All Chapters of Terlambat Mencintai Lisa: Chapter 151 - Chapter 160
218 Chapters
Episode 151. Semakin Kurang Ajar
"Bagaimana menurutmu gadis itu?" tanya Renata pada Revin dengan bersemangat."Ren, pelankan suaramu. Bagaimana kalau Liliana tiba-tiba turun dan muncul di sini?" ucap Alex."Dia kan baru dari sini, masa tiba-tiba datang ke sini lagi, Pa?" sahut Renata."Nanti saja membahas itu," jawab Revin."Baiklah. Mama mau menemui Om mu dulu ke kamarnya. Ada yang mau Mama bicarakan padanya." Renata langsung beranjak dari sofa."Ren, kau mau bilang apa ke Ben?" tanya Alex langsung ikut mengekori istrinya."Mama mau bilang kalau Mama suka banget dengan Liliana. Sudah cantik, ramah lagi," jawab Renata sambil berjalan menuju tangga bersama suaminya.Revin menghela napas pelan. Akhirnya, hanya dia dan Lisa saja di ruang itu. Matanya kembali berkilat melihat Lisa. Sejak tadi saat Lisa muncul di ambang pintu ruang makan, Revin menahan diri agar matanya tidak jelalatan memandangi istrinya itu. Dandanan Lisa hari ini menarik perhatian Revin. Lisa terlihat sangat cantik memakai dress hamilnya yang terbuat da
Read more
Episode 152. Menurut
Revin mengatupkan mulutnya. Sebenarnya tepat setelah menampar, dia menjadi kasihan pada Lisa. Tapi Lisa sudah keterlaluan. Revin merasa dirinya tidak bisa bersikap lembek lagi seperti sebelumnya dengan mengabaikan kelakuan kasar Lisa."Apa kau sudah sadar apa kesalahanmu?" tanyanya.Dengan berurai air mata, Lisa menatap Revin dengan tatapan melawan. "Kalau aku tidak sadar akan kesalahanku, apa kau akan menamparku lagi?""Apa? Kau memukulku, waktu itu juga kau menamparku, sekarang mengabaikan dan melempar wajahku dengan bantal. Aku seorang suami, kepala rumah tangga yang harus kau hormati, apa pantas kau bersikap seperti itu?" tanya Revin.Lisa menunduk diam. Dada Lisa sedang sakit, dia hanya ingin beristirahat sebentar agar bisa menahan rasa sakitnya, tetapi Revin datang mengganggu. Itulah yang membuat Lisa labil dan tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik. Tetapi Revin sama sekali tidak tahu rasa sakit yang sedang dirasakan Lisa."Kenapa kau tidak menjawabku?" tuntut Revin."Maa
Read more
Episode 153. Kenapa Menghindariku?
Revin hendak membuka pintu kamar Lisa, tapi dia ragu dan mengurungkan niatnya. Mungkin saja Lisa langsung kembali tidur. Dia akan mengganggunya jika memutuskan untuk masuk, bukan? Tapi baru sebentar dia berbalik, Revin langsung berubah pikiran dan kembali berhadapan dengan pintu kamar Lisa. Seperti biasa, tanpa mengetuk dia langsung membuka pintu kamar Lisa dan masuk ke dalam."Kenapa dia tidak menguncinya?" ucapnya agak kesal dalam hati. Hatinya selalu mencurigai Ben khususnya sejak Ben kedapatan berada di kafe Lisa malam itu. Tentu lebih baik bagi Revin jika Lisa selalu mengunci pintu kamar walaupun cukup merepotkan jika dia ingin masuk menemuinya.Di dalam kamar, Revin tidak mendapati Lisa di ranjang. "Katanya mau tidur," gumamnya lagi tak suka.Dia pun menghampiri pintu kamar mandi saat mendengar bunyi dari sana. Lisa sedang berada di dalam toilet rupanya. Saat Revin hendak mengetuk pintu toilet, tangannya tiba-tiba mengambang di udara karena mendengar suara tangis sayup-sayup dari
Read more
Episode 154. Memangnya Boleh Keberatan?
"Siapa yang main tangan!" bentak Revin tak mau kalah."Lalu kenapa Lisa sampai memintamu supaya jangan memukulnya?" tanya Ben dengan kening masih mengerut."Aku tidak tahu!" ketus Revin. "Aku sama sekali tidak ada niat untuk memukulnya. Dia saja yang aneh tiba-tiba berkata begitu saat kami berbicara serius."Revin seketika menoleh menatap Lisa dengan tajam. Lisa semakin menciut di sudut ruangan.Revin menyipitkan mata. Dia bingung, kadang kala Lisa menunjukkan tingkah yang agak ganjil menurutnya.Sementara itu, Ben tampak menimbang-nimbang situasi. Ekspresi Revin menunjukkan bahwa dia tidak berbohong, sementara Lisa tampak ketakutan di sudut sana."Sepertinya Lisa salah paham padamu. Mungkin kau berbicara cukup kasar atau berbicara dengan nada tinggi makanya Lisa berpikir kalau kau akan memukulnya," ucap Ben pada Revin.Revin langsung mengatupkan mulutnya sambil menatap Ben. Apa yang dikatakan Ben sepertinya benar. Tadi dia memang sedang marah saat Lisa menolak pelukannya. Karena harus
Read more
Episode 155. Liburan
Apa yang dikatakan Lisa benar. Bukankah dia memang menghinanya sebagai wanita tak tahu diri saat Lisa mencoba mengutarakan keberatannya? Tapi sekarang Revin malah menanyainya."Kali ini aku yang bertanya, jadi aku tidak akan mengataimu seperti itu. Jadi katakan, apa kau keberatan atau tidak?" tanya Revin kembali seenak jidat.Lisa menatap ragu pada Revin yang masih sama-sama berbaring menghadapnya dengan tangan bertengger manis di pinggulnya itu.Lisa tidak paham jalan pikiran Revin. Kenapa Revin tiba-tiba ingin mengetahui pendapatnya? Bukankah pendapatnya sama sekali tidak penting bagi Revin? Bahkan Revin sangat benci saat Lisa mencoba protes karena Cherrine datang ke kantor Revin. Jadi, apa yang harus dia jawab?"Kenapa diam?" desak Revin sambil mulai meraba bokong istrinya itu. Lisa sedikit terkesiap. Dia langsung menahan tangan Revin agar tidak nakal."Aku suamimu," ucap Revin mulai kembali kesal."Bukankah kita...sedang berbicara serius?" ucap Lisa takut-takut."Kalau begitu, jawa
Read more
Episode 156. Sudah Biasa
"Aku tidak apa-apa sekamar dengan Lili," ucap Lisa membuat Revin mendadak diam dengan alis berkedut. Ben menyipitkan mata melihat raut kecewa keponakannya itu. Hatinya mencoba menimbang-nimbang kembali. Sementara itu, Renata tersenyum mendengar jawaban Lisa."Baguslah berarti seperti yang di awal Mama katakan saja ya. Kau dan Lili di kamar atas dekat tangga," ucap Renata cepat pada Lisa. Lisa mengangguk setuju.•Di dalam kamar, Liliana melirik Lisa yang mulai sibuk mengeluarkan pakaian dari koper. Tadi baru saja dia mendapat pesan obrolan dari Ben agar dia mulai menceritakan hal-hal positif tentang bosnya itu pada Lisa. Aneh sekali bagi Liliana membaca pesan obrolan itu. Untuk apa seorang Ben sampai harus memakai trik seperti itu pada Lisa? Bukankah Lisa di sini yang berupaya menggoda Ben? Kenapa rasanya malah terbalik? Pasti ada sesuatu!Hatinya kembali cemburu, apalagi tadi saat melihat Ben dan Revin sedikit berdebat hanya karena masalah kamar. Dan itu karena Lisa. Walaupun dalam re
Read more
Episode 157. Maaf
"Kenapa tidak jadi pindah?" tanya Liliana ketika melihat Lisa masuk kembali ke dalam kamar sambil membawa kopernya."Tidak apa-apa. Aku pikir memang lebih baik aku di sini bersamamu. Kita mungkin bisa lebih dekat," ucap Lisa sambil memaksakan senyumnya.Liliana mendengkus dalam hati. "Baiklah, kalau itu keputusanmu. Aku senang kok jika kita menjadi lebih dekat," ucap Liliana berbohong.Lisa mengangguk dan duduk di samping Liliana di sofa panjang dalam kamar itu. "Terima kasih. Nantinya kau akan menjadi istri Kak Revin. Itu berarti kau akan menjadi calon ibu dari bayi yang kukandung. Alangkah baiknya jika kita memiliki hubungan yang akrab."Liliana berpura-pura terkejut mendengarnya. "Jadi istri Mas Revin? Apa maksudmu, Lisa? Kami juga...baru kenal. Dan dia kan suamimu?"Lisa diam sejenak menatap Liliana dengan wajah bingung. "Tapi Kak Revin bilang padaku bahwa kau calon istrinya. Setelah kami bercerai, dia akan menikah denganmu."Mata Liliana melebar. Dia lalu berdiri. "Apa maksudnya i
