All Chapters of Desah Di Kamar Sebelah: Chapter 11 - Chapter 20
146 Chapters
11
“Oh, jamu, ya? Iya, iya. Jamu.”              Suara Mama terdengar seperti orang gelagapan. Instingku kuat mengatakan apabila … beliau tengah berbohong. Apa sih, sebenarnya motif Mama? Apa yang sedang berusaha untuk dia tutup-tutupi?              “Mama tahu, kan?” tanyaku memastikan.              “Lho, tahu, dong! Masa nggak. Kan, Mama yang belikan untukmu.”              Deg! Belikan? Bukannya … Lia bilang bahwa itu Mama yang bikin?              “Mama beli di mana?” Terus kukorek informasi dari Mama. Telanjur aku penasaran.     &nbs
Read more
12
               “Kalau memang perasaan Mas Bayu sebegitu besarnya kepada Lia, mengapa dia harus menikahiku segala?” Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir. Saking gregetnya, aku meremas ujung sprei hingga terlepas dari ranjang. Ucapan Mama begitu keterlaluan. Wajar bukan, kalau aku melakukan perlawanan?              “Pertanyaan macam apa itu?!” bentak Mama tak terima.              “Aku hanya membalikkan kata-kata Mama saja.” Aku berucap tenang. Meski sempat luruh air mataku, tapi kurasa aku tak boleh terus-terusan lemah menghadapi keluarga ini. Ya, aku harus berontak!              “Dia menikahimu karena dia melas. Karena dia tak tega melihat w
Read more
13
Aku berkuat untuk tak membuka mata. Tetap berpura-pura tidur, apa pun ceritanya.              “Sudah dua kali dia begini, Mbak Tika. Semalam dan siang ini. Tidur terus menerus, lalu bangun-bangun sudah marah-marah kepada adikku yang baru datang. Omongannya juga ngelantur. Aku khawatir. Apa yang sebenarnya tengah menyerang Risti.” Terdengar ucap kegelisahan dari suara milik Mas Bayu.Apa dia bilang? Aku ngelantur? Enak saja! Apa maksud Mas Bayu? Ingin membuatku benar-benar terlihat gila di mata orang lain?           “Ngelantur bagaimana maksudnya?” Tika yang masih mengelus-elus puncak kepalaku bertanya. Penuh selidik nadanya. Aku benci situasi ini. Seolah-olah diperlakukan seperti orang dengan gangguan mental.“Dia mencurigaiku secara berlebih. Tiba-tiba nyelonong masuk ke kamar. Mencari-cari Mas Bayu seola
Read more
14
POV MAMA INA              “Dasar menantu gila! Tidak sopan sekali sama mertua!” Saking emosinya, aku kelepasan berteriak. Kubanting kasar ponsel ke atas ranjang. Sialan sekali istrinya Bayu yang sekarang! Semakin kurang ajar saja sikapnya. Berani-beraninya dia berkata-kata kasar dan sinis pada Lia? Awas saja dia! Nanti akan kubejek-bejek jika ketemu nanti.              “Ma, kenapa teriak-teriak, sih?” Mas Anwar tiba-tiba masuk ke kamar tidur kami. Pria yang berpakaian rapi dengan kaus berkerah motif kuda dan celana jins biru itu membuka celah pintuku semakin lebar. Aku yang salah tak mengunci pintu tadinya. Lihat, pria tua itu akhirnya masuk juga, kan!              “Oh, maafkan aku, Pa. Ini. Menantumu. Menyebalkan sekali.” Aku bangk
Read more
15
“Ya. Kalau Risti terus menerus begini, mungkin … terpaksa sekali aku akan membawanya ke rumah sakit jiwa untuk penanganan lebih lanjut,” ungkap Ma Bayu bernada sedih.              Sungguh, batinku berontak. Aku rasanya ingin buru-buru bangun saja dari kepura-puraan ini. Akan tetapi, bakal terlihat sangat konyol bila kuakhiri sandiwara di tengah-tengah obrolan panas barusan. Aku akan terlihat semakin gila di hadapan mereka. Tahan, Risti.              “Jangan, Mas. Apa kata teman-temanmu nanti? Bagaimana tanggapan keluarga kita?”              “Aku bingung, Li. Sungguh! Aku sebenarnya ikut stres berat memikirkan hal ini. Jadi … apa yang harus kita lakukan, Lia?” Bicara Mas Bayu makin terdengar frustrasi saja. Namun, kukua
Read more
16
