All Chapters of (Not) His Sugar Baby: Chapter 261 - Chapter 270
318 Chapters
Yang Tersisa
“Bagaimana kondisi kandunganku?”Pertama kali membuka mata kenyataan itu yang Rose pikirkan. Dia memperhatikan sejauh mana pria yang berdiri di samping blankar enggan untuk menatap.“Axe ...,” panggil Rose. Tahu betul darah bersimbah banyak sebelum dia ditelan bulat – bulat tidak dapat mempertahankan kesadaran. Kesakitan itu benar – benar menjambak Rose luruh tak berdaya. Dan saat terbangun dia merasakan hampa yang cukup berbeda. Masih Rose perhatikan wajah itu .... “I’m sorry—“Rose berpaling sudah bisa menduga jawabannya. Hanya langit – langit rumah sakit yang terus dia perhatikan tanpa kata. Rose sudah terbiasa, tidak akan menuntut segala macam keinginan terhadap apa pun pilihan yang diberikan kepadanya. Kehilangan suami sekaligus calon anak. Sungguh dua hal yang nikmatnya tidak dapat Rose tawar dengan penderitaan lain. Dia tidak mengharapkan akhir bahagia. Semua sudah terbengkalai sejak sajak – sajak yang pernah hidup, terendap mati bersama perasaannya.“Kau baik – baik saja, Ro
Read more
Lelah
Separuh perjalanan kembali ke rumah persembunyian perasaan Rose masih terendap lara. Dia berusaha tegar. Sulit. Namun, sudah lebih baik daripada saat dia berada di hadapan Beatrace. Rose hanya berusaha tidak terbawa suasana. Kali ini sedang tidak mengerti apa yang akan Xelle lakukan dengan memberhentikan mobil di depan mansion besar. Ntah milik siapa, Rose tidak ingin tahu, dan hanya menunggu di dalam royce rolls sampai pria itu kembali dengan membawa selempang tas yang Rose kenali dengan betul, dia menduga benda tersebut terisi padat oleh sebuah laptop seukuran kurang lebih.“Aku seperti pernah melihatnya,” gumam Rose bertepatan Xelle yang meletakkan tas di yang dijinjing ke jok belakang.“Punya Theo. Tidak mungkin kau tidak pernah melihatnya.”Rose terlalu sensitif. Cukup mendengar nama itu dia dihujami perasaan menyedihkan, yang dengannya hati kembali patah seribu. Rose mengerjap cepat, barangkali sudah tidak sanggup memunggut puing – puing yang tercecer jauh. Dia memutar tubuh sete
Read more
Kembalilah
Rose tidak kuat jika keadaan terus menumpah – ruahkan segala yang tidak sanggup dia pikul sendiri ke dalam ego-nya. Dia menyalahkan Theo atas jurang terjal yang telah pria itu tawarkan. Dua kali kehilangan nyaris di antara kurung waktu berdekatan. Rose akan meminta Theo mempertanggungjawabkan apa dan yang sudah terjadi kepadanya. Dia beralih ke sekitar. Mendekati beberapa perlengkapan Bridgette yang tersisih di atas nakas, kemudian merenggut kunci mobil secara kasar. Rose melenggang menuju ambang pintu. Tepat di garis pertemuan dia berhadap – hadapan bersama wanita yang membawa nampan di tangan.“Kau mau ke mana, Rose?”Bridgette bertanya dengan raut wajah keheranan. Rose tidak peduli bagaimana dia harus melewati wanita yang kurang lebih seukuran tubuhnya. Dia berlari cepat sebelum teriakan Bridgette mencoba untuk menghentikan tindakannya.Menggebu – gebu napas Rose mencapai perkarangan rumah. Lampu mobil menyala dan dia tergesa masuk duduk di kursi kemudi. Rose menginjak pedal gas d
Read more
Berencana
Begitu terbangun Rose tidak dihadapkan pada situasi berlatar gelap yang dipapari lampu mobil menyala. Dia terbaring di tempat yang begitu dingin. Putih dan steril yang berhias di dinding sebagai nuansa baru. Rose terkesiap. Memaksakan diri terbangun, lalu mendapati sepasang manik heterochromia menatapnya tajam. Benar – benar mengejutkan, Xelle di sana berdiri di sandaran tembok, meloloskan lipatan lengan dari dekapan dada ketika satu langkah mengambil keputusan untuk mendekat. “Semua pakaianmu sudah Bridgette siapkan. Sudah dipindahkan ke dalam jet. Kita ke Kanada hari ini.”Hari ini ....Artinya Rose telah melewatkan satu malam meninggalkan Theo di pemakaman. Dia seharusnya masih di sana. Menemani Theo, membuat kesepakatan bersama suaminya—antara Theo kembali, atau dia yang turut serta. Namun, semua itu belum berlangsung sempurna. Rose belum mendapatkan jawabannya. Dan pilihannya masih bergantung di antara dilema besar. Jika dia harus menjangkau kematian, sepatutnya Rose memilih te
Read more
Butuh Pencerahan.
