Semua Bab Terlambat Mencintai Lisa: Bab 201 - Bab 210
218 Bab
Episode 201. Operasi
Saat ini operasi sedang berlangsung. Selain Revin dan kedua orang tuanya, di sana juga ada Hendra dan Salwa.Revin tampak duduk dengan tubuh lunglai. Tadi dia begitu tegang hingga rasanya energinya terkuras semua karena rasa takut. Matanya terus menatap pintu ruang operasi, melihat lampu yang menyala di sana kapan akan padam."Lisa, bertahanlah. Kumohon.... Asalkan kau bisa bertahan, itu saja sudah cukup bagiku," ucap Revin di dalam hati dengan rasa takut yang masih setia menggelutinya. Pikirannya sama sekali tidak berfokus pada bayi mereka. Dia hanya memikirkan Lisa.Berbeda dengan Revin, Alex dan Renata justru berfokus pada keselamatan bayi. Mereka sangat gelisah karena calon cucu mereka akan lahir prematur."Nyonya Salwa, sudah berapa lama Lisa dioperasi?" tanya Damian yang baru saja hadir. Wajahnya terlihat sangat cemas. Tadi dia hendak menjenguk Lisa, tapi seorang perawat memberitahunya bahwa Lisa sedang menjalani operasi karena mengalami pendarahan."Sudah dua jam," jawab Salw
Baca selengkapnya
Episode 202. Hal Buruk
"Mungkin saja dia sibuk," jawab Hendra asal menebak.Sebenarnya Liliana sedang pulang kampung karena adiknya akan melakukan operasi jantung. Ben-lah yang membiayai pengobatan adik Liliana. Sesuai dengan janji, Liliana harus selalu berada di sisi Revin. Dia adalah pilihan Renata dan Alex untuk menjadi pasangan Revin nanti.Di tempat lain, masih di rumah sakit itu, Alex dan Renata sedang membuka surat hasil tes DNA. Revin memang mengatakan bahwa tes DNA tidak perlu dilakukan karena dia yakin pada Lisa. Tapi Alex dan Renata tetap bersikeras untuk melakukannya."Apa itu hasil tes DNA?" tanya Revin sambil melangkah ke arah mereka."Iya," jawab Alex singkat. Dia membuka surat itu dan membacanya dengan raut serius. Tidak lama kemudian, sebuah senyuman terukir di wajahnya. "Ren, bayi itu memang darah daging Revin. Kita benar-benar sudah menjadi kakek dan nenek sekarang!" seru Alex dengan wajah berbinar. Renata dengan cepat merebut surat itu dan membacanya. Wajahnya pun berubah cerah saat meli
Baca selengkapnya
Episode 203. Jangan Tinggalkan Aku!
Jalanan macat berlangsung tidak lama. Revin pun langsung melajukan mobilnya dengan cepat. Tapi baru setengah menit saja dia menambah kecepatan, kecelakaan pun terjadi! Mobil itu menyerempet tiang. Syukurnya tidak ada korban dalam kecelakaan itu. Tapi kepala Revin terbentur cukup keras hingga darahnya mengalir membasahi pelipisnya."Ughh..." Revin meringis kesakitan.Dalam keadaan seperti itu, Revin kembali mencoba melajukan mobilnya sebelum orang-orang mulai mengerumuni mobilnya itu. Walau kepalanya terasa sangat pusing ia dengan keras kepala tetap memaksakan dirinya untuk mengemudi. Di dalam otaknya saat ini adalah bagaimana caranya agar ia cepat sampai di rumah sakit. Jika ia berada di sana segera untuk menemani Lisa, mungkin Lisa juga tidak akan tega untuk 'pergi'. Pemikiran yang agak aneh tapi selalu berhasil menguasai Revin.Sampai di rumah sakit, Revin berlari terhuyung-huyung, membuat orang-orang yang melihatnya terheran-heran karena darah mengalir jatuh membasahi lantai."Bapak
Baca selengkapnya
Episode 204. Sakit Sekali
