All Chapters of Jodohku Dokter Tampan: Chapter 31 - Chapter 40
50 Chapters
Kamu Tidak Akan Mengerti
Selama perjalanan pulang ke rumah, Shin dan Alika sepakat mengunci mulut mereka. Mood Alika sudah hancur sejak makan malam belum dimulai. Ia tidak menyangka jika mertuanya memberikan pilihan seperti itu sebagai solusi.Alika ingin marah, tetapi ia tidak bisa. Bagaimanapun semua ini ada andil dirinya. Andai secepatnya ia dapat memberikan Shin anak, pasti orang tua Shin tidak akan ikut campur dalam rumah tangganya hingga sejauh ini.Sekarang Alika hanya bisa berdoa dan berusaha agar di rahimnya segera hadir buah hati mereka. Dengan begitu Alika pikir ia bisa menyelamatkan pernikahannya.Mobil berbelok dan berhenti di depan rumah. Tanpa berkata-kata, Alika turun dari mobil lebih dulu langsung masuk rumah. Dokter cantik itu tidak mau bersusah-susah menunggu Shin atau sekadar berbasa-basi. Yang ingin Alika lakukan sekarang adalah tidur lebih cepat dan menangkan gemuruh di dadanya.Shin melepas sepatu lalu menyusul Alika masuk. Bukan hanya Alika yang kaget, Shin pun sama. Ia juga tidak meny
Read more
Kurasa Aku Melewatkan Sesuatu
Ini sudah dua bulan berlalu sejak kecelakaan hari itu. Aira sudah pulih sepenuhnya. Gadis cantik itu sedang duduk menghadap laptop. Ia kembali menulis setelah beberapa waktu hiatus karena tangannya waktu itu terluka.Dalam keheningan malam, saat penghuni panti telah terlelap, Aira masih terjaga dan mengetik naskah. Banyak pembaca setia novel-novelnya menanyakan kelanjutan cerita yang belum selesai ia tulis.Sebagai penulis, Aira merasa mempunyai tanggung jawab terhadap pembacanya. Ia memiliki prinsip akan menyelesaikan apa yang sudah ia mulai. Ketika jam berdentang dua belas kali, Aira menghentikan gerakan gemarinya di atas keyboard. Gadis itu menoleh dan tidak ada siapa-siapa kecuali suara dengkuran halus Mia.Aira merenggangkan otot leher dan tangannya. "Ah, cerita ini terlalu mengasyikan. Sepertinya aku engga mau buru-buru membuat endingnya." Aira kembali membaca deretan tulisan di layar laptopnya. Gadis itu tiba-tiba merasa seperti ia mengulang kisah bersama Shin.Kisah masa kec
Read more
Kejujuran Paman Dion
Cahaya mentari pagi mengiringi Aira yang sedang mengayuh sepeda menuju pasar. Keadaan kembali normal dan ia sudah bisa melalukan semuanya sepertia sedia kala. Aira mengayuh lebih cepat agar ia bisa segera kembali ke panti. Semalam Paman Dion menghubungi dan mengatakan akan datang ke panti siang ini. Untuk pertama kali setelah hampir lima tahun Paman Dion kembali menghubungi gadis itu.Tidak seperti apa yang lelaki itu katakan saat pertama kali mengantar Aira ke panti. Di mana Dion mengatakan akan sering mengunjungi Aira. Pada kenyataannya, tahun bergulir Aira benar-benar sendirian. Gadis cantik itu merasa kalau dirinya sudah dibuang dan dilupakan. Tidak ada satu orang pun yang peduli. Mereka yang ia harapankan bisa menjadi tumpuan malah hilang bak di telan bumi. Tidak Dion tidak juga Shin.Tiba di pasar suasana ramai seperti biasa. Aira turun dari sepeda kemudian menuju tempat penjualan sayur."Beli apa, Neng cantik?" ujar seorang penjual wanita ramah.Aira tersenyum kemudian berkata
Read more
Aku Akan Mencari Tahu Semuanya!
