Semua Bab Ketika Istriku Minta Talak: Bab 201 - Bab 206
206 Bab
Bab 201. Mas Ray Terpaksa Di Bawa Ke Rumah Sakit Jiwa
Bab 201. Mas Ray Terpaksa Di Bawa Ke Rumah Sakit Jiwa “Maaf, Raya dan Radit masih sangat kecil, tak bagus bagi mereka berada di lokasi tahanan itu, saya juga gak mau psikologis Raya terganggu, saat melihat papanya di dalalm kurungan.  Maaf sekali, saya tidak bisa mengizinkan.” Itu jawaban Kak Embun. Papa dan Mama hanya bisa pasrah. Mas Ray menemui kami dengan  dengan diantar oleh seorang petugas lapas. Sama sekali dia tidak mau menatap wajah kami. Berjalan menunduk, lalu duduk di depan kami, masih dalam keadaan menunduk.  Tubuh kurusnya membuat hati miris, begitu besar  perubahan penampilan  abangku ini. “Ray, kamu sehat, Nak?” Mama memulai pembicaraan. Diam membisu. Tak  ada jawaban dari mulutnya. Wajah dengan tulang pipi menonjol itu masih menunduk menekuri lantai. “Kamu mikiri apa, Ray. Masa tahananmu hanya beberapa t
Baca selengkapnya
Bab 202. Ektrapart Liza (Dillema Berakhir Juga)
Bab 202. Ektrapart Liza (Dillema  Berakhir Juga) ==== Aku tersentak kaget, saat  Deo  memberitahu  tentang  kondisi terakhir Mas Ray. Jujur, hati teramat sakit mendengar berita ini. Bagaimana bisa  aku sanggup mendengar kabar tentang deritanya? Tidak, aku tidak sanggup sebenarnya. Pria itu kini dirawat di rumah sakit jiwa. Aku memang perempuan bodoh. Berkali disakiti, dikhianati, bahkan di injak-injak harga diri ini. Namun, rasa di hati tak pernah sungguh-sungguh mati. Rasa itu tetap ada, meski tak bersemi lagi. Rasa itu telah memilih tempat yang  dia ingini. Di sini, di relung hati ini. Mas Ray adalah cinta pertama bagiku. Untuk pertama kali aku mengenal yang namanya laki-laki, itu adalah Mas Ray. Awalnya terasa begitu indah, cinta tumbuh subur di hati, berurat dan berakar  tanpa penghalang, bahkan kami telah merencanakan pernikahan. Hari lamaran pun ditentuka
Baca selengkapnya
Bab 203. Akhir Cinta Liza Bermuara Bahagia
Bab 203. Akhir Cinta Liza  Bermuara Bahagia Lelaki itu meraih kunci mobilnya dari saku sambil berjalan.  Tanpa  menoleh lagi, kakinya melangkah menuju teras, langsung ke halaman, di mana mobilnya terparkir. Kaki ini serasa tertancap, begitu berat untuk digerakkan. Mulut ini terasa kaku, lidah pun kelu,  tuk mengucap sekedar sepatah kata, untuk mencegahnya pergi.  Benak dipenuhi bimbang. Bagaimana sebenarnya perasanku pada dokter itu. Benarkah rasa pada Mas Ray mengalahkan rasaku untuknya? Hey, berfikirlah Liza! Berfikirlah cepat? Bagaimana bisa seorang durjana, seorang narapidana, bahkan  kini mengalami gangguan jiwa, bisa menjadi rival bagi seorang  pria seperti Dokter Indra? Di mana logikanya? Dokter Indra yang begitu baik, sopan, serius, tak pernah menyakiti hati meski  tak sengaja. Tak pernah, sama sekali  tidak pernah.  Mungkin sikapku te
Baca selengkapnya
Bab 204. Sambutan Calon Mertua Layla
Bab 204.  Sambutan Calon Mertua LaylaPOV Embun===== “Kakak yakin mau usaha di kampung aja?” tanyaku sekali lagi meyakinkan Kak Layla. “Yakin, Dek. Kakak gak bisa di kota besar ini. Mau kerja apa Kakak di sini, coba? Di kantor, kakak gak punya ilmu apa-apa, gak ada bakat juga. Bekal pendidikan Kakak juga gak memadai. Suntuk Kakak tinggal di kota besar ini.” “Serius Kakak mau buka ternak di bekas rumah kakak itu? Gak kasihan sama ipar kakak?” “Mantan, dia bukan iparku lagi.” “Trus Kakak mau tinggal di mana, dong? Di bekas rumah juragan Sanusi?” “Tidak,  rumah itu terlalu menyakitkan bagi Kakak untuk ditinggali. Banyak kesakitan yang akan selalu melintas di benak. Seperti mengenang luka saja.” “Trus?” “Kala
Baca selengkapnya
Bab 204. Kunjungan Suami Pertamaku
Bab 205. Kunjungan Suami Pertamaku Tiga tahun kemudian “Ada Pak Ray, Buk!” Bik Anik berjalan  tergopoh-gopoh mendatangi aku  dan anak-anak  di halaman samping. Rika sedang sibuk menyuapi Dava, anak bungsuku dengan bubur bayi. Raya dan Radit tengah berenang. Aku harus membantu Rika mengawasi mereka.  Aku dan Rika saling tatap, demi mendengar laporan Bik Anik. ‘Pak Ray’. Nama itu sudah sangat asing terdengar di rumah ini. Anak-anak bahkan tak mengenalnya. Tiga tahun sudah sejak kami sah bercerai, selama tiga tahun itu pula dia tak lagi pernah hadir di dalam perbincangan kami. Raya dan Radit sama sekali tak mengenalnya.  Meski dia adalah ayah biologis mereka. Bagi anak-anak, Mas Darry adalah satu-satunya sosok ‘Papa’. “Ibuk, gimana?” Aku tersentak. Bik Anik masih terlihat panik.&nbs
Baca selengkapnya
Bab 206. Tamat
Bab 206. Tamat   Mas Ray berjalan dengan hati-hati. Kubawa memutar dari halaman samping, agar tak usah masuk ke dalam rumah.  Waspada harus tetap kujaga. Meski dia bilang sudah bertobat, namun rasa khawatir belum juga bisa sirna sepenuhnya.   “Itu suara celoteh mereka?” lirihnya menghentikan langkah, seolah-olah menajamkan pendengaran.   “Ya, Raya sudah enam tahun, Radit empat  tahun.  Mereka sehat dan cerdas. Ayo, kita lihat!” Kulanjutkan langkah. Mas Ray mengikutiku.   “Di sini saja!” perintahku menghentikan langkah.   “Itu mereka?” gumamnya menatap ke  arah kolam renang. Matanya meredup, tetiba mengembun. Beberapa butir air bening luruh di kedua sudut  cekungnya.   “Ya, itu Raya dan Radit.”   “Raya sudah tidak celat lagi sepertinya kalau berbicara?”   “Ya, dia sudah bisa berbicara dengan la
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status