"Gimana? Mau pilih kost apa kontrakan?" tanya Husein.
Hari pertama Husein dan Andhika masuk kerja, mereka tidak terlalu banyak pekerjaan. Atau bisa dibilang, mereka datang hanya untuk pengenalan dan mengurus beberapa dokumen.
"Gimana ya! Aku masih bingung! Menurutmu, sebaiknya aku kost apa ngontrak saja?" tanya Andhika.
"Kalau kamu meminta pendapatku, aku saranin kamu pilih kost saja. Kamu kan juga cuma sendiri di sini. Jadi aku pikir, kost adalah pilihan yang terbaik."
"Gitu ya! Kalau gitu, bisa antar aku sekalian untuk mencari kost yang sesuai dengan keinginanku?"
"Boleh! Kita izin saja dulu!" ucap Husein.
Sore itu, akhirnya mereka berempat belanja bersama.Andhika yang memang sejak awal sudah tertarik dengan Salwa, selalu berusaha untuk mendekatinya di setiap ada kesempatan.Adam dan Husein melihat tingkah Andhika dengan sangat jelas. Sebagai sesama laki-laki, mereka sangat paham jika Andhika tertarik dengan Salwa."Kamu beli sampo yang ini? Apakah ini baunya sangat wangi?" tanya Andhika yang sudah berada tepat di samping Salwa.Salwa terkejut bukan main. Dia selalu menjaga jaraknya dengan laki-laki yang bukan mahramnya, dan setiap kali dia bersikap segan kepada mereka, mereka juga akan memperlakukan Salwa dengan segan.Tapi sikap Andhika ini benar-benar san
Dara merenung begitu panggilan teleponnya terputus. Dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa kepada sahabatnya itu.Sebenarnya, sejak mereka menginjak bangku SMA, Dara sudah mulai menyukai Andhika. Dara tadinya berpikir jika itu hanya perasaan suka sesaat, karena mereka selalu bersama-sama sejak kecil.Tapi semakin hari, perasaan Dara untuk Andhika bukannya hilang, tapi malah semakin kuat. Dulu sekali, dia pernah hendak mengutarakan perasaannya kepada Andhika. Tapi belum sempat dia berbicara, Andhika terlebih dahulu memberitahunya jika dia sedang berkencan dengan salah satu siswi sekolah sebelah.Saat itu, perasaan Dara sangat campur aduk, dia yang hendak mengutarakan perasaannya, harus kembali menutup rapat hatinya."Kapan kamu akan melihatku sebagai wanita, Ka?" tanya Dara pada dirinya sendiri.Sakit mencintai orang yang hanya menganggap kita sahabat. Ada kalanya Dara ingin nekat mengutarakan isi hatinya, tapi jika memikirkan kemungkinan terb
Tiga hari kemudian, mereka tetap menjalani kehidupan mereka masing-masing seperti biasanya. Salwa yang masih seperti biasanya, diantar Adam ke butiknya dan Husein yang menjemput Andhika di kostnya untuk berangkat bekerja bersama. Selama tiga hari ini, Andhika mencoba untuk bersikap biasa saja, seolah kejadian saat di supermarket tiga hari lalu tidak pernah terjadi. Andhika bahkan juga sama sekali tidak menyinggung tentang Salwa sedikitpun. Andhika bersikap seolah-olah dia tidak pernah bertemu Salwa sebelumnya. Dia memutuskan untuk membuang jauh rasa sukanya kepada Salwa. "Kamu jadi, mau main ke rumah?" tanya Husein di sela-sela jam kerja. Andhika terdiam. Andhika berpikir, jika dia main ke rumah Husein, berarti kemungkinan besar dia akan bertemu dengan Salwa lagi. Padahal dia sudah memutuskan akan membuang rasa sukanya kepada Salwa. Tapi dia juga sudah pernah berjanji akan mengunjungi orangtua Husein. Sampai saat ini, Andhika belum mengetahui jika kedua orangtua Husein sudah me