Melihat lelehan air mata ponakannya, Dion tidak bisa tidak tersentuh. Sebenarnya ia tidak berniat melakukan hal ini kepada Aira andai saja Mery tidak mendesaknya. Kini istrinya itu tidak lagi bersuara setelah hampir empat tahun ini menderita sakit kanker payudara."Maafkan kami, Aira. Bibimu juga menitipkan salam. Dia ingin bertemu denganmu. Berkunjunglah ke rumah."Aira mengusap air matanya menggunakan ujung kerudung. Ia tidak langsung merespons permintaan maaf pamannya. Aira masih sakit hati. Mudah sekali Paman Dion minta maaf setelah apa yang lelaki itu perbuat kepadanya.Aira ingin marah tetapi ia tidak bisa. Selalu seperti ini. Hati gadis itu terlalu lembut dan lembut. Lebih baik ia yang merasa tersakiti daripada orang lain. Ini juga yang membuat Aira selalu mengalah."Aira ... maafkan Paman." Ada ketulusan dari ucapan Dion kali ini yang membuat Aira tidak bisa mengabaikan sang paman lama-lama.Bagaimanapun semua sudah terjadi dan telah menjadi masa lalu. Jika ia marah dan mengab
Read more
Kita Bertemu, Bukankah Itu Takdir?
"Kamu belum menyerah juga. Dasar keras kepala," gerutu Aira. Padahal Aira hanya tidak mau Shin ikur menanggung rasa sakit sama sepeeti dirinya andai dokter itu tahu apa yang sebenarnya telah terjadi dan terlewati. Ini seperti membuka kotak pandora. Shin tidak tahu apa yang akan ia hadapi di depan sana. Yang jelas ini akan semakin rumit."Aku tidak akan menyerah sampai mendapatkan apa yang aku inginkan," ujar Shin merasa tidak terganggu atas sikap cuek Aira. Baginya tidak masalah seberapa keras gadis itu mencoba menghindari dan mengabaikannya. Itu tidak akan menghentikan Shin untuk terus mendekat dan lebih dekat. Jangan salahkan Shin bersikap seperti itu, salahkan Aira yang membuat Shin tergila-gila.Ini seperti sebuah sihir yang menariknya begitu kuat dan menenggelamkan Shin sangat dalam dan sampai ke dasar."Shin, kamu harus tahu bahwa dalam hidup ini kita tidak selalu mendapatkan semua yang kita inginkan. Meskipun sangat menginginkannya sekalipun," ucap Aira setelah dirasa ia tid
Read more
Panti Asuhan yang Sama
Tatapan Shin mengikuti langkah Aira menuju ke tempat parkiran. Kemudian gadis itu mengambil sepeda dan pergi dari taman menyisakan Shin seorang diri.Sepeninggal Aira, Shin pun meninggalkan tempat itu dan meneruskan perjalanan ke rumah orang tuanya. Ia akan membuktikan kepada Aira jika ucapannya tadi sungguh-sungguh. Shin sedang tidak bermain-main. Tidak mengapa jika Aira tidak mau memberi tahu. Ia sendiri yang akan menguak teka-teki ini.***Mobil berbelok ke sebuah rumah mewah. Setelah melepaskan seat bealt, Shin turun, menuju rumah dimana dulu ia dibesarkan.Baru saja Shin menekan bel, Bi Inah yang bekerja di rumah itu muncul dengan senyum yang tidak pernah berubah. Masih sama seperti Shin pertama kali bertemu wanita bertubuh tambun tersebut."Oh, Shin kau datang. Masuklah."Terima kasih, Bi." "Kau terlihat semakin tampan saja," ujar Bi Inah sembari menepuk lengan Shin.Shin hanya menhangguk dan melewati Bi Inah, masuk ke dalam rumah. Ia dapat mendengar denting piano bergema dari
Read more
Alasanku Bertahan di Panti Sudah Tidak Ada
Shin baru saja selesai mandi ketika Alika tiba di rumah. Dokter cantik itu tampak kelelahan. Alika langsung ke dapur dan membuka kulkas. Mengambil minuman dingin lalu membawanya ke ruang tamu. "Leganya." Alika meneguk isi minuman kaleng tersebut menyisakan separuh. "Aku pikir aku akan pingsan karena banyaknya pasien hari ini," gumam Alika seraya menikmati minuman dinginnya. Risiko sebagai tenaga medis ya seperti itu. Harus siap setiap saat dan mengenyampingkan rasa lelah ketika pasien membutuhkannya. "Hai," sapa Alika ketika Shin muncul dari kamar mandi dengan tangan mengusap-usap rambutnya menggunakan handuk kecil. Oh, pemuda itu terlihat sangat seksi sekaligus panas. Alika tidak menyangka jika pikiran liarnya itu tidak jua berkurang setelah dua tahun ia menjadi Nyonya Shin. Malah semakin hari sepertinya semakin meningkat dan itu cukup meresahkan. "Ya. Baru pulang?" "Iya. Ngapain aja kamu setelah pulang dari rumah sakit tadi, Shin?" Shin mengambil tempat duduk di depan Alika
