All Chapters of Terlambat Mencintai Lisa: Chapter 191 - Chapter 200
218 Chapters
Episode 191. Tindakan Hendra?
"Hmmpt! Kau pikir dengan suara lebih tinggi, ucapanmu jadi benar? Dari dulu Mama sudah meragukan Lili sebagai cucu kandungku."Kening Hendra mengerut. 'Pantas saja mamaku selalu bersikap ketus pada Lisa? Padahal sewaktu Lisa masih kecil mamaku sangat menyayanginya. Entah angin apa yang membuatnya berubah? Aku pikir karena Lisa mulai menjadi anak nakal tapi ternyata bukan hanya karena itu saja. Apa jangan-jangan...? Ukh....' Hendra merapatkan giginya."Apa yang sebenarnya membuat Mama meragukan Lisa? Apa jangan-jangan Nafa mengatakan yang tidak-tidak?""Mama sebenarnya tidak ingin membahas ini karena Mama dan Nafa sudah memutuskan untuk merahasiakan ini. Tapi karena kau tiba-tiba mengatakan hal yang tidak masuk akal, maka Mama akan memberitahumu. Saat Lisa masih kecil, Nafa secara diam-diam melakukan tes DNA pada Lisa dan hasilnya ternyata Lisa bukan anak kandungmu. Mama sudah lihat sendiri hasil tesnya. Nafa menunjukkannya pada Mama.""Apa?" Hendra terkejut bukan main mendengarnya. "It
Read more
Episode 192. Amarah dan Dendam
"Aku...aku tidak mau menandatangani surat itu," ucap Nafa dengan mulut bergetar."Ma?" Damian mengerutkan kening. Begini saja Damian sudah bersyukur karena Hendra hanya menceraikan ibunya dan mengusir mereka berdua. Bahkan Damian merasa ini seperti mimpi. Seorang Hendra apa mungkin bertindak hanya dengan cara seperti ini? Tapi sekarang kenapa mamanya malah mencoba membuat persoalan?Mata Hendra menyipit tak senang. Dia mendengkus. "Tidak masalah. Hasil tes DNA antara aku dan Damian akan memperlancar perceraian kita," ucap Hendra sambil mengambil surat dari kantongnya. Setelah sekilas memperlihatkannya dia lalu kembali mengantonginyaMulut Nafa terbuka. Jadi Hendra bahkan sudah melakukan tes pada Damian, itu sebabnya suaminya itu tanpa ragu mengatakan bahwa Damian adalah anak haram.Nafa menepis pelan tangan Damian yang memeganginya lalu dengan cepat dia melangkah ke arah Hendra dan berlutut memegangi kaki suaminya itu dengan air mata berlinang. "Pa, ampuni Mama, Pa. Mama khilaf. Papa b
Read more
Episode 193. Nafa Mengamuk
"Apa yang barusan kau katakan?" ucap Renata dengan tubuh kaku. Ia menatap Ben dengan tatapan tak percaya. Bahkan sampai sekarang dia masih sulit menerima fakta bahwa Ben pernah memiliki anak dari menantu perempuannya. Tapi apa yang dijelaskan Ben saat ini jauh lebih mengejutkan."Aku tidak perlu mengulangnya," ucap Ben dengan wajah merah. Ini cukup memalukan saat ia mengakui kesalahan fatalnya di hadapan kakaknya sendiri. Berbeda terhadap Revin, terhadap Renata dan Alex, ia menjelaskan semuanya."Kau tahu saat itu Lisa adalah korban tapi kau malah bersikap tidak peduli?" tanya Alex lebih memperjelas."Aku tahunya beberapa bulan setelah kejadian. Tapi jahatnya aku, aku tidak mau tahu saat itu. Sekarang aku menyesali perbuatanku ini."Renata beranjak dari kursinya. "Aku sungguh tidak mengerti! Jadi Lisa adalah korban di sini? Kalian bukan sama-sama saling mau, tapi Lisa dijebak, dijual oleh Nafa! Dan kau, setelah tahu Lisa adalah korban, kau malah bersikap masa bodoh?" tanya Renata deng
Read more
Episode 194. Kebenaran Pahit
