Semua Bab Rumah Atmaja: Bab 41 - Bab 50
86 Bab
41. Bestari Bercerita
Bagas menatap seseorang yang sedang tergeletak tak berdaya di atas ranjang. Beberapa peralatan medis terpasang di tubuhnya. Wanita tua itu terdiam dan memejamkan mata, sesekali terlihat gerakan naik turun dadanya nampak tak teratur."Pak Bagas."Bagas menoleh ke arah salah satu sipir wanita, namanya Sri Rahayu. Dialah sipir wanita yang selama ini berkomunikasi dengan Bagas perihal keadaan Bestari di penjara. Dia jugalah yang mengabari Bagas keadaan Bestari yang drop dan harus dibawa ke rumah sakit."Bapak sudah datang.""Iya, terima kasih Ibu sudah mengabari saya.""Itu tugas saya, Pak."Bagas memilih mengamati eyang putrinya sedangkan Sri mengamati Bagas. Sri yang masih single bukan tanpa alasan mau menjadi penghubung antara Bagas dan Bestari, selain sudah menjadi tugasnya, Sri juga menaruh hati pada Bagas. Sri berharap bisa menjadi lebih dekat dengan Bagas. Apalagi, Sri mendengar jika istri Bagas sampai hari ini tidak ada kabar. Dan Sri be
Baca selengkapnya
42. MA
Mendung menyelimuti hari, beberapa tetes air sudah mulai nampak. Meski pun begitu, beberapa orang yang sedang mengerumuni sebuah pusara baru, tampak tidak bergeming. Ada yang masih memanjatkan doa, ada yang menangis dan ada yang terlihat diam saja. Binna masih sesekali mengusap air matanya, sejak tadi malam dia menangis terus setelah mendengar kematian sang ibu. Budi, Bisma dan Bagas cenderung diam saja. Tidak terlihat ada air mata pada mata ketiga cucu Bestari.Maman, Wanto, Narti dan Juminten juga masih setia menemani keluarga Atmaja. Mereka memilih diam, dan fokus membaca doa-doa.Bagas menarik napas dalam, ingatannya kembali ke masa tiga hari yang lalu.Flashback"Eyang bagaimana keadaannya?""Eyang baik.""Alhamdulillah.""Kamu gak istirahat di rumah saja. Kasihan kamu, pasti kecapean."
Baca selengkapnya
43. Penyusup Itu
Malam ini, Bagas menginap di kamar utama. Sejak tadi dia berada di dalam kamarnya. Keheningan menyelimuti rumah Atmaja. Masing-masing penghuninya lebih memilih berada di kamar masing-masing pun dengan Bagas. Bagas sedang merenung. Saat kembali menempati kamarnya, Bagas menyadari perubahan posisi beberapa benda yang ada di kamar.  Meski kamarnya terlihat rapi, tapi Bagas tahu leta beberapa benda yang ada di kamar. Dan beberapa berubah. Bagas berpikir jika ada orang yang memasuki kamarnya dan mengacak-acak kamarnya demi untuk menemukan sesuatu. Bagas tersenyum sinis, dia sudah punya dugaan siapa saja yang bisa menjadi tersangka utama.Bagas memegang sesuatu di tangannya. Tak percuma dia minta bantuan pada Wanto dan Juminten."Apa kamu mencari sesuatu yang berharga di kamarku hai musuh dalam selimut?" Bagas bicara sendiri."Sayang, aku lebih pintar dari kamu. Kamu tidak akan bisa merebut apa pun yang bukan menjadi hak kamu," ucap Bagas lirih.