Read more
Berkunjung Ke Panti
Malam baru saja menggulung tirainya ketika Shin sudah bersiap dan rapi. Dokter tampan itu mengenakan kemeja warna biru dipadu celana jins hitam. Penampilan Shin tidak pernah gagal. Selalu kerena dan memesona. Sebenarnya mau Shin memakai outfit apa saja tetap tampan. Entah kapan pemuda itu bisa terlihat jelek. Demagenya tidak main-main.Alika baru bangun tidur dibuat heran melihat suaminya sudah rapi bahkan ini adalah akhir pekan. Memangnya Shin mau pergi kemana? Seingatnya mereka tidak ada agenda pergi keluar hari ini. Alika turun dari tempat tidur dan mengikat asal rambutnya lalu menghampiri Shin."Morning." Alika mencium pipi Shin yang sedang berdiri di samping jendela. Sepertinya suaminya itu tidak menyadari kalau ia sudah terbangun sejak tadi. "Mau kemana Shin sudah rapi begini?" tanya Alika seraya memindai penampilan Shin dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ah, Shin benar-benar tampan. Ia bahkan jatuh cinta setiap hari. Betapa beruntungnya dapat menikmati wajah tampan Shin dari
Read more
Memutar Balik Waktu
Shin merasakan kepalanya sakit seperti dipukul benda keras. Selain rasa sakit itu, keringat mengalir dari balik baju kemeja yang ia kenakan. Dengan langkah agak sempoyongan, Shin berhenti dan duduk di bawah pohon belimbing yang terdapat di halaman panti. Ia berharap rasa sakit di kepalanya berkurang walau sedikit.Satu lagi kenyataan yang ia ketahui dari pengurus panti. Wanita tua itu membenarkan jika Shin berasal dari panti ini. Itu artinya ia dan Aira dulu tinggal di panti yang sama. Itulah sebabnya meski Shin hilang ingatan, tetapi ia merasa tidak asing akan sosok Aira. Mungkin di masa lalu Aira adalah yang sosok berarti dalam hidupnya sehingga perasaan terhadap gadis itu bak magnet menariknya sangat kuat.Shin melepaskan kacamata dan memijit pangkal hidung. Ini benar-benar mengejutkan. Lalu ia teringat jika Aira tempo hati berkata jujur ketika ia menanyakan apakah sebelumnya mereka saling mengenal?Gadis itu menjawab bahwa mereka tidak saling mengenal sama sekali. Bagaimana bisa A
Read more
Shin Jadi Pendiam
Alika merasa aneh sejak kepulangan Shin ke rumah. Suaminya itu hanya mengurung diri di kamar, bahkan Shin melewatkan makan malam. Ia hanya menjawab singkat ketika Alika mengajaknya bicara. "Shin kenapa ya," gumam Alika yang sedang menatap layar laptop. Shin bukanlah tipe moodyan. Kalau dingin iya. Dan selama ia mengenal suaminya itu, Shin selalu dingin, tapi tetap peduli kepadanya. Bagi Alika tidak masalah dengan sikap Shin selama pemuda itu adalah suaminya dan setia kepadanya. Alika tidak mau mengubah Shin menjadi seperti apa yang ia inginkan. Biarkan saja Shin menjadi dirinya sendiri selagi itu membuat pemuda itu nyaman.Alika mematikan laptop dan beranjak ke kamar. Saat ia membuka pintu, dilihatnya Shin sudah tertidur. Tumben cepet banget tidurnya. Baru juga jam delapan malam. Alika membatin.Alika menuju meja rias. Ia tidak lupa membersihkan wajah sebelum tidur seperti biasa. "Ai ... Ai."Alika menajamkan pendengarannya ketika ia mendengar Shin menyebut nama sesesorang tapi sa
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status