All Chapters of Ketika Istriku Minta Talak: Chapter 71 - Chapter 80
206 Chapters
Bab 71. Sidang Pertama Gugatan Cerai
Bab 71. Sidang Pertama Gugatan Cerai*****Aku dan Papa tiba di pengadilan pukul Sembilan kurang seperempat. Langsung menuju ruang sidang, kami berjalan bersisian. Berbagai kata nasihat dia ucapkan sambil berjalan. Om Robert sudah tiba duluan.  Pengacara  yang disuruh Mas Darry membantunya tidak hadir, karena kuasa hukumku adalah Om Robert. Namun, mereka sudah membantu mempersiapkan segala sesuatunya. Aku tak perlu gentar sedikitpun.  Liza dan Dian langsung memelukku. Mereka datang juga rupanya. Serasa batin ini semakin  kuat,  didampingi oleh orang-orang yang peduli padaku. Mas Darry, bantu aku dengan doamu saja! Karena hadirmu, hanya akan menjadi senjata mereka untuk menjatuhkanku. Keluarga benalu  duduk tak jauh dari kami, kulihat mereka senyum- senyum sejak tadi. Mungkin mengira, hari kemenangan  mereka sudah tiba. Mas Ray terlihat  semringah, didampingi Sarah, sang pengacara
Read more
Bab 72. Mertuaku Menggadaikan Rumahku
Bab 72. Mertuaku Menggadaikan Rumahku*****Tak terasa satu  jam berlalu. Sidang akan segera dilanjutkan. Panitera kembali memberi aba-aba, Hakim ketua membuka sidang secara resmi. Selanjutnya mereka membacakan agenda sidang lanjutan, yaitu pembacaan tuntutan dari pihak Mas Ray. Seperti dugaan kami,  Kuasa Hukumnya menuntut hak asuh anak agar diserahkan kepada Mas Ray. Mereka  menuduhku gagal secara hukum sebagai pengasuh anak meskipun anakku masih di bawah umur. Aku dituduh selingkuh dan mereka telah menyerahkan bukti perselingkuhanku itu. Tuntutan mereka yang kedua adalah tentang pembagian harta gono-gini. Entah darimana Sarah mendapatkan semua data asset- asset,  baik jumlah, letak, maupun nilai nominalnya.   Pengacara hebat itu dengan lugas menyebutkan  seluruh harta benda  yang aku punya. Lalu menuntut agar dibagi tiga. Sepertiga untukku, dan dua pertiga untuk Ma
Read more
Bab 73. Keputusan Sidang Lanjutan
Bab 73. Keputusan Sidang Lanjutan ***** Kuhela napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya dengan perlahan. Tenang, jangan emosi. Di sini sedang ada tamu, usahakan jangan bar-bar. Begitu tekatku. “Maaf, Bapak-bapak?,” ucapku memulai, sambil tersenyum tentu saja. “Perkenalkan, saya Embun. Saya pemilik rumah ini. Bapak-bapak dari Bank ya?” “Embun! Gak usah basa basi! Ambil suratnya!” Perempuan itu meradang! Suaminya mencoba menenangkan, sedang Renata hanya  duduk mengkerut di pojokan. “Renata, kamu mahasiswa, bukan? Kenapa kamu enggak bisa menjelaskan pada Ibumu tentang perbuatannya ini? Jangan-jangan kamu juga udah ketularan gak waras, ya?” Kutatap lekat gadis itu. Renata bergeming. “Embun!” Kembali sang Nenek Lampir  berteriak. “Maaf, Bapak-Bapak. Mereka ini hanya tam
Read more
Bab 74. Salahakah Jika Aku Bahagia Menyandang Gelar Janda?
Bab 74. Salahakah Jika Aku Bahagia Menyandang Gelar Janda? ***** “Embun! Jangan usir Mama dan Papa dari rumahmu, kumohon!” Mas Ray langsung memeluk kakiku. “Lepasin! Jijik, tau enggak disentuh tangan kotormu itu!”  kutepis kasar tangannya. Beberapa petugas datang,  memaksanya bangkit, lalu membawanya pergi kembali ke penjara. “Embuun, tolong keluargaku!” pintanya memelas. “Kok, enggak minta tolong pada Ibu Pengacara?” sindirku melirik Sarah. Perempuan itu melengos. “Kak! Kak Embun, Kak Sarah! Mama pingsan!” Renata  menghampiri dengan wajah pucat dan napas tersengal. “Tuh, urus calon mertuamu!” ketusku melangkah pergi. “Embuun, itu urusanmu!” teriak Sarah. &ld
Read more
Bab 75. Mas Darry Selalu Datang Di Saat Yang Tepat
Bab 75. Mas Darry Selalu Datang Di Saat Yang Tepat ***** “Buk, mereka datang!” Rika mengetuk halus pintu kamar. “Siapa?” tanyaku seraya bangkit dan membuka pintu kamar. “Pasukan Mak Lampir,” jawab Rika ketus. “Bik Las enggak bukain pintu gerbang, kan?” tanyaku langsung menuju teras. “Enggak, makanya Mak lampir teriak-teriak. Tapi,  perempuan berwajah petak itu ngancam akan nuntut kami, Buk. Karena menghalang-halangi mereka masuk?” “Apa? Sarah ikut ke sini?” “Ho oh, Buk.” “Bik Anik! Bik Las!” pangggilku. Keduanya segera datang. Sementara mantan keluarga mertuaku  berteriak-teriak dari luar pagar.  Kulihat Sarah  berdiri di samping mobilnya yang terparkir di luar pagar. 
Read more
Bab 76. Aku Tidak Sakit. Aku Hanya Mau Mas Darry, Embun!
