All Chapters of Terlambat Mencintai Lisa: Chapter 141 - Chapter 150
218 Chapters
Episode 141. Dibandingkan
"Apa kau mendengarku?" tanya Erika dengan suara lembut, melihat Lisa yang duduk di sampingnya tak juga menanggapi."A-apa? Maaf," ucap Lisa tersadar dari renungannya."Ayo bertukar nomor telepon," ucap Erika mengulangi katanya. Evans yang sedang duduk di sisi Erika yang lain, hanya melirik Lisa.Lisa menunduk. "Buat apa?" tanyanya dengan suara rendah.Ya, buat apa? Andaipun umurnya panjang, apa mereka bisa menyambung satu sama lain? Erika layaknya kertas putih bersih, sementara dia adalah kertas lusuh penuh coretan, kotor.Erika menaikkan kedua alisnya. "Tentu saja untuk saling berkomunikasi. Apalagi kita sama-sama hamil. Bisa saling memberi masukan yang baik," jawabnya tersenyum ramah.Lisa menatap Erika dengan mulut terkatup."Padahal waktu itu aku pernah membuat Erika dan Kak Evans saling salah paham hingga berakibat fatal pada Kak Evans, dan walaupun aku sudah meminta maaf dan Erika sudah memaafkanku, tapi..., tetap saja kan, harusnya dia menjaga jarak dariku, apalagi aku adalah m
Read more
Episode 142. Di Ruang Praktik
"Sebenarnya Dokter Inggrid adalah dokterku," jawab Lisa."Doktermu? Bukankah doktermu namanya Sinta?" tanggap Revin.Lisa mengangguk. "Iya, keduanya adalah dokterku. Awalnya dokter Sinta, lalu kemudian Dokter Inggrid, karena aku mencari dokter kandungan terbaik. Tetapi aku tetap menjalin hubungan baik dengan Dokter Sinta," jelas Lisa berbohong.Revin menghela napas. "Aku tidak mengerti maksudmu apa berbelat-belit padahal hanya masalah dokter. Ayo kita masuk sekarang."Di ruang praktik, Dokter Inggrid menyambut kedatangan Lisa. Jantung Lisa berdebar. Dia merasa takut menghadapi apa yang akan terjadi nanti."Apa Bapak adalah suami Bu Lisa?" tanya Dokter Inggrid beramah tamah. Tentu saja dokter itu akan merasa lega jika pria yang sedang duduk di samping Lisa adalah suami Bu Lisa. Akan jauh lebih baik jika sang suami tahu bagaimana keadaan istrinya saat ini. Lisa hanya menatap ke bawah pasrah."Saya bukan suaminya. Saya temannya, Dok," jawab Revin dengan wajah merasa tak bersalah sama seka
Read more
Episode 143. Jika Anak Perempuan
"Kenapa? Kau tidak senang dengan kata-kataku?" ucap Revin melihat Lisa hanya diam menatapnya."Aku hanya ingin tahu. Jadi kalau bayi ini adalah perempuan, bagaimana nantinya? Aku harap Kakak tetap menyayanginya," ucap Lisa cemas."Tentu saja kalau dia darah dagingku aku akan menyayanginya. Tapi aku akan mendidiknya dengan keras dan tegas agar dia tidak terjerumus sepertimu," jawab Revin."Apa maksudnya dengan kata keras? Apa Kakak akan memukulnya jika dia berbuat salah?" tanya Lisa dengan raut serius."Tergantung kesalahannya apa. Bisa saja perlu dipukul kalau kesalahannya parah.""Tidak bisa!" tegas Lisa dengan mata tajam."Kenapa tidak bisa?""Dia anakku! Kau tidak boleh memukulnya!" bentak Lisa dengan tangan mengepal. Dia marah. Dia bahkan merelakan nyawanya demi si jabang bayi, seenaknya saja suaminya mengatakan akan memukul anaknya jika berbuat salah."Tapi nantinya dia berada di bawah asuhanku. Terserahku mau bagaimana," jawab Revin ringan."Kau tidak boleh memukulnya!" teriak Li
Read more
Episode 144. Ayah Kandung
Preman itu langsung terjatuh dengan kepala bocor akibat hempasan yang dilakukan Damian lebih cepat dari dirinya."Arrggggh!" teriak preman itu kesakitan. Andi dan Rio merinding melihatnya. Rasa takut mereka seketika teralih dari preman ke Damian. Mereka pun menyadari bahwa mereka tidak bisa bermain-main dengan Damian untuk masalah bisnis bengkel motor mereka!Damian seperti orang kesetanan melawan mereka. Dia mengamuk! Dia sedang marah pada ibunya, pada Hendra, pada Ben, pada Revin, pada keadaan, dan marah pada dirinya sendiri. Tiba-tiba ada hal seperti ini, kapan lagi dia melampiaskan kemarahannya kalau bukan sekarang?"Lari!" teriak salah satu preman sambil membawa temannya yang kepalanya sudah bocor. Mereka ada empat orang tapi kalah dengan Damian yang masih muda dan cuma seorang diri."Kau! Habis kau nanti begitu kami memanggil bos kami!" teriak preman lain geram pada Damian."Panggil aja bosmu itu biar kuinjak-injak!" seru Damian dengan wajah merah padam. Sudut bibirnya sendiri be
Read more
Episode 145. Apa Maksud Kedatanganmu?