Baca selengkapnya
44. Sosok Sebenarnya
Genta melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit. Kini dia berada di depan ruang IGD. Genta melirik jam yang ada di pergelangan tangannya, pukul tiga pagi. Genta yang sedang menginterogasi Broto dan Binna terkejut ketika mendapati telepon dari salah satu anak buahnya, kalau Bagas dan Budi mengalami kecelakaan parah. Mobil keduanya masuk ke jurang. Beruntung saat kejadian, ada mobil patroli lewat dan melihat bagaimana mobil Bagas jatuh akibat menghindari mobil di depannya."Genta."Sebuah panggilan mengalihkan pandangan Genta dari ruang IGD. "Hai, Adit."Genta menyalami Adit, yang merupakan salah satu rekan kerjanya. Adit bekerja di bagian lakalantas."Beruntung sekali ada kamu, Dit. Gimana keadaan korban?""Parah, sama-sama luka berat. Semoga saja mereka bisa selamat.""Ya Allah, Bagas. Kenapa nasibmu ngenes banget?" Genta mencecar Adit kronologis kejadian bagaimana bisa Bagas dan
Baca selengkapnya
45. Rumah Sakit
Bisma menatap dua sosok yang masih tak sadarkan diri. Bisma mampu menampilkan mimik sedihnya dengan apik. Hingga membuat semua orang yang melihatnya iba. Wanto dan Maman sendiri sejak tadi hanya mampu menyeka air matanya yang sesekali menetes."Mohon maaf, Pak. Waktu menjenguknya sudah habis." Salah satu suster memberi tahu."Oh iya, saya sudah selesai. Wanto!""Iya, Den.""Aku minta tolong!""Baik, Den."Wanto langsung mendorong kursi roda Bisma dan membawanya keluar dari ruang ICU.Sampai di luar, Bisma sudah ditunggu oleh Kapten Polisi Hendra."Bisa kita bicara Pak Bisma. Kami butuh keterangan dari Anda."Bisma mengangguk. "Baik, Pak."Hendra membawa Bisma ke taman rumah sakit yang sepi. Di sana dia mulai mencecar Bisma dengan berbagai pertanyaan. Bisma tentu saja dengan tenang menjawab setiap pertanyaan. "Baiklah, cukup untuk hari ini. Kami mohon maaf jika suatu saat kami butuh bantuan saudara Bis
Baca selengkapnya
46. Amarah Bisma
Ricky menatap sahabatnya dengan tatapan sedih. Setetes air matanya jatuh. Dia baru saja mendengar kabar kalau Bagas sedang koma. Padahal masih inga dalam ingatan Ricky jika sahabatnya baru sembuh setelah mengalami peristiwa penembakan. Rasanya sebagai sahabat Ricky benar-benar tidak berguna. Rengkuhan hangat membuat Ricky memalingkan muka pada istri cantiknya. Dia berusaha tersenyum."Mas.""Mas sedih, Dek. Mas gak bisa bantu apa-apa.""Mas ... udah dong jangan nangis."Lily masih mencoba memberikan semangat pada sang suami. Karena takut mengganggu pasien yang lain, Lily mengajak Ricky ke luar ruangan. Di depan Ricky bertemu dengan Wanto yang menceritakan semua kejadian yang menimpa Bagas."Astaghfirullah! Bagaimana bisa Bagas gak cerita sama sekali, dia nganggap aku sahabat bukan sih?!" Nada suara Ricky terdengar marah namun tak bisa menutupi kesedihan di matanya."Den Bagas cuma gak mau bikin Den Ricky repot dan kepikiran mung
Baca selengkapnya
47. Rencana
Binna meluruh ke lantai, informasi dari Sri Rahayu membuatnya terhenyak. Wajahnya kalut. Berbagai dugaan mampir di otaknya."Ibu Binna mendapat keringanan untuk menengok saudari Anda."Binna tidak menjawab, dia terlalu shock. Bahkan seletah Sri pergi. Binna malah menangis."Kenapa kamu harus pergi, Betty. Lalu, aku sama siapa?" lirih Binna ditengah isak tangisnya.Sementara itu, di kediaman Atmaja. Suasana duka sedang menyelimuti para penghuninya. Bisma duduk dengan wajah sedih di kursi rodanya, sungguh bagi yang melihat tingkah Bisma, mereka pasti tidak akan menyangka pria yang terlihat sopan, baik hati dan penyayang tega membunuh liliknya (tante) sendiri.Para pembantu pun hanya bisa pasrah dan segera melakukan proses pemandian, menyolati dan penguburan Betty. Bisik-bisik para tetangga dan sanak saudara terdengar di setiap bagian rumah yang ada kerumuman massanya."Kayaknya keluarga ini dikutuk, loh?""Hooh, kayaknya gi