Pagi hari di hari sabtu, Salwa sudah sibuk berada di dapur. Dia yang sudah diberitahu Husein jika Andhika hari ini akan main ke rumah, sedang sibuk memasak untuk menjamu Andhika nanti.Biasanya, meskipun hari sabtu, Salwa juga akan pergi ke butik, walaupun hanya setengah hari saja.Karena hari ini Andhika akan main ke rumah. Maka Salwa, selaku satu-satunya wanita di rumah ini, mengambil tanggung jawab untuk memberikan suguhan yang terbaik.Salwa juga tidak memasak makanan yang wah! Hanya sebisanya saja. Salwa memasak makanan ringan untuk camilan, dan juga masak untuk makan siang nanti.Salwa memilih untuk memasak lauk makan siangnya di pagi hari, karena Salwa pikir, jika nanti dia harus memasak siang hari, waktunya
Sesampainya di rumah Husein, Andhika merasa berat untuk melangkah masuk ke dalam rumahnya Husein. Apalagi dia membawa sayur mayur untuk dijadikan buah tangannya.Baru kali ini, Andhika berkunjung ke rumah orang dengan membawa sayur mayur. Ada rasa tidak percaya diri dalam hatinya."Ayo! Kenapa malah diam?"Husein yang melangkah masuk ke dalam rumahnya terlebih dahulu merasa heran, saat Andhika tidak mengikutinya."Kenapa?" tanya Husein.Husein melihat jika Andhika ragu-ragu untuk masuk ke dalam rumahnya."Ini semua gara-gara kamu! Masa iya, aku bawa sayur mayur kayak gini," ucap Andhika kesal.
Saat Salwa membawa nampan ke ruang tamu, Salwa mendengar Andhika yang bertanya, "Bagaimana dengan sepupu?" Lalu Adam menjawab, "Sepupu itu bukan mahram, jadi kalau seandainya kamu mau menikah dengan sepupu, itu boleh. Tapi masih banyak ya, yang menganggapnya aneh, karena berpikir, masa menikah dengan kakaknya sendiri sih. Padahal boleh lho, kalau memang mau menikah dengan sepupu, karena mereka itu bukan mahram," jawab Adam. Salwa meletakkan nampan yang di bawanya ke meja, sambil mendengarkan penjelasan dari Adam. Setelah Salwa menaruh minuman dan juga kudapan di atas meja, Salwa segera kembali lagi ke dapur untuk melanjutkan memasak. "Iya, Mas! Masih banyak yang menilai tabu, jika menikah dengan sepupu sendiri," ucap Andhika. Husein sendiri dari tadi juga hanya menyimak saja percakapan Andhika dan kakaknya. Menurut Husein, jika kakaknya itu sedang menjelaskan sesuatu, itu memang mudah sekali dipahami. Husein mengakui itu. "Hai Nabi, sesungguhnya kami telah menghalalkan bagimu ist
Andhika melihat Adam yang tengah mengaji, dengan Husein dan Salwa yang menyimak di sampingnya."Suaranya Mas Adam benar-benar sangat merdu," gumam Andhika.Andhika tidak bisa melepaskan pandangannya dari Habibah bersaudara, terutama Salwa.Salwa terlihat sangat cantik dan begitu meneduhkan di mata Andhika."Kalau begini, aku malah semakin suka sama kamu," ucap Andhika pelan sambil terus menatap ke arah Habibah bersaudara.Takut jika sampai akan ketahuan Habibah bersaudara, akhirnya Andhika memilih untuk kembali menunggu mereka di ruang tamu.Andhika meninggalkan Habibah bersaudara yang sedang menga
Setelah kunjungan Andhika ke rumah Husein beberapa waktu lalu. Rasa kagum Andhika kepada Salwa bukannya hilang tapi malah semakin besar. Padahal Andhika sudah berniat untuk melupakan perasaannya pada Salwa, mumpung Andhika belum terlanjur mencintainya.Tapi setelah kunjungannya ke rumah Husein, rasa kagum Andhika bukan hanya bertambah kepada Salwa. Namun, Andhika juga menjadi kagum dengan hubungan Habibah bersaudara.Seumur hidup Andhika, dia tidak pernah melihat hubungan persaudaraan, sebaik dan seharmonis persaudaraan Habibah bersaudara."Apa aku bisa menjadi bagian dari mereka?" tanya Andhika pada dirinya sendiri."Kamu ini mikir apa sih! Kamu dan Salwa itu berbeda. Jangan berpikir terlalu jauh!" Andhika memukul