Ben mengangkat telepon yang sedari tadi ia tunggu-tunggu dari anak buahnya. "Apa yang kau dapatkan?" ucapnya setelah mengatakan halo."Tuan, tidak ada hal khusus tentang Bapak Hendra. Soal masalah penganiayaan Nyonya Lisa oleh keluarganya, kami juga tidak mendengar apa pun. Kami hanya mendengar gosip bahwa Nyonya Lisa menggugurkan kandungannya tiga tahun lalu. Apakah gosip itu benar atau tidak, kami tidak bisa memastikannya. Tidak ada keterangan apapun yang membantu kami. Sepertinya gosip itu muncul setelah Nyonya Lisa hampir dua bulan tidak masuk sekolah karena alasan sakit.""Oh begitu," jawab Ben kecewa karena tidak mendapat kepastian apa-apa."Tapi, Tuan, kami malah mendapat fakta yang mungkin cukup mengejutkan Tuan, tentang istri dari Bapak Hendra.""Istrinya kenapa?" tanya Ben malas."Istrinya adalah Ibu Nafa, Tuan. Bukankah Ibu Nafa itu yang dulu menjual Nyonya Lisa pada Tuan?""Benarkah dia istrinya?" Ben cukup terkejut mendengarnya. Dia memang berencana untuk mencari tahu hub
Read more
Episode 146. Dia Semakin Aneh
Ben tersenyum melihat Damian tidak menyangkali ucapannya. Ternyata kabar bahwa Damian adalah anak dari hasil perselingkuhan adalah benar. "Tenang saja, untuk sementara ini rahasia ibumu aman kok asalkan kau mau menjawab semua pertanyaanku tentang ucapanmu tadi pagi pada Lisa." "Yang mana?" Damian mengerutkan kening. Sial sekali Ben mengancamnya. Dia tidak mungkin lagi bersikap ketus seperti tadi pada Ben. "Kau mengatakan bahwa kau ingin melindungi Lisa agar Lisa tidak dipukuli habis-habisan oleh Hendra seperti dulu." "Ya, memang seperti itu," lugas Damian. "Maksudnya, Hendra pernah memukuli Lisa habis-habisan?" tanya Ben memastikan. "Ya, Hendra menganiaya Lisa. Dia memukul dan menendangnya," jawab Damian apa adanya. "Kenapa dia melakukan itu? Apa Lisa berbuat kesalahan fatal?" Tanpa sadar kening Ben mengerut. "Lisa hamil tiga tahun lalu, jadi Hendra marah besar. Dia terus-terusan emosi melihat Lisa. Jadi kadang kala dia memukulnya atau sesekali menendangnya. Lisa menjadi stres
Read more
Episode 147. Revin Curiga
"Kenapa kebetulan sekali sih?" keluh Ben di dalam hati. Ia melangkah turun menghampiri Revin."Win, kau jangan salah paham. Om kebetulan saja berkunjung ke kafe ini. Tadinya Om hanya sekedar ingin santai melepas penat, tahu-tahu bertemu dengan Lisa," jelas Ben berbohong. Tentu saja kenyataannya dia sengaja datang ke kafe Lisa untuk menemui Lisa."Apa Om pikir aku percaya begitu saja? Kau jelas suka dengan Lisa! Kau datang kemari pasti dengan sengaja!" bentak Revin dengan nada marah, penuh rasa curiga, apalagi melihat Ben yang baru saja turun dari lantai atas, tempat di mana Lisa memiliki ruang privasi. Bentakan Revin membuat beberapa karyawan seketika menoleh pada mereka, mereka takut akan terjadi perkelahian.Ben mengatupkan mulutnya kesal. "Kau salah paham," tegasnya sengaja menaikkan suara.Rahang Revin mengeras. Tepat saat ia hendak membuka mulutnya, seorang karyawan perempuan menyusul di belakang Ben. Dia adalah Aisyah. Revin terdiam sejenak mencerna situasi. Tadinya dia berpikir
Read more
Episode 148. Keberadaan Lili
