All Chapters of Adiknya pacarku, Abangnya suamiku: Chapter 11 - Chapter 20
49 Chapters
BAB 11
Hanya dalam hitungan beberapa menit lagi, Aletta akan menjadi Istri Javier. Tubuhnya sudah terbalut gaun putih dengan potongan simple, namun elegant. Di percantik dengan riasan tipis, Aletta tampak jauh lebih dewasa dari umurnya.                Acara pernikahan keduanya diadakan secara sederhana dan tertutup di sebuah hotel ternama. Aletta kini sedang menunggu gilirannya untuk keluar. Selama bersiap, para perias juga beberapa keluarga terdekat Javier banyak mengatakan bahwa Aletta beruntung bisa mendapatkan lelaki seperti Javier. Mereka juga berkata, Aletta pasti sangat gugup.                Padahal hanya dari mimik datarnya saja, mereka seharusnya bisa menebak kalau Aletta tidak menginginkan pernikahan ini. Ia terpaksa, marah, juga malas harus mengikuti rentetan acara yang telah di susun.     
Read more
BAB 12
Kedua kelopak mata Javier terbuka secara perlahan. Ia berbalik, alisnya terangkat menyadari Aletta sudah tidak ada disana. Mereka memang tidur di ranjang yang sama tadi malam. Javier maupun Aletta sama-sama lelah, karena itu mereka yakin tidak akan ada yang terjadi.               Javier baru sadar, tubuhnya masih terbalut tuxedo hitam yang sama seperti kemarin. Buru-buru ia bangkit, bergerak ke arah kamar mandi dengan handuk putih yang ia ambil dari koper.               Setelah selesai, pemandangan Aletta yang sedang memakan roti di sofa menyambut kedatangannya. Lelaki itu memasang senyun, mencoba menyapa gadis yang kini sudah resmi menjadi istrinya itu dengan ramah.               Namun Aletta hanya melirik Javier sekilas tanpa minat, kemudia b
Read more
BAB 13
Aletta menempelkan telinganya ke pintu. Memastikan apakah Javier sudah berangