."Mas kenapa?""Mas capek Dek.""Mau Nawang peluk?""Boleh."Bagas membaringkan diri dan menaruh kepalanya di pangkuan sang istri. Sengaja mukanya menghadap perut sang istri dan seperti biasa Bagas mengobrol dulu dengan jagoannya. Obrolan aneh yang akan membuat Nawang tertawa.Setelah mencium perut Nawang, Bagas mencoba memejamkan mata. Tak lupa tangannya melingkar di perut sang istri. Nawang membelai lembut rambut suaminya. Ia tak banyak bicara karena tahu Bagas sedang lelah dan butuh istirahat.Sementara itu, di salah satu bagian rumah, Budi sedang menatap marah hasil pembagian warisan dari Eyangnya."Ck. Kenapa Bowo harus dapat juga? Dia kan udah mati. Agghhhh ... sial. Mana mungkin aku ngambil bagian Mas Bisma sama Bagas. Pasti ketah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status