Semua Bab Wanita Yang Menundukkan Pandangannya: Bab 11 - Bab 20
32 Bab
Bab11. Kesedihan Yang Bertubi-Tubi
Sudah satu minggu Habibah bersaudara hanya berdiam diri tinggal di rumah. Mereka masih mencoba untuk menata hidup mereka, setelah kepergian Abah dan Umi.Kepergian Abah dan Umi yang begitu mendadak, benar-benar menjadi pukulan yang berat untuk mereka bertiga.Adam yang menutup tokonya sementara, Salwa yang menyerahkan urusan butik kepada Amira, dan Husein yang meminta mengundurkan jadwalnya masuk bekerja.Para tetangga yang senggang, juga silih berganti mengunjungi kediaman Habibah. Para Ibu-Ibu memberikan sebagian masakan mereka untuk Habibah bersaudara, serta menemani Salwa agar tidak selalu bersedih. Memang, mereka tidak bisa menyembuhkan rasa sakit hatinya Salwa, tapi mereka berharap, dengan kunjungan mereka setiap hari, bisa mengalihkan pikiran Salwa.Sedangkan untuk Bapak-Bapak dan laki-laki yang senggang, mereka menemani Adam dan Husein, harapan mereka juga sama, agar kesedihan mereka bisa sedikit terobati de
Baca selengkapnya
Bab12. Mengenang Masa Kecil
Pagi harinya, Habibah bersaudara hanya saling menyapa sekali. Setelah sarapan, mereka kembali ke kamar masing-masing.Bukannya mereka tidak sadar dengan keadaan saudaranya. Mata bengkak mereka jelas terlihat. Siapapun yang melihatnya pasti akan langsung paham jika mereka semalam habis menangis.Hati mereka sama-sama sakit melihat mata saudaranya bengkak seperti itu. Ingin rasanya hati menyemangati, tapi mereka juga sadar, mereka mengalami hal yang sama. Tidak perlu mengatakan apa-apa, mereka sudah mengerti satu sama lain.Salwa kembali menangis setelah masuk ke dalam kamar. Dia sangat sedih melihat keadaan kedua kakaknya pagi ini.Jika semalam dia menangis karena hatinya masih sakit, setelah kepergian Abah dan Umi. Pagi ini dia kembali menangis karena melihat keadaan kedua kakaknya.Salwa yang melihat mata bengkak Adam dan Husein sangat yakin jika mereka menangis semalam. Tapi Salwa masih benar-bena
Baca selengkapnya
Bab13. Andhika
Tiga hari berlalu, Habibah bersaudara sudah terlihat lebih ceria dari hari-hari sebelumnya.Adam dan Salwa juga sudah akan mulai bekerja hari ini. Begitupun dengan Husein, rencananya, dua hari lagi Husein juga akan masuk bekerja kembali.Mereka tengah sarapan bersama, sebelum Adam dan Salwa berangkat bekerja. Semalam mereka sudah memutuskan. Karena Husein baru akan mulai bekerja dua hari lagi, jadi selama dua hari ini, Husein akan ikut Salwa ke butiknya."Aku ikut Salwa saja Mas. Biar sekalian bisa jagain dia," ucap Husein semalam.Selain agar Husein tidak merasa kesepian, Husein juga ingin melihat bagaimana Salwa mengelola butik yang sudah dari dulu dia mimpikan.Jika ditanya apakah mereka masih merasa sedih, jawabannya jelas, mereka masih sangatlah sedih.Namun hidup juga harus tetap berjalan, mereka tidak bisa terjebak dalam kesedihan mereka.Mereka harus bangkit
Baca selengkapnya
Bab14. Husein Dan Andhika
"Sudah lama?" tanya Husein kepada Andhika, begitu dia sampai di bandara. Husein menjemput Andhika dengan menggunakan taksi, karena Husein tidak tahu berapa banyak barang bawaan Andhika. Motor Husein, dia tinggal di butik Salwa. "Hai! Tidak juga! Kamu apa kabar?" jawab Andhika. Andhika Putra, pria kelahiran Bandung yang saat ini berusia dua puluh lima tahun. Dia mengenal Husein sekitar tiga tahun yang lalu. Lebih tepatnya, saat pertama kali Husein datang ke kota Bandung. Mereka lalu berpelukan sebentar. Setelah melepaskan pelukannya. Husein melihat jika ternyata barang bawaan Andhika tidaklah terlalu banyak. Hanya satu koper dan satu tas ransel. "Aku baik! Kamu bagaimana kabarnya? Ngomong-ngomong, kenapa kamu bisa dimutasi ke Solo?" tanya Husein. "Aku juga baik! Nggak tahu, mungkin karena kita sudah lama kerja bareng, jadinya aku ikut dimutasi ke Solo," jawab Andhika. "Ada-ada saja! Oh iya kamu tinggal di daerah mana?" tanya Husein. Mereka berjalan keluar dari bandara dengan Hus
Baca selengkapnya
Bab15. Pertemuan Pertama
Dua hari sudah, Husein mengikuti Salwa ke butiknya. Hari ini, akhirnya dia akan memulai kembali bekerja. "Mas Husein ganteng banget sih," ucap Salwa. Mereka kini tengah berada di ruang tamu, sedang bersiap-siap untuk berangkat bekerja. "Husein saja yang ganteng, Dek? Mas Adam memangnya nggak ganteng?" tanya Adam. Melihat gelagat Adam yang cemburu, Salwa lalu mendekati Adam. "Mas Adam juga ganteng kok! Mas Adam sama Mas Husein adalah kakak-kakak Salwa yang paling ganteng," jawab Salwa. "Ya iyalah, Dek! Orang kakakmu juga cuma kita berdua," sahut Husein. 
