All Chapters of Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Chapter 91 - Chapter 100
390 Chapters
91. Cara Emir Mengenang Masa Lalu
"Emir ... Emir," panggil Parwati."Iya, Bu ... kenapa?" tanya Emir sembari mengalihkan pandangannya dari bertumpuk-tumpuk berkas dari proyeknya yang goal karena Miska mau melayani Freddy dan Tanu secara sekaligus. Bahkan, Tanu seperti ketagihan dengan layanan Miska, dan berharap bisa menggunakannya lagi."Kamu nggak jemput Sonya?" tanya Parwati penasaran, kenapa anaknya ini tidak menjemput istrinya padahal hari sudah menunjukkan pukul 21.00 malam. Parawati yang masih memegang adat timur yang sangat kental, merasa aneh bila ada istri yang tidak ada saat suaminya di rumah."Sonya?" tanya Emir sembari melirik jam dinding di sampingnya, untuk apa dia menjemput Sonya, seingatnya istrinya itu membawa mobil pribadi dan sudah biasa pulang malam bahkan subuh sendiri."Iya ... Sonya, kamu sangka siapa? Ingat Sonya itu istri kamu, Emir, harus kamu urus dengan benar." Parwati memperingatkan Emir. "Tapi, Sonya bawa kendaraan pribadi, Bu. Kalau aku je
Read more
92. Kenikmatan Informasi
Emir berjalan ke arah garasi mobilnya, dengan cepat ia membuka pintu rumahnya. Saat ia mendorong pagar rumahnya dia di kagetkan dengan sesosok wanita yang sedang berdiri di depannya."Miska!?" seru Emir kaget karena melihat Miska yang datang ke sana, sesuatu hal yang tidak Emir sangka sama sekali, untuk apa Miska ke sana."Emir ... Papa aku habis operasi," bisik Miska sembari melemparkan tubuhnya ke pelukkan Emir.Emir yang kaget hanya bisa mengangkat tangannya dan memaki kelakuan Miska yang tidak tahu situasi didalam hatinya, bagaiamana kalau Ibunya melihat dirinya sedang memeluk wanita lain, sedangkan baru beberapa menit yang lalu ia mendapatkan wejangan mengenai betapa pentingnya kesetiaan? Astaga ... bisa habis dia di maki nanti."Miska ... lepas, kalau dilihat Ibu aku gimana?" tanya Emir panik, sembari mendorong tubuh Miska menjauh dari tubuhnya."Emir ... aku hanya kangen sama kamu, kamu nggak kangen sama aku? Istri kamu juga nggak ada di rumah, kan?" tanya
Read more
93. Tersipu Malu
"Aku nggak mau pulang?" ucap Sonya sambil melihat rumahnya dengan lesu."Mau ke mana jadinya?" Awan menghentikan motornya sembari mengusap kaki Sonya pelan. "Dingin kaki kamu, Sonya.""Iya, aku pakai rok ini, kena angin malam, yah, dingin, Wan," jawab Sonya sembari menyentuh punggung tangan Awan. "aku nggak mau pulang."Awan meraih tangan Sonya dan menggengam dan menarik ke arah bibirnya, "Masih sedih?" Awan mengecupi punggung tangan Sonya selembut mungkin.Sonya terisak pelan dan mengangguk, "Aku beneran nggak tau harus ngapain, Wan. Aku hampa ...."Awan terus mengecupi tangan Sonya, "Ada aku.""Aku nggak mau pulang, Wan," isak Sonya sembari membenturkan keningnya pelan ke punggung Awan, seketika itu juga wangi tubuh Awan menggelitik Sonya membuat Sonya merasa sedikit tenang. "Mau ke rumah aku?" tanya Awan sembari mengelus-elus punggung tangan Sonya pelan. "Kamu mau nginap di rumah?"Sonya menghela napas pelan
Read more
94. Tumpukkan Amarah
“Hah!? Maksudnya apa!?” seru Sonya yang kaget mendengar kalimat bernada tuduhan pada dirinya, siapa yang berani menuduhnya melonte? Siapa yang melonte? Otaknya masih waras dan harga dirinya yang tinggi tidak akan mungkin mengizinkan dirinya melakukan pekerjaan seperti itu.Seketika itu juga Sonya merasakan tubuhnya dibalik dan membuat dirinya menatap orang yang melontarkan kata-kata kasar tadi, siapa lagi kalau bukan suami sintingnya, Emir.“Kamu ngomong ngaco, yah!?” seru Sonya sembari mendorong dada Emir sekeras mungkin dengan tangannya yang sedang memegang gelas.“Ngaco? Aku ngaco kata kamu?” tanya Emir sembari merebut gelas Sonya dan melemparkannya sembarang hingga membuat suara gaduh dan pecahan kaca berserakkan ke mana-mana.“Emir!? Sinting kamu, maksud kamu apa lempar-lempar gelas, hah!? Mau bikin gaduh? Mau bikin ibu bangun?” tanya Sonya kaget, Sonya dengan cepat berjalan menjauh dari pecahan gelas yang sudah luluh lantah di lantai. Bahkan