Selamat malam, Bu - ibu yang super keren poul. Sehat selalu ya ....Begini ....Aku datang di jam - jam seperti ini bukan sebagai update, karena untuk bab besok sama sekali belum aku tulis. Aku masih mikir. Wkwk.Kenapa aku masih mikir.Well, mari kita kembali ke bab 'lelah'.Maaf untuk mengatakan. Syarat daripada yang aku berikan hanya nyaris, belum sepenuhnya mencapai target. Jadi kita sudah tahu artinya apa ya😅Tapi yang bikin aku masih mikir cuma kalian yang bersedia berpartisipasi.Mau aku turuti happy ending seharusnya. Bahkan yang minta Theo dan Rose punya anak kembar kinyis - kinyis juga akan aku turuti sebenarnya. Tapi, ya, tapi ini ... gak sampai target. Baiknya gimana aku juga gak ngerti lagi😂😂 Mungkin akan aku pertimbangkan. Nanti. Any saran, btw?
Read more
Menguji Adrenalin
Jemari Rose memainkan cincin hitam pernikahan miliknya dengan tatapan setengah kosong, dia baru saja menyematkan kembali benda tersebut pada jari manisnya. Rose tidak peduli, sungguh tidak mempedulikan kenyataan cincin itu tidak akan bisa dilepas. Di kamar baru dan aroma ruangan yang masih begitu baru dia tenggelam. Ntah untuk menunggu pria yang sesaat lalu berpamitan pergi, atau karena Rose memang ingin. Pertama kali memasuki rumah baru untuknya. Rose dicecoki pelbagai hal menyulitkan, sebabnya, dia membongkar kembali beberapa kotak beludru merah berisi masing – masing perhiasan. Dua buah kalung. Satu yang pertama dia terima di hari itu. Sebelum ledakan besar terjadi—kala dia berpikir telah kehilangan Theo. Lalu pria itu kembali dengan merambatkan hal mengejutkan. Seperti liontin kurva bergelombang, sebentuk kehidupan yang benar – benar memberi Theo kesempatan hidup. Seperti itu pula harapan Rose tentang pengulangan yang terjadi kepadanya. Tapi sebaliknya, sudah berapa lama Theo tid
Read more
Fakta yang Mencuak
Dua bulan setelah kejadian memacu debaran jantung semua kehidupan Rose ntah dapat dikatakan sama persis atau tidak. Dia menjalani hari demi hari layaknya dalam sangkar terbuka. Rose bebas sekaligus terperangkap. Ada gelombang elektromagnetik di rumah yang baru ditempati selama waktu tersebut. Gelombang yang tidak merekam secara visual. Namun, gerakan sensorik akan mengirim sinyal kepada pria terakhir bersama Rose di hari itu untuk mengetahui setiap detail kegiatan aneh yang Rose kerjakan. Seperti jika Rose ingin melakukan hal nekat—menyakiti diri sendiri atau hal lain. Dua bulan sebelumnya. Saat mereka tidak lagi berada di tengah hutan berantara. Keterdiaman dan ketakutan Rose pada akhirnya berperan sebagai kemarahan yang menguap utuh. Memang sempat terjadi percekcokan besar. Segala niat Rose berlangsung nyaris mengiris pisau dapur ke pergelangan tangan sendiri. Wanita itu menerima serentetan kalimat pedas agar benar – benar tertampar. Sadar. Dan Xelle kemudian memilih lepas tangan y
Read more
Kebenaran Sesungguhnya
