Semua Bab Terlambat Mencintai Lisa: Bab 61 - Bab 70
218 Bab
Episode 61. Si Bandot Tua
Pagi ini Lisa pergi ke rumah sakit lain untuk melakukan pemeriksaan secara mendetail. Walaupun Dokter Inggrid adalah dokter yang sudah terkenal hebat dan berpengalaman, tetapi Lisa masih ingin mencari secercah harapan. Mana tahu saja Dokter Inggrid keliru. Tetapi setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, hasilnya tetap sama. Malah dokter lain itu menduga bahwa di rahimnya, tepatnya di bagian bekas luka parut, terdapat tumor. Dokter itu memintanya untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, dan hal ini membuat Lisa menjadi ketakutan.    Sia-sia saja ia mencari dokter lain. Tubuhnya semakin lelah dibuatnya. Lisa benar-benar merasa putus asa.   Disaat ia akan kembali, seseorang mencegatnya.   "Lisa!"   Lisa menoleh dan keningnya mengerut melihat sosok tinggi di hadapannya.   "Kau bolos lagi?" Lisa tak bisa menahan mulutnya untuk tidak menghakimi. Sosok laki-laki yang ada di hada
Baca selengkapnya
Episode 62. Membalas Dendam
"Baiklah kalau begitu. Tolong siapkan makan siang untukku, Cherrine," ucap Lisa. Dia memang belum makan siang. Tadinya ia akan memesan makanan secara online. "Maaf, Nyonya Lisa. Saya tidak sempat untuk memasak lagi. Saya harus mengantarkan makan siang ini untuk Tuan Revin sekarang juga. Dia sudah menanti." Ada nada sombong yang halus dari suara ART baru itu. Lisa menurunkan pandangannya dan melihat bungkusan kotak bekal makan siang di tangan Cherrine. Kening Lisa mengerut. "Apa suamiku yang menyuruhmu untuk membawakan itu?" "Iya, Nyonya Lisa. Kalau begitu saya permisi." Tanpa menunggu tanggapan, Cherrine melengos pergi meninggalkan Lisa. Wajah Lisa muram. Entah apa yang direncanakan suaminya itu. Benarkah Cherrine seorang pelayan? Apa jangan-jangan perempuan itu selingkuhannya? Lisa menggeleng, menolak pemikirannya. Tetapi jelas sekali kemarin Revin mengatakan akan membalasnya. J
Baca selengkapnya
Episode 63. Berpura-pura Baik
Sepuluh menit kemudian, Cherrine sudah menghidangkan makan malam di atas meja. Dia melirik Lisa masih duduk di sana, tetapi ia tidak berkata apa-apa. Dia naik ke atas untuk memanggil Revin. Beberapa saat kemudian Revin turun beriringan bersama Cherrine, mereka tampak akrab bahkan Revin dengan sengaja merangkulkan tangannya di bahu Cherrine sambil melirik Lisa sekilas.   Lisa sama sekali tidak memperhatikan. Pikirannya sedang kosong seolah dia sedang berada di tempat lain.   Revin sudah duduk di meja makan menunggu Cherrine meladeninya. Tetapi Cherrine malah melangkah ke arah Lisa.   "Mbak Lisa, makan malam sudah siap."   Barulah Lisa tersadar dari lamunan kosongnya. "Apa?"   "Makan malam sudah siap, Mbak." Cherrine mengulangi dengan sabar dan lembut. Revin mengawasi dua wanita itu dari meja makan.   "Oh, saya belum lapar. Nanti saja." Lisa enggan makan karena
Baca selengkapnya
Episode 64. Cemburu