Read more
95. Kemana Suami Aku?
Brak!?Tubuh Sonya bergetar saat merasakan pukulan yang Emir lakukan, suaminya itu memukul kasur sekeras mungkin membuat tubuh Sonya ngilu, sengilu perkataan Emir yang benar-benar membuat harga diri Sonya tergerus, serendah itukah dirinya di mata suaminya? Sampai ia harus menjajahkan dirinya? Apakah dia tidak boleh merasa dicintai hanya karena dirinya mandul? Apakah wanita mandul dilarang menerima cinta siapa pun juga dan pasrah dengan keadaan!? Lucu!? Ludruk suaminya ini!?“Ngelonte kamu bilang? Kamu nggak ngotak, aku nggak pernah ngelonte, harga diri aku masih tinggi dan masih ada laki-laki baik yang mau nerima aku, laki-laki yang selalu peluk aku saat aku berada di titik paling rendah, sedangkan lelaki yang seharusnya melakukan itu semua malah pergi entah ke mana!? Aku masih pantas untuk dicintai, Emir!?” sentak Sonya sembari terus menarik selimut dan menutupi dadanya yang terbuka.“Kamu harusnya bersyukur, aku masih mau jadi suami kamu, Sonya!? Kamu ha
Read more
96. Surprise
"Aku ...." Emir menelan ludahnya sambil mengumpulkan keberanian yang ia miliki untuk mengungkapkan apa yang sebenrnya terjadi. Dia yakin bila dia beritahukan kebenarannya amarah Sonya akan meledak."Emir ... jawab, jawab pertanyaan aku," isak Sonya sembari menatap Emir, mencoba menyelami perasaan suaminya. Ia selalu penasaran dengan jalan pikiran suaminya itu, selalu tertutup bila Sonya menanyakan masalah Janu dan terkadang Sonya melihat kilatan penyesalan disorot mata Emir, setiap mereka membicarakan Janu."Sonya ...," bisik Emir sembari mengusap pipi Sonya pelan, pedih rasanya melihat sorot mata Sonya yang seperti saat ini. Sorot mata yang membuat Emir selalu merasa bersalah dan rendah diri, sebuah sorot mata yang membuat Emir diselimuti penyesalan. "Kasih tahu aku ....""Kalau aku kasih tahu kamu, aku yakin kamu nggak bakal maafin aku, Sonya." Emir merebahkan dadanya ke dada Sonya yang hangat. Astaga ... dia rindu kehangatan tubuh istrinya yang selalu ia dapatkan
Read more
97. Tidak Tau diuntung
“Maksud kamu apa?” tanya Emir kaget saat Sonya berteriak.Sonya berjongkok dan menutup kedua koper itu serapat mungkin. Dia sudah muak, dia benar-benar sudah tidak sanggup lagi berurusan dengan Emir, terserah Emir mau melakukan apa pun juga. Dia muak.“Sonya, kamu ngomong apa tadi? Maksud kamu apa?” tanya Emir sembari menahan tangan Sonya untuk mengangkat koper ukuran besar tersebut keluar dari ruangan baju. Sonya mengalihkan pandangannya dari koper ke arah Emir, “Maksud aku, kamu enyah dari sini!? Muak aku liat muka kamu, enyah!? Urus lonte kamu itu, urus si Miska sialan yang sedang hamil anak kamu!? Urus dia dan nggak usah urus aku, aku udah muak sama kelakuan kamu!?” Bagai petir disiang bolong Emir kaget dengan informasi yang Sonya berikan, “Maksudnya apa? Maksud kamu Miska hamil?” tanya Emir kaget.“Kuping kamu perlu diperiksa di THT atau gimana? Nggak paham bahasa Indonesia atau perlu aku pakai bahasa isyarat biar kamu paham aku ng
Read more
98. Sebuah Keputusan