Revin membuka matanya saat hari sudah kembali siang. Dia merintih pelan merasakan kepalanya yang sakit terasa berputar-putar."Lisa...," erangnya begitu bangun."Dokter, putraku sudah sadar!" seru Alex ketika mendapati Revin akhirnya bangun setelah sehari semalaman tidak sadarkan diri, membuat Alex dan Renata merasa cemas setengah mati sepanjang waktu dan sama sekali tidak tidur. Pasalnya dokter sempat mengatakan bahwa ada kemungkinan pasien mengalami pendarahan di otak, dan harus dioperasi. Jika pasien tidak juga sadar hingga keesokan harinya, maka akan dilakukan CT scan untuk memastikan benar adanya pendarahan tersebut.Dokter yang memang berjaga di ruang ICU segera menghampiri pasien bersama perawat.Revin mengalami cedera kepala dan kumat asam lambung, itu yang membuatnya muntah dan tidak sadarkan diri hingga cukup lama. Dan karenanya dia berada di ruang ICU, menjalani observasi selama 24 jam penuh. Kecelakaan itu membuat Revin mendapat empat jahitan di kepalanya."Bagaimana Dokte
Baca selengkapnya
Episode 205. Pusara Lisa
"Revin, tapi ini sudah jam makan siang. Sudah waktunya kau makan biar cepat sembuh," ucap Renata. Makan siang dari rumah sakit sudah diantar ke ruangannya tapi Revin belum menyentuhnya sedikitpun walaupun Renata sudah beberapa kali membujuknya untuk makan.Mendengar kalimat itu, Liliana berinisiatif membuka makanan yang dia bawa."Mungkin makanan rumah sakit kurang enak ya, Mas? Coba lihat dulu masakanku. Kalau tetap tidak suka ya tidak apa-apa."Revin menatap masakan Liliana. Dulu Lisa suka membuatkannya makanan, dan ia selalu lahap memakan masakannya. Sekarang sudah tidak ada kesempatan lagi baginya untuk memakan masakan Lisa. Bola mata Revin meredup. 'Lisa, apa jangan-jangan kau pergi meninggalkanku karena marah melihatku memakan masakan Liliana?' Revin memejamkan matanya saat ia berpikir seperti itu. Sebenarnya ia menyadari betul bahwa pikirannya benar-benar kacau saat ini. Tapi dia lebih suka mengikuti apa yang dia pikirkan walaupun itu mungkin tidak masuk akal. Dia pun kembali me
Baca selengkapnya
Episode 206. Janji Revin
Revin mengusap batu nisan itu perlahan. "Sayang...," ucapnya dengan tenggorokan tercekat karena begitu kata itu keluar dari bibirnya, dia langsung tersadar bahwa itulah pertama kalinya ia memanggil Lisa dengan sebutan sayang. Revin mengerutkan kening, mencoba mengingat-ingat mungkin saja dia pernah memakai kata itu pada Lisa, tapi kenyataannya ia tidak pernah menggunakannya bahkan pada saat hubungan mereka masih sangat baik sebagai partner ranjang. Pada masa-masa itu, Lisa cukup sering memanggilnya sayang. Dia begitu ceria, sehat dan cantik.Mengingat itu, Revin hanya bisa menghela napas berat dengan wajah nanar. 'Aku sungguh ingin memperbaiki semuanya, Lisa. Aku sungguh ingin menebus semua kesalahanku dan membahagiakanmu. Aku selalu membisikkannya di telingamu terus menerus, berulangkali selama hampir tiga bulan, tapi kenyataannya kau lebih memilih pergi!"Revin kembali teringat isi buku harian Lisa di mana Lisa mengatakan bahwa ia membencinya. 'Apa karena kau membenciku? Tapi terakh
Baca selengkapnya
Episode 207. Bujukan Lalisa
"Sudahlah, Pa. Penuhi saja keinginan Nenek Renata. Tante Liliana itu baik, cantik, masakannya juga enak. Aku yakin dia bisa jadi mama yang baik buatku," celoteh Lalisa di ruang makan. Dia memiliki rambut hitam lurus sebahu dengan poni rata yang menghiasi wajahnya yang seperti boneka. Dia cantik sekali seperti ibunya saat masih kecil. Saat ini gadis kecil itu sedang menunggui Revin membuatkan sarapan untuknya. Ini adalah hari Minggu. Jadi Revin memiliki waktu santai untuk membuatkannya makanan.Mendengar ucapan putri kecilnya, Revin hanya bisa menghela napas. Dia tahu betul pasti ini ulah Renata dan Alex yang mencoba memanfaatkan Lalisa untuk membujuknya menikah. Dia membuka apron yang ia pakai dan menyajikan makanan di hadapan Lalisa. "Lebih baik kau makan makananmu."Melihat makanan kesukaannya, Lalisa tersenyum. "Papa yang terbaik!" pujinya cepat lalu mulai makan dengan wajah ceria. Revin bukanlah pria yang hobi memasak, tetapi untuk Lalisa dia mau belajar memasak. Ya walaupun masaka