Lisa sudah tidak tahan melihat Revin yang menaruh perhatian penuh pada Cherrine. Ia memilih menunduk, tidak menatap mereka lagi. Bahkan dulu, saat hubungannya dengan Revin masih baik-baik saja, Revin tidak pernah sekalipun menaruh nasi dan lauk ke piringnya saat makan bersama. Lisalah yang selalu meladeninya makan. Tetapi dengan perempuan itu, sedari tadi Revin bahkan terus menawarkan dan menaruh lauk ke piring perempuan itu. Lisa tersenyum kecut. Dia mulai yakin jika Cherrine memang bukan pelayan. Itu mungkin hanyalah kedok supaya mereka berdua bisa memiliki lebih banyak waktu untuk bersama. Mungkin inilah yang dimaksud Revin ketika kemarin dia mengatakan padanya bahwa ia akan berselingkuh secara terang-terangan. Lisa berupaya keras menekan perasaannya yang sakit dan cemburu. Dia terus mengulang-ulang di dalam hati bahwa Revin bukanlah untuknya. Tetapi tiap kali kata itu diulang, rasa sakit menderanya. Perasaan cintalah yang membuatnya mera
Baca selengkapnya
Episode 65. Fitnah
Mendengar itu, Cherrine tiba-tiba memberikan tatapan dingin pada Lisa. Sikapnya berubah setelah Revin tidak ada. Ia bersedekap seperti seorang bos. "Mas Revin yang memberikan kamar atas kepada saya. Memangnya kau mau protes apa?" ketusnya.   Lisa terdiam karena terkejut. Apa ini tiba-tiba?   Cherrine berani bersikap seperti itu karena ia sudah melihat sendiri bagaimana Revin memperlakukan Lisa. Revin jelas jijik pada Lisa, dan itu sesuai dengan penjelasan Renata, calon ibu mertuanya. Dia yakin walaupun di belakang Revin, ia bersikap kasar pada Lisa, semuanya pasti akan tetap aman. Bahkan jika Lisa mencoba melapor pada Revin, Revin tentu lebih percaya padanya daripada perempuan kuyu ini, bukan?   Melihat Lisa membisu, Cherrine melenggang menuju lantai atas. "Perempuan bodoh," gumam Cherrine terkekeh pelan tetapi masih bisa didengar oleh Lisa.   Setelah menyesuaikan diri dengan keterkejutannya yang sin
Baca selengkapnya
Episode 66. Makanan di Meja
Mendengar bentakan Revin, Lisa seketika memeluk perutnya. "Jangan tendang aku," gumamnya pelan dengan suara lirih. "Jangan tendang perutku.." gumamnya lagi dengan air mata menetes sambil mundur perlahan ke belakang. Tubuhnya mulai gemetar. Revin mengerutkan kening melihat sikap Lisa yang agak aneh. "...papa," sambungnya kemudian. Revin langsung mendengkus mendengar kata papa dari mulut Lisa. "Kenapa? Kau mau mengadu pada Hendra? Padahal jelas-jelas kau yang bersalah," tanggap Revin kesal. Walaupun Lisa punya seorang ayah di belakangnya yang selalu mendukung dan sangat mencintainya, Revin sama sekali tidak takut. Justru dia menganggap remeh pada sosok Hendra. Hendra dengan licik bekerja sama dengan putrinya sendiri agar bisa menjeratnya untuk menyelamatkan perusahaan yang sedang kritis. Sungguh tercela! "Keluar dari sini, atau aku benar-benar akan menendangmu!" ucapnya dengan suar
Baca selengkapnya
Episode 67. Anaconda
"Menurutku, kau sudah profesional! Nasi gorengmu pun enak banget, Cherrine." Revin tidak bisa menahan diri untuk tidak memuji-muji. Dia memakan nasi goreng dengan lahap bersama dengan kerupuk udang yang ada di dalam toples. Wajah Cherrine berbinar-binar puas mendengar pujian untuknya.   Lisa yang baru saja keluar dari kamar, mendengar semua pembicaraan itu. Dia datang menghampiri meja makan.   "Ah, Mbak Lisa baru bangun? Maaf ya, Mbak, aku tadi buru-buru jadi cuma sempat memasak untuk Mas Revin." Cherrine segera membuka suara. Walaupun dia berbicara lembut tapi jelas dia sedang membalikkan fakta. Dialah yang telat bangun tetapi dia malah mengatai Lisa.   Lisa mendengkus mendengarnya.   "Ada apa kau berdiri di situ? Sudah kubilang kalau wajahmu masih seperti itu jangan tunjukkan padaku saat aku sedang makan." Revin berucap dengan nada dingin.   "Aku cuma mau bilang bahwa semua yan