"Ibu ...." Sonya kaget dengan perkataan mertuanya yang biasanya tidak pernah marah atau pun berkata kasar pada dirinya, saat ini tiba-tiba menghinanya mandul dan tidak tahu diuntung, seketika itu juga Sonya merasakan sakit hati. "Ibu ... kenapa Ibu ngomong gitu?""Kamu tadi bilang kalau kamu selingkuh dan laki-laki itu lebih baik berkali-kali lipat daripada Emir," rutuk Parwati sembari menyentuh dadanya dan bernapas sedikit demi sedikit karena mulai merasakan rasa sakit bercampur sesak di dadanya."Bu ... nggak gitu, ini semua Emir duluan. Dia duluan yang seli—""Kamu nggak punya bukti aku selingkuh, Sonya!?" potong Emir cepat, dia tidak mau kalau Sonya membeberkan kelakuan bejatnya selama ini. Dia tidak mau kalau Parwati sadar kalau apa yang Sonya lakukan saat ini adalah akibat dirinya suka berselingkuh dengan wanita-wanita klub malam dan berakhir dengan Miska. Tidak, Ibunya tidak boleh tahu hal itu, ia harus selalu bersih di mata ibunya.Sonya men
Read more
99. Keputusan Sonya ....
Sonya terdiam dan menatap nanar mobil ambulans yang pergi meninggalkan dirinya, ada perasaan sakit, lega, sedih dan marah saat melihat mobil itu pergi bersama Emir dan Parwati seolah menorehkan luka yang teramat dalam di hati Sonya. Dirinya bukan sakit hati karena gugatan cerai Emir, sumpah demi apa pun dia tidak peduli dengan gugatan cerai itu, bahkan sejujurnya saat ini hatinya sedang bersorak-sorai karena Emir akan menggugat cerai dirinya, sehingga ia tidak perlu repot-repot mengurus semuanya dan hanya terima beres, dia malas mengurusi birokrasi yang ada. Sonya menghela napas pelan, berusaha untuk meredam emosi dan sakit hatinya yang teramat sangat dengan kata-kata mertuanya yang mengatakan secara tidak langsung kalau dirinya hina, mandul dan yang paling membuat Sonya perih adalah kata-kata kalau Sonya adalah istri tidak tahu diuntung benar-benar membuat Sonya sakit hati, rasanya ia ingin berteriak dengan keras di telinga Parwati kalau anaknya, lah, suami tidak ta
Read more
100. Nothing Spesial
Sonya merasakan bibir Awan yang basah dan manis menekan bibirnya, lidah Awan menyelusup dan menggelitik setiap inci mulutnya. "Kamu yakin?" tanya Awan sembari mengurai ciumannya, entah kenapa dia takut kalau seandainya apa yang Sonya ungkapkan tadi hanya pikiran sesaat dan membatalkan semuanya, hanya memberikan harapan palsu pada Awan. Awan nggak mau, dia nggak akan sanggup bila Sonya melakukan hal itu, terlalu sakit. Sonya memejamkan matanya dan mengganguk pelan, "Iya ... aku mau, aku udah nggak tahu lagi buat apa aku pertahanin pernikahan aku, Wan ... bahkan tadi ...."Sonya terdiam saat menyadari kalau Emir sudah menjatuhkan talaknya tadi, ada rasa sedih tiba-tiba menyelimuti dirinya. Bukan ... bukan karena Sonya mencinta Emir, sumpah demi apa pun Sonya sudah tidak ada rasa lagi dengan suaminya itu, tapi, Sonya merasa sakit hati karena apa yang sudah ia korbankan untuk mempertahankan pernikahannya dengan Emir tidak dianggap oleh mertuanya dan Emir den
Read more
PREV
1
...
89101112
...
39
DMCA.com Protection Status