Baca selengkapnya
48. Di luar Dugaan
Jari-jari tangan seseorang bergerak, kemudian makin merambat hingga jempol kaki kiri dan jari kaki yang awalnya bertautan merenggang. Suara napas sedikit keras terdengar. Mata sang pria terbuka dengan pelan. Cukup lama dia hanya diam mengamati langit-langit kamar, sambil mencoba mengingat apa yang terjadi.Akhirnya sang pria mengingat kejadian yang menyebabkan dirinya berada di rumah sakit. Cukup lama sang pria hanya diam sambil menatap langit-langit kamar. Dia kemudian menoleh ke kanannya, dia tertegun. Setetes air matanya jatuh."B-ba-gas," ucapnya tanpa suara.Sementara lelaki yang ia panggil namanya hanya diam.*****Dokter yang menangani Budi dan Bagas sedang memeriksa keadaan Budi. Senyum merekah di bibirnya. Sang dokter segera ke luar ruangan."Alhamdulillah, saudara Budi sudah melewati masa kritisnya.""Alhamdulillah," seru Wanto yang kini sedang bertugas menjaga Bagas dan Budi. Wanto segera menghubungi Maman dan Genta. 
Baca selengkapnya
49. Sadar
Genta sedang duduk sambil mengamati kerja Tim Polantas. Mereka sedang mengupayakan mengambil tubuh Bisma yang berada di dalam mobil. Melihat posisi mobil yang rusak parah, Genta sudah bisa menyimpulkan hanya saja ia ungkapkan di dalam hati."Ta." "Pak."Genta berdiri menyambut Hendra, mereka kemudian memilih duduk kembali."Bagaimana keadaan Bagas, sandera sekaligus para perawat yang di sana Pak?""Sandera baik-baik saja, para perawat sudah siuman, Bagas masih koma, Budi tidak tertolong dan Binna pingsan. Setelah sadar seperti orang gila.""Ckckck. Benar-benar keluarga psikopat. Gak nyangka Bisma segila itu, sampai membunuh adik kandungnya sendiri lagi.""Nanti kita hubungi pengacara saudara Bagas. Rupanya ada hal mencurigakan pada surat wasiat saudara Bagas.""Apa yang mencurigakan?""Tanda tangannya sedikit berdeda.""Jangan-jangan Budi terlibat?""Saya juga berpikir ke arah sana. Sepertinya saudara
Baca selengkapnya
50. Akhir Yang Bahagia (Tamat)
Genta menatap sebal pada dua orang di depannya. Sungguh dua orang tidak berperasaan dan tidak berperikejombloan. Bagaimana bisa di depan orang lain mereka begitu mesra. Lihatlah bagaimana sang wanita naik ke atas ranjang, meletakkan kepalanya di dada sang pria sementara kedua tangannya memeluk erat sang pria. Si pria pun tak kalah menyebalkan, sesekali dia memainkan rambut sang wanita, membawanya ke hidung dan menghirup dalam-dalam. Belum lagi sesekali suara kikikan sang wanita terdengar saat sang pria sesekali mencium pipinya. Astaga!"Bisa gak sih, kalian gak mesra-mesraan di depanku!" sinis Genta menatap sebal pada pasangan suami istri di ranjang ruang perawatan VIP."Suka-suka akulah, lagian udah tahu aku lagi kangen sama istriku, kenapa kamu malah di sini? Jadi iri, 'kan kamunya?""Ckckck. Ini orang. Gak nyadar apa sejak kamu sakit, aku yang nungguin kamu, menemani kamu bersama Wanto, Mbah Maman bahkan Ricky setiap sabtu dan minggu.""Terus ... aku h
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status