Baca selengkapnya
Episode 68. Menunda Perjodohan
"Apa maksudmu mengatai Cherrine anaconda?" Renata bertanya dengan nada bingung. Ia mengerutkan kening. Dialah yang memilih Cherrine untuk menjadi menantunya. Bagaimana bisa dia salah pilih? "Ya maksudku karena sifatnya seperti itu. Baru kemarin dia pindah ke rumahku tetapi dia sudah menunjukkan wujud aslinya." Revin menghela napas bosan. "Apa yang sudah terjadi?" Kali ini Alex yang bertanya. "Cherrine menampar dirinya sendiri dan menuduh Lisa menamparnya. Dia juga mengakui bahwa ia memasak makanan yang bukan masakannya. Padahal aku sangat tahu bagaimana rasa masakan Lisa. Masakan Cherrine tidak ada apa-apanya," ucap Revin terkekeh. "Apa dia pikir dia sedang bermain sinetron? Aktingnya lumayan bagus. Sayangnya dia bodoh!" "Apa? Mana mungkin? Kau mungkin salah paham, Revin." Renata belum bisa menerima pernyataan Revin. Cherrine adalah putri salah satu sahabatnya. Mana mungkin Cherrine berbuat seperti i
Baca selengkapnya
Episode 69. Om Ben
Revin menghembuskan napas kasar. Apa yang dikatakan papanya memang benar, tetapi dia selalu merasa geram pada Lisa. Dia tidak bisa menutup telinga dan matanya atas apa yang sudah diperbuat Lisa. Bahkan Lisa tidak ada pertobatan sedikit pun dalam mencoba membodohinya. Bisa-bisanya Lisa berbohong mengatakan bahwa ia menginap di kafe padahal ternyata tidak. Ngapain lagi dia berbohong kalau bukan karena bermain dengan laki-laki lain?   "Menjijikkan," gumam Revin.   "Apa yang kau katakan?" Alex tidak begitu mendengar ucapan anaknya barusan.   "Bukan apa-apa. Aku tahu apa yang kuperbuat. Papa dan Mama tidak perlu mengkhawatirkan si ular betina."   "Kami bukan mengkhawatirkan dia. Yang kami khawatirkan hanya bayi yang ada di perutnya!Setelah bayi itu lahir, kau bisa menendangnya jauh darimu!" Alex agak cemas, dia meragukan putranya. Bagaimana kalau Revin menyakiti Lisa sampai Lisa keguguran. Jika bayi itu a
Baca selengkapnya
Episode 70. Aku Percaya Padamu
"Lisa!" Damian beranjak dari sofa dan menghampiri Lisa yang mematung di ambang pintu. Lisa merasa tidak nyaman melihat Damian ada di rumahnya. Suasana di rumah tidaklah menyenangkan. Apalagi ada Cherrine yang sudah jelas adalah selingkuhan suaminya. Bagaimana nanti Damian menilai itu semua? Lisa tidak begitu suka Damian tahu keadaannya. Damian hanyalah seorang bocah, dia tidak perlu tahu banyak hal. Lagian Lisa tidak begitu mengenal Damian. Apakah Damian berada di pihaknya atau bukan? Bisa saja Damian menceritakan apa saja yang terjadi di rumahnya pada Nafa. Dan jika itu terjadi, mungkin saja Nafa akan membuat ulah yang tidak bisa ia prediksi. "Kenapa kau malah diam di sini? Ayo duduk! Ada yang ingin kubicarakan." Damian menarik tangan Lisa, tetapi Lisa menepisnya. "Kenapa kau tidak meneleponku dulu sebelum datang? Lebih baik kita bicara di tempat lain." Lisa hendak keluar tetapi Damian menahan lenga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
22
DMCA.com Protection Status