Dari Aiden, ungkapan ntah kali ke berapa pria tersebut hari ini menjadi yang terparah menguras tenaga Rose. Dia mendesah tidak fokus, sesegera mungkin—seperti kemarin ingin menutup restoran kecilnya sedikit lebih awal dari jam operasional. Memang sebagian perlengkapan sudah Rose bersihkan. Berikutnya sudut bibir Rose mengulas senyum lebar setelah pelanggan terakhir melenggang pergi dan meninggalkan sejumlah tips koin. Rose cepat mendekati ambang pintu untuk mengubah letak papan tanda ‘open’ ke arah berlawanan. Cukup lega dia beralih menuju meja berisi sisa piring kotor. Terdahulu menyimpan tips yang diterima ke saku celana, lalu menyusun piring – piring tersebut di atas nampan dengan hati – hati.Sayang sekali apa yang tidak Rose mengerti ... dia tidak pernah menduga pintu restorannya akan diterjang secara tiba – tiba, hingga dari arah luar seorang pria melempar tubuh pria lainnya yang merosot tepat di bawah kaki Rose. Napasnya tercekat mendapati Lion meringis kesakitan, sementara pe
Read more
Marah Besar
Kenyataan itu seperti mengailiri muntahan vulkanik di kepala Rose. Panas melelehkan segalanya. Antara senang atau sebenarnya Rose tidak dapat melepaskan apa yang disebut euforia. Dia kehilangan cara membedakan kenyataan dan khayalan. Rongga pikirannya penuh, sesak, terutama Rose merasa dibohongi sedemikian rupa.“Kenapa kau bisa melakukan ini kepadaku, Lion? Travis, Beatrace, kalian semua. Kenapa aku bisa termakan peran yang kalian mainkan?” tanya Rose nyaris berbisik. Tatapannya setengah kosong membayangkan kembali bagaimana Beatrace bersikap dan rentetan kalimat yang pernah wanita paruh baya itu ucapkan. Semuanya bohong. Rose tidak habis pikir mengapa, mereka memaknainya tidak pantas mengetahui sejauh mana keberlangsungan kondisi Theo. Apa bagian terburuknya mereka berpikir Rose terlibat dalam hal mencelakai suaminya sendiri .... Dia melakukan semua itu di antara kondisi terdesak dan dorongan ketidaksengajaan. Kalaupun Rose tahu Theo akan melindunginya. Dia tidak akan membiarkan The
Read more
Terperangkap
Tidak tergapai perasaan yang cukup selama perjalanan menuju Italia. Pandangan Rose selalu tidak fokus, masih ditombak selincam pikiran buruk terkait kondisi Theo dan bagaimana dia akan mendapatkan suaminya kembali. Theo dibawa pergi dan disembunyikan Verasco. Tidak tahu di mana. Tapi tahapan lokasi berikutnya yang akan mereka datangi adalah markas Verasco. Lion berasumsi di sana, sedikit disetujui Travis yang membenarkan.Beberapa saat lalu sempat dilakukan pelacakan terhadap titik terakhir keberadaan mobil Verasco melalui koordinat GPS. Sayangnya pria paruh baya itu mengerti hal – hal demikian akan terjadi, sehingga sengaja menutup akses dengan tidak menyalakan fungsi daripada GPS tersebut di dalam mobil.Bisa saja seandainya mereka melakukan peretasan terhadap rekam jejak cctv kota. Menganalisis plat nomor atau di mana mobil serupa milik Verasco menjulur sepanjang Kota Milan. Namun, keputusan tersebut akan mempengaruhi peluang yang mereka miliki. Terburuknya, tercatat sejak Rose m
Read more
PREV
1
...
2526272829
...
32
DMCA.com Protection Status