"Sebentar lagi kita akan bercerai, untuk apa menunjukkan status hubungan kita sekarang pada orang lain?" jawab Revin memberi alasan.Lisa paham. "Oh, tadinya kupikir Kakak malu mengaku sebagai suamiku."Revin terkekeh pelan. "Itu sudah pasti aku malu," tanggap Revin, tak peduli perasaan Lisa. "Tapi alasan utamanya adalah yang tadi, karena ujungnya kita akan bercerai sebentar lagi."Lisa diam sejenak, lalu ia berkata, "Sabarlah, Kak. Beberapa bulan lagi Kakak akan bebas. Yang ku minta cuma satu, supaya Kakak dan istri baru Kakak nanti tidak akan pernah bersikap kasar pada bayiku.""Untuk apa aku bersikap kasar padanya?" tanggap Revin. "Ngomong-ngomong, kau bilang, untuk sementara ini kau tidak mau papamu tahu kita akan bercerai. Tapi bagaimana nanti kau menghadapi papamu saat kita pada akhirnya bercerai?" tanya Revin sedikit ingin tahu.Lisa tersenyum kecil, 99% dia tidak akan mungkin menghadapi papanya. Dokter mengatakan tumor di rahimnya akan mengganas jika janin dan tumornya tidak se
Read more
Episode 149. Lakon Lili
Bohong jika Revin tidak terpukau dengan kecantikan Liliana. Liliana memiliki rambut hitam lurus sebahu dengan poni rata sealis. Memakai kaus putih lengan pendek dengan rok tutu merah muda selutut. Tas ransel mungil berwarna merah muda tersampir di kedua bahunya. Dia terlihat segar, muda dan energik."Liliana!" sapa Ben dengan hangat. "Apakah melelahkan?" ucapnya sambil mengusap pundak Liliana."Lumayan, Om," ucap Liliana tersenyum cerah. Matanya kemudian beralih pada Revin yang sedari tadi mengamatinya. "Siapa, Om? Kok nggak dikenalkan?" tanyanya dengan melempar senyum ramah pada Revin."Dia, Erwin, keponakan Om," jawab Ben singkat."Oh ya?" ucap Liliana agak terkejut. "Kok Om nggak pernah bilang punya keponakan se....?" Ucapan Liliana mengambang. Wajahnya mendadak merah, sementara Revin hanya tersenyum kecil."Se...apa maksudnya? seganteng itu?" tebak Ben blak-blakkan."Hussh! Om nggak boleh terlalu jujur. Tahu-tahu orangnya sudah ada yang punya," ucap Liliana malu sambil melirik pada
Read more
Episode 150. Tanggapan Revin?
Lisa sedang berada di satu kamar saat Ben, Revin dan Liliana sudah tiba di rumah. Kamar itu bukan kamar Revin. Renatalah yang langsung menyuruhnya untuk langsung pindah kamar sebelum Liliana tiba. Renata memastikan pada Lisa bahwa Revin pasti akan setuju Lisa pindah kamar. Itu sebabnya dia berada di sini sekarang. Dia sibuk memasukkan pakaian dan beberapa barang miliknya ke dalam lemari. Setelah beres, Lisa langsung duduk sambil menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Tadi saat dia hendak memasuki kamar itu, Lisa sempat mendengar suara Renata yang menyambut ramah kedatangan Liliana.Lisa menghela napas. "Harusnya Kak Revin menyuruhku pulang saja. Sebenarnya untuk apa aku di sini? Bukankah kehadiranku sangat mengganggu?" keluhnya pelan.Suara ketukan terdengar."Mbak Lisa?" sapa seorang pelayan."Iya, Bi?" sahut Lisa dari dalam kamar hendak turun menemui pelayan itu."Mas Revin meminta Mbak Lisa segera turun untuk makan siang," ucap pelayan itu di balik pintu tanpa menunggu Lisa mem
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
22
DMCA.com Protection Status