POV AUTHORMASA LALU INA          “Rustina! Oi, Rustina!” Munarwan, alias Wawan, seorang lelaki pemabuk sekaligus preman pasar itu berteriak histeris pada istrinya. Rustina, atau kerap disapa Ina, tergopoh-gopoh berlari dari teras rumah menuju dapur kontrakannya. Rumah kecil itu memang mudah sekali merambatkan suara. Jangankan suara jerit. Sendok jatuh pun bisa terdengar sampai tetangga samping kiri dan kanan.         “Iya, Mas.” Ina terengah-engah. Tubuhnya memang kurang sehat saat itu. Dia terlambat bulan sudah hampir dua bulan lamanya. Kerap pusing serta mual dan banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan. Impitan ekonomi membuat dirinya tak bisa memeriksakan diri ke dokter maupun bidan. Ingin berobat gratis ke puskesmas pun dia tak bisa, sebab bukan orang asli sini serta tak memiliki KTP. Sial memang nasibnya.   &nbs
Read more
17
POV AUTHORPERJUMPAAN          “Bu Tami, Ina mohonlah, Bu. Mohon sangat, kasih Ina kerjaan.” Ina memeluk erat tubuh Tami, wanita 40 tahun pemilik rumah makan khas Tegal tempat di mana Ina berjumpa dengan Wawan pertama kali. Di warung yang berada di tepi jalan dekat dengan pasar induk, lokasi Wawan sering melakukan pemalakan kepada pedagang setempat, Ina datang serta memohon agar sang mantan majikan bisa memberinya pekerjaan sementara.         Tami yang merasa takut warungnya bakal disatroni Wawan apabila mempekerjakan Ina kembali, langsung membikin alasan. “Aduh, In. Warung lagi sepi. Pegawai juga sudah pas. Maaf, ya. Ibu belum bisa bantu,” ucap Tami berbohong. Padahal, akhir-akhir ini warungnya tengah ramai pembeli. Kebetulan, satu orang karyawannya baru pulang ke kampung halaman. Otomatis Tami kewalahan menghadapi membeludaknya pelanggan. Namu
Read more
18
“Kenapa kamu tertawa begitu? Ada yang lucu memangnya?” desisku tak suka dengan tatapan menantang ke arah Lia. Aku meringsek maju, tetapi Mas Bayu mencoba untuk mencegat. Tanganku dia tahan agar langkah ini tak dapat semakin berayun.         “Tentu aku tertawa! Karena kamu gila, Mbak! Penuh halusinasi. Mas Bayu, sudahlah. Bawa saja istrimu ke RSJ, biar dia dapat penanganan khusus!” ucap Lia penuh keangkuhan.         Kutatap Mas Bayu tajam. Mataku melotot besar. Kutepis tangannya yang terus saja mencengkeram. Aku pun lalu meneruskan memutar rekaman suara yang sempat ku-pause tadi. Biar suamiku dengar bahwa yang halu itu adiknya, bukan aku!         “Kamu dengar, Mas?! Kamu dengar apa kata Mama kalian?” Aku berteriak sekencang-kencangnya. Merasa puas sebab bukti yang kuutarakan kini didengar juga oleh Mas Bayu
Read more
19
POV AUTHORJATUH CINTA              Plak! Kepala Ina tiba-tiba digeplak dari belakang. Baru saja dia hendak menghadap tuan besarnya yang lima belas menit lalu tiba dari perjalanan bisnis. Perempuan itu mengaduh, tapi dia sembunyikan emosinya rapat-rapat. Ina menoleh ke belakang. Sosok nakal Bayu yang memukul. Bocah 11 tahun berbadan gempal dengan pipi tembam itu tengah memegang pedang-pedangan plastik. Barang itulah yang dia gunakan untuk memukul si pembantu baru.              “Bayu, jangan kurang ajar seperti itu!” pekik Anwar yang baru saja berulang tahun ke-42 bulan lalu. Pria yang menduda satu setengah tahun belakangan tersebut akibat sang istri meninggal dunia sebab kanker payudara, memang kerap dibuat geram oleh tingkah putra semata wayangnya. Kalau tak ingat perjuangan mendapatkan anak harus dengan berobat selama
Read more
20
POV BAYU              “Gimana? Kamu pasti nggak mampu, kan?” Lia menatapku dengan tangis air mata sendunya. Gurat luka tersibak jelas di wajah sedih itu. Aku tak kuasa menahan linang. Permintaan istri sekaligus adik sambungku sangat berat.              “Satu-satu,” sahutku seraya ikut berbaring di sampingnya seraya menempelkan wajah di pipinya.              “Nggak! Aku maunya kamu melakukan dengan cepat! Kalau nggak, baiknya kita cerai!” Lia berontak. Tangan rampingnya sibuk memukuli dadaku yang kemejanya telah koyak sebab tarikan Risti. Aku semakin gamang kala melihat marahnya Lia. Tak betah. Istriku yang selama ini jauh dan hanya bisa kubayangkan dalam mimpi di setiap harinya, pasti sangat merindukan kebahagiaan yang hakiki. Sebag
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status