Read more
Episode 158. Meragu
Renata menyenggol suaminya, Alex pun langsung beranjak menghampiri Ben dan Revin. "Ada apa Ben? Kenapa kau tampak marah?" tanya Alex dengan suara pelan agar tidak menarik perhatian pengunjung-pengunjung lain."Erwin memintaku pindah dari meja ini. Padahal dari tadi dia membiarkan meja ini kosong.""Aku hanya tidak suka Om dekat dengan Lisa!" ucap Revin."Memangnya kenapa? Aku hanya duduk, bukan mau pedekate! Apa kau cemburu?" ucap Ben kesal."Ben, apa maksudmu cemburu?" timpal Alex."Dia tidak suka pada Lisa tapi hanya melihatku duduk di samping Lisa, dia langsung marah dan cemburu," jelas Ben."Siapa yang cemburu? Aku hanya tidak suka kalian dekat!" tegas Revin kembali."Itu namanya cemburu! Sikap posesifmu itu sudah keterlaluan, terlalu kekanakan," ucap Ben."Apa?" Wajah Revin merah padam. "Ngapain juga aku cemburu sama wanita lonte kayak dia!" bentak Revin hingga membuat semua pengunjung di area itu menjadi hening. Liliana sendiri sampai terbelalak mendengarnya. Dia tidak bisa memba
Read more
Episode 159. Bersikap Datar
Kalau bukan karena ayahnya yang akan mengamuk, Lisa juga ingin terbebas dari pernikahan ini. Bertahan dengan pria yang jelas-jelas jijik dan benci padanya sungguh sakit rasanya, apalagi Revin sudah memiliki jodoh yang baru. Lisa sudah melihat sendiri baik Liliana ataupun suaminya tidak saling menolak."Kau sudah tidur?" tanya Liliana begitu masuk ke dalam kamar.Lisa mengangkat kepalanya sebentar sambil mengangguk."Kau belum tidur ternyata," ucap Liliana sambil ikut naik ke ranjang. "Karena kau belum tidur, aku ingin mengutarakan pendapat.""Pendapat apa?" tanya Lisa sambil menghadap pada Liliana."Kalau aku jadi kau, aku akan langsung pergi dari hidup Mas Revin. Untuk apa menunggu cerai sampai kau melahirkan? Dia jelas-jelas bersikap buruk terhadapmu. Dia sangat merendahkanmu. Dia menghinamu. Aku berkata seperti ini bukan karena Om Ben mau menjodohkan kami, tapi aku kasihan saja melihatmu yang sangat dipermalukan di rumah makan tadi.""Begitu ya?" tanggap Lisa dengan suara pelan sete
Read more
Episode 160. Diusir
"Ada apa antara kau dan Lisa?" tanya Alex pada Ben begitu mobil mereka melaju meninggalkan villa. Alex duduk bersama Ben di depan, sementara Renata duduk di belakang."Hm? Memangnya ada apa?" tanggap Ben sambil tetap fokus melajukan mobilnyaRenata langsung mencondongkan tubuhnya ke depan. "Jangan bersikap tidak tahu, Ben. Kami melihat sendiri kau dan Lisa seperti ada sesuatu. Atau jangan-jangan kecurigaan Revin padamu benar?" ucap Renata dengan kening mengerut.Ben diam tidak menjawab."Katakan, Ben. Apa Lisa diam-diam sudah menggodamu?" tanya Renata kemudian.Seketika Ben menghentikan mobilnya di pinggir jalan, membuat badan mereka semua berguncang."Apa-apaan kau Ben tiba-tiba...""Aku suka Lisa," aku Ben menyela ucapan Alex. Entah itu benar atau tidak yang dirasakan Ben tapi Ben mengucapkan kalimat itu secara refleks."Apa!" Mata Alex dan Renata terbelalak. Ben sudah lama hidup menduda. Tidak pernah suka pada siapa pun, secantik apa pun dia. Sampai-sampai Renata rasanya sudah putus
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
22
DMCA.com Protection Status