Baca selengkapnya
Episode 208. Seperti Spons
Hendra menghela napas saat matanya menerawang menatap ke arah jendela kaca. Sudah lima tahun berlalu sejak kepergian Lisa, dan selama lima tahun pula rasa kecewa pada diri sendiri tidak pernah luntur dalam benaknya. Menyesal dan sakit, dua perasaan itu yang selalu menemani Hendra melewati waktu. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun. Syukurnya ada Lalisa yang membuatnya menjadi tidak putus asa, sehingga pada akhirnya ia bisa sembuh dari penyakit stroke yang sempat ia derita."Apa yang sedang kau pikirkan, Hendra?" Suara Nenek Salwa membuyarkan lamunan Hendra. Tampak Nenek Salwa memilih duduk di sofa daripada menghampiri putranya yang sedang berdiri di dekat jendela."Aku merindukan Lalisa," ucap Hendra tersenyum sambil menghampiri Salwa dan duduk di sampingnya. "Aku tidak sabar menunggu kedatangannya. Dia pasti gembira melihat hadiah yang sudah kusiapkan untuknya."Salwa memasang wajah sendu. "Bibirmu tersenyum tapi matamu terlihat sekali sedang bersedih. Kau pasti me
Baca selengkapnya
Episode 209. Hidup Dalam Bayangmu
Sesampainya di sana, ia mendapati apartemen dalam keadaan bersih. Tentu saja karena Revin menyuruh orang untuk senantiasa membersihkannya. Di kamar Lisa, ia membuka laci meja rias Lisa. Di sana ia mengambil sebuah kotak berisi gelang. Gelang yang pernah ia hadiahkan pada Lisa saat hubungan mereka masih sangat baik. Ia sendirilah yang memasang gelang itu di tangan Lisa. Itu adalah hadiah satu-satunya yang pernah ia berikan pada Lisa.Saat pertama kali melihat gelang cantik itu di internet, yang ada dalam pikiran Revin adalah Lisa. Itu sebabnya ia membelinya."Mungkin saat itu sebenarnya perasaanku sudah tumbuh untukmu, hanya saja aku tidak menyadarinya," gumam Revin dengan rasa penyesalan.Revin lupa bagaimana ekspresi Lisa saat menerima gelang itu. Tapi mendapati Lisa hanya menyimpan gelang ini di dalam kotak dan tidak pernah memakainya setelah hari itu, sepertinya Lisa memang tidak menyukai gelang ini.Sebenarnya apa yang disukai Lisa? Memikirkan pertanyaan itu kembali hanya membuat R
Baca selengkapnya
Episode 210. Bukan Adikmu
"Bu! Apa Lisa sudah kembali? Aku tidak melihatnya di sana," seru Damian dengan wajah pucat dan napas tidak beraturan begitu sampai ke dalam rumah."Tenanglah, Nak. Dia sudah kembali. Mungkin dia sedang mandi sekarang," jawab ibu tiri Damian dengan suara tenang.Seketika hati Damian melega. Dia pun pergi ke lantai atas untuk menunggui Lisa. Tidak berapa lama Lisa pun muncul. Secara fisik dia sehat. Berat badannya pun normal. Lisa terlihat sangat cantik dan awet muda dengan rambut hitam lurus sebahu. Dia tidak lagi mengecat rambutnya. Dan walaupun usianya sudah 26 tahun, ia terlihat seperti berusia 20 tahun."Lisa!" seru Damian menghampiri Lisa, dan langsung memeluknya."Kenapa pergi ke kuburan sendirian?" tanyanya tak paham setelah melepas pelukannya.Lisa tersenyum. "Kau mengkhawatirkanku?""Kau tahu akulah manusia yang terus mengkhawatirkanmu," lugas Damian dengan bibir cemberut."Kau kan banyak urusan karena akan wisuda, jadi aku memutuskan pergi sendiri. Aku sudah lama sekali tidak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status