Tubuh Nafa mendadak tegang, tapi matanya berkobar dengan kemarahan. "Gara-gara kau aku kehilangan suami yang baik, yang tulus mencintai aku. Tapi kau seenaknya saja bicara seperti itu. Pokoknya kau harus mengembalikan semua uangku! Kembalikan sekarang juga!" teriaknya kembali, sementara orang-orang terus menontoni mereka."Kau ini, kenapa sulit se..." Kata-kata Dani terhenti saat mobil polisi berhenti di sana, dan dua polisi keluar dari mobil itu. Kedua polisi itu memang ingin menangkap Nafa. Mereka sudah membawa surat penangkapan.Melihat kedua polisi itu berjalan ke arahnya, Nafa pun menjadi panik. Beberapa malam ini dia terus diganggu mimpi buruk ditangkap oleh polisi. Itu sebabnya tanpa pikir panjang dia melepaskan diri dari Dani dan berlari mendadak ke tengah jalan."Awas, Ma!" seru Damian saat melihat sebuah motor melaju cepat. Posisinya yang terhalang Dani jelas tidak memungkinkan untuk menolong. Hal itu membuat wajah Damian memucat, tapi Dani yang lebih dekat ke jalan langsung
Read more
Episode 195. Lisa adalah Lili
"Nyonya Salwa?" sapa Revin dengan hormat.Salwa menoleh menatap Revin bersamaan dengan Hendra. Salwa mengamati wajah Revin. Sepertinya ia mengenalinya. "Kamu...?""Saya Erwin, Nek," ucap Revin. Melihat dari jarak dekat membuat Revin merasa pasti bahwa wanita tua ini adalah Salwa. Itu sebabnya ia langsung memanggilnya dengan sebutan nenek.Mata Salwa melebar. Dia pun langsung mengenalinya. "Eh iya, kau Erwin ternyata. Kau sudah besar sekarang ya." Salwa mencoba bersikap ramah walau hatinya sedang gundah gulana. Terakhir bertemu dengan Erwin adalah saat Erwin yang sudah remaja datang mengunjunginya untuk bertemu Lili.Revin tersenyum kecil. "Iya Nek. Nenek ternyata kenal dengan ayah mertua saya, ya?" tanyanya mengorek. Sebenarnya dia penasaran apa hubungan Nenek Salwa dengan Hendra. Kenapa mereka berjalan bersama untuk menjenguk Lisa?"Ayah mertuamu? Maksudmu Hendra?" tanya Salwa cukup terkejut."Iya, Nek," lugas Revin.Salwa sekilas menatap Hendra. "Dia putra saya," ucap Salwa membuat R
Read more
Episode 196. Seberapa Muliakah?
Beberapa hari telah berlalu. Pertemuan dengan klien penting membuat Revin terpaksa harus meninggalkan rumah sakit. Alex terus-menerus mendesaknya, akhirnya Revin mau untuk berkompromi. Jika memang ada hal penting dan mendesak dia akan pergi ke kantor, tapi jika tidak, dia akan bekerja dari rumah sakit.Para karyawan di kantor bisa merasakan bagaimana Revin bertingkah uring-uringan selama berada di sana. Itu karena dia ingin segera kembali ke rumah sakit. Begitu urusannya beres, Revin memang segera kembali."Nenek bisa beristirahat di kamarku jika merasa capek. Aku menyewa satu kamar di lantai atas rumah sakit ini," tawar Revin saat ia mendapati Nenek Salwa duduk di ruang tunggu ICU. Setiap hari Nenek Salwa datang berkunjung ke rumah sakit padahal dia sudah tua."Tidak perlu, Erwin. Kalau lelah, Nenek akan pulang.""Baiklah." Revin menjawab dengan nada rendah. Kemarin, Salwa sudah menceritakan pada Revin kenapa ia sampai harus berbohong waktu itu. Nafa memang benar-benar wanita jahat sa
Read more
Episode 197. Buku Harian
Dengan rasa penasaran yang tinggi, Revin membalik-balik halaman buku itu, memeriksa seberapa banyak buku harian itu terisi oleh tulisan Lisa. Ternyata hanya beberapa lembar.Tanpa berpikir lebih lama, Revin langsung kembali ke lembar pertama buku itu dan mulai membacanya.Senin, tanggal x bulan y tahun xyzz"Ada tumor di rahimku. Bayiku tumbuh bersama tumor jahat. Kata Dokter pertumbuhan bayiku akan terganggu karena tumor itu. Aku tidak bisa membiarkan hal buruk itu terjadi. Jadi aku meminta tolong Dokter Inggrid untuk menolong bayiku."Kamis, tanggal x bulan y tahun xyzz"Aku tidak suka Cherrine. Dia perempuan jahat. Aku takut dia akan menyiksa bayiku kalau aku sudah meninggal. Aku takut.... Bagaimana nanti?"Revin meraba pelan tulisan itu. Kertas yang mengering setelah sebelumnya basah. Ini pasti bekas air mata. Revin menghela napasnya pelan. "Aku juga sebenarnya tidak suka Cherrine. Aku sungguh menyesal, Lisa. Gara-gara kemunculannya kau jadi banyak pikiran. Kenapa aku bertingkah se
Read more
Episode 198. Bukankah Terlambat Mencintai Lisa?