Baca selengkapnya
Bab16. Kesan Pertama
"Gimana? Mau pilih kost apa kontrakan?" tanya Husein. Hari pertama Husein dan Andhika masuk kerja, mereka tidak terlalu banyak pekerjaan. Atau bisa dibilang, mereka datang hanya untuk pengenalan dan mengurus beberapa dokumen. "Gimana ya! Aku masih bingung! Menurutmu, sebaiknya aku kost apa ngontrak saja?" tanya Andhika. "Kalau kamu meminta pendapatku, aku saranin kamu pilih kost saja. Kamu kan juga cuma sendiri di sini. Jadi aku pikir, kost adalah pilihan yang terbaik." "Gitu ya! Kalau gitu, bisa antar aku sekalian untuk mencari kost yang sesuai dengan keinginanku?" "Boleh! Kita izin saja dulu!" ucap Husein. 
Baca selengkapnya
Bab17. Perbedaan Keyakinan
Sore itu, akhirnya mereka berempat belanja bersama. Andhika yang memang sejak awal sudah tertarik dengan Salwa, selalu berusaha untuk mendekatinya di setiap ada kesempatan. Adam dan Husein melihat tingkah Andhika dengan sangat jelas. Sebagai sesama laki-laki, mereka sangat paham jika Andhika tertarik dengan Salwa. "Kamu beli sampo yang ini? Apakah ini baunya sangat wangi?" tanya Andhika yang sudah berada tepat di samping Salwa. Salwa terkejut bukan main. Dia selalu menjaga jaraknya dengan laki-laki yang bukan mahramnya, dan setiap kali dia bersikap segan kepada mereka, mereka juga akan memperlakukan Salwa dengan segan. Tapi sikap Andhika ini benar-benar san
Baca selengkapnya
Bab18. Rencana Jalan-Jalan
Dara merenung begitu panggilan teleponnya terputus. Dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa kepada sahabatnya itu.Sebenarnya, sejak mereka menginjak bangku SMA, Dara sudah mulai menyukai Andhika. Dara tadinya berpikir jika itu hanya perasaan suka sesaat, karena mereka selalu bersama-sama sejak kecil.Tapi semakin hari, perasaan Dara untuk Andhika bukannya hilang, tapi malah semakin kuat. Dulu sekali, dia pernah hendak mengutarakan perasaannya kepada Andhika. Tapi belum sempat dia berbicara, Andhika terlebih dahulu memberitahunya jika dia sedang berkencan dengan salah satu siswi sekolah sebelah.Saat itu, perasaan Dara sangat campur aduk, dia yang hendak mengutarakan perasaannya, harus kembali menutup rapat hatinya."Kapan kamu akan melihatku sebagai wanita, Ka?" tanya Dara pada dirinya sendiri.Sakit mencintai orang yang hanya menganggap kita sahabat. Ada kalanya Dara ingin nekat mengutarakan isi hatinya, tapi jika memikirkan kemungkinan terb
Baca selengkapnya
Bab19. Merelakan Perasaan
Tiga hari kemudian, mereka tetap menjalani kehidupan mereka masing-masing seperti biasanya. Salwa yang masih seperti biasanya, diantar Adam ke butiknya dan Husein yang menjemput Andhika di kostnya untuk berangkat bekerja bersama. Selama tiga hari ini, Andhika mencoba untuk bersikap biasa saja, seolah kejadian saat di supermarket tiga hari lalu tidak pernah terjadi. Andhika bahkan juga sama sekali tidak menyinggung tentang Salwa sedikitpun. Andhika bersikap seolah-olah dia tidak pernah bertemu Salwa sebelumnya. Dia memutuskan untuk membuang jauh rasa sukanya kepada Salwa. "Kamu jadi, mau main ke rumah?" tanya Husein di sela-sela jam kerja. Andhika terdiam. Andhika berpikir, jika dia main ke rumah Husein, berarti kemungkinan besar dia akan bertemu dengan Salwa lagi. Padahal dia sudah memutuskan akan membuang rasa sukanya kepada Salwa. Tapi dia juga sudah pernah berjanji akan mengunjungi orangtua Husein. Sampai saat ini, Andhika belum mengetahui jika kedua orangtua Husein sudah me
Baca selengkapnya
Bab20. Buah Tangan
Pagi hari di hari sabtu, Salwa sudah sibuk berada di dapur. Dia yang sudah diberitahu Husein jika Andhika hari ini akan main ke rumah, sedang sibuk memasak untuk menjamu Andhika nanti. Biasanya, meskipun hari sabtu, Salwa juga akan pergi ke butik, walaupun hanya setengah hari saja. Karena hari ini Andhika akan main ke rumah. Maka Salwa, selaku satu-satunya wanita di rumah ini, mengambil tanggung jawab untuk memberikan suguhan yang terbaik. Salwa juga tidak memasak makanan yang wah! Hanya sebisanya saja. Salwa memasak makanan ringan untuk camilan, dan juga masak untuk makan siang nanti. Salwa memilih untuk memasak lauk makan siangnya di pagi hari, karena Salwa pikir, jika nanti dia harus memasak siang hari, waktunya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status