Bab 76. Aku Tidak Sakit. Aku Hanya Mau Mas Darry, Embun! *****Kulirik Mas Darry yang hanya membisu, membuang pandangan  ke  arah lain.  Kenapa dia hanya membisu? “Ayo, pulang, Mas!” tangan gadis itu terangkat, lalu menggamit lengan Mas Darry. “Maaf, Diva! Kamu sepertinya kurang sehat. Tanganmu panas. Kamu demam?” tanya Mas Darry terkejut. Tangan  kekarnya terangkat, lalu meletakkannya di kening Diva. “Aku sakit, Mas,” lirih gadis langsung memeluk tangan Mas Darry yang terangkat. Diva membawa ke dadanya, meletakkan tangan kekar itu di sana. Di antara belahan dadanya. Lalu mulai menciumi telapak tangan Mas Darry dengan bibirnya yang pucat pias. Lelaki itu tak menolak, atau  lebih tepatnya tak sanggup menolak. Tak tega, ya, tak tega. Diva memeluk dan menciumi tangannya penuh kerinduan. Kini mulai basah. Tangan Mas
Read more
Bab 77. Kukembalikan Tunanganmu!
Bab 77. Kukembalikan Tunanganmu! ****“Tapi, dia tak mau, Embun?” lirihnya, air bening bergulir di pipi kurus. Tulang pipi yang terlihat menonjol itu seketika basah air mata. Hati ini  teramat terenyuh. Gadis lincah, manja, dan jelita  dulu, kini berubah kuyu, lemah tak berdaya. Perih ini lebih sakit tentu saja, dari pada kehilangan Mas Darry. Ya, pasti  rasa bersalah ini akan lebih menyiksa. “Aku yang akan memintanya. Pasti dia mau, Diva,” ucapku. Senyum merekah di bibirnya.  Kubimbing dia  menuju mobil Mas Darry, kududukkan di jok depan. “Terima kasih, Embun. Hatimu begitu mulia,” bisiknya sembari menyenderkan kepala di senderan kursi, mata cekung itu lalu memejam, bibirnya mendesis seolah menahan sakit. Sakit sesuatu yang aku tak tahu apa.  Kututup pintu mobil dengan sedikit kencang, agar tertutup sempurn
Read more
Bab 78. Lamaran Dokter Danu
Bab 78. Lamaran Dokter Danu ***** “Baik, Om, Laya enddak minum es yagi.” “Ya, udah, nanti minta vitamin sama Mbak Rika, ya! Mbak Rika tahu kok, obatnya!” “Baik, Om.” “Sekarang Raya, mandi sama Mbak Rika, ya, Sayang! Om Dokter mau pulang, dia sibuk!” ucapku kemudian. Untung Raya mau  menurut.  “Oom  mau puyang, ya? Ya, uddah, Laya mandi duyu, ya, dadah, Om  Dokten!” Terpaksa Dokter Danu melepas anakku, lalu bangkit  dan berjalan mengikutiku menuju teras. Sengaja aku berjalan menuju teras, sebagai isyarat padanya agar segera pergi dari rumahku.  “Maaf, Bu Embun, jujur, saya merasa, kok, sikap Ibu, agak berubah, ya?” tanyanya  setelah aku berhenti di teras. Dia berdiri di sampingku.
Read more
Bab 79. Diva Membuat Ulah Lagi
Bab 79.  Diva Membuat Ulah LagiPOV Darry================ Pedih ini harus kunikmati. Pedih yang di torehkan oleh kekasih hati, Embun. Karena permintaannya, aku harus berada di sisi gadis manja yang sangat menyebalkan ini sekarang.  Karena keputusannya, aku masih harus  mengantarkannya pulang. Huh! Sebal sekali rasanya. Aku harus menginjakkan kakiku lagi di rumah mereka, harus bermanis-manis lagi di depan orang tuanya.  Kalau di depan Danu, aku tidak sangsi sedikitpun. Apa lagi kini aku tahu, dia menaruh hati pada Embun. Tak perlu bersikap sok sopan padanya, karena dia telah menempatkan dirinya sebagai rival bukan calon kakak ipar. “Mas!” Gadis ini rupanya tidak tidur. Kukira dia memejamkan mata karena tertidur. Kulirik sekilas, enggan unutk menjawab panggilannya. Lebih baik aku fokus ke jalan raya, biar cepat sampai di rumahnya, dan terbebas darinya. &ld
Read more
Bab 80. Ancaman Tante Rena
Bab 80.   Ancaman Tante Rena POV Darry “Mama bentak Diva? Mama juga enggak sayang lagi sama Diva, huhuuuuu ….” lirih gadis itu menangis lagi. “Ya, kamu sudah bikin malu Mama! Di mana harga dirimu sebagai seorang perempuan, ha! Ngemis-ngemis pada lelaki! Kau itu perempuan terhormat! Dari keluarga terpandang! Papamu orang hebat! Jangan kau rendahkan harga dirimu hanya demi seorang laki-laki yang tak  bisa menghargaimu demi  mengejar seorang janda! Demi perempuan murahan itu, dia rela mencampakkan berlian seperti dirimu! Untuk apa kau  bertahan! Sadar, Diva!” Aku tercekat. Kalimat yang keluar dari mulutnya teramat  merendahkan aku, juga Embun.  Embun memang seorang janda, tapi  Embunku bukan perempuan murahan. Dan satu lagi,  anggapannya bahwa anak gadisnya adalah berlian, itu salah besar. Berlian tak mungkin mau mengejar-ngejar
Read more
PREV
1
...
678910
...
21
DMCA.com Protection Status