"Kenapa kau...." Damian mengatupkan mulutnya menatap rumit Dani yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit."Tidak apa-apa. Kecelakaan kecil begitu tidak akan membuat Ayah mati," ucap Dani tersenyum. Padahal kepalanya baru saja mendapat tiga jahitan."Aku tidak menyangka, kau menolong mamaku tanpa berpikir terlebih dahulu. Kau memiliki tiga anak dan seorang istri. Tanggung jawabmu besar. Kalau kau mati bagaimana, Ayah?""Ayah melakukannya karena reflek. Lagian dia itu ibu dari salah satu anakku. Dan kalaupun Ayah mati, Ayah meninggalkan harta kok untuk kalian," jawab Dani apa adanya."Jangan-jangan itu harta simpananmu yang berasal dari mamaku ya?" tanya Damian dengan nada mengejek."Kalau boleh jujur sebagian besar memang iya dari dia.""Pasti itu sangat banyak," tebak Damian."Tergantung siapa yang menilai. Ngomong-ngomong, kalau kau ingin melihat mamamu, pergilah sekarang. Dia pasti membutuhkanmu.""Apa kau tidak heran kenapa mamaku ditangkap polisi? Atau jangan-jangan kau tahu al
Read more
Episode 199. "Damian, Ayo Kita Pergi!"
"Akui dengan jujur, apa kau tadinya berniat membawa kabur istri orang?""Apa maksudmu?" tanggap Damian tak paham.Revin segera membuka halaman terakhir dari tulisan Lisa di buku harian yang sedari tadi ada di genggamannya. "Lihat ini! Kau berniat membawa kabur Lisa, kan?"Damian membungkuk membaca isi buku itu sekilas. "Ini....buku hariankah?""Ya! Kenapa Lisa menulis seperti itu. Kalian pasti sudah berencana kabur!" seru Revin sambil menahan emosi, tetapi tanpa permisi Damian langsung merampas buku itu dan membaca lebih seksama halaman terakhir dari tulisan Lisa."Kalian membenciku, kan? Aku pun membenci kalian semua! Papa, Mama Nafa, Kak Revin, kalian pasti ingin menyiksa bayiku! Tak akan kubiarkan kalian melakukan itu! Dasar Iblis.""Aku akan menitipkan bayiku pada Damian supaya kalian tidak bisa mengganggu bayiku.""Damian, ayo kita pergi!"Damian terdiam dengan kening mengerut. Dia masih ingat pembicaraan terakhirnya dengan Lisa lewat telepon siang itu saat dia masih berada di sek
Read more
Episode 200. Keputusan Keliru?
"Kenapa kaget begitu? Wajar dong dia membencimu, Papa Mertua," ucap Revin sambil memungut diary itu dengan cepat dari lantai.Hendra menatap Revin dengan wajah muram. "Bukankah di situ namamu juga tertera? Putriku juga membencimu!""Iya, aku tahu," jawab Revin dengan mata meredup."Apa buku itu memang...buku harian milik Lisa?""Iya."Tangan Hendra terulur. "Berikan buku harian itu, aku ingin membaca isi lainnya.""Tidak. Aku tidak bisa memberikannya padamu," lugas Revin.Kening Hendra mengerut. "Kenapa? Aku papanya. Aku berhak mengetahui seluruh isinya.""Aku yang duluan menemukan buku ini. Jadi aku punya hak untuk tidak meminjamkanmu, Papa Mertua!" tegas Revin.Mata Hendra menyipit. "Jangan kau panggil aku 'papa mertua' lagi.""Kenapa? Aku suami Lisa, jadi kau ini siapaku kalau bukan papa mertua?""Bukankah sebelumnya kau sudah berencana untuk bercerai dengan Lisa? Aku juga sangat menginginkan hal itu. Lebih baik kau ceraikan putriku sekarang.""Aku tidak akan menceraikannya," lugas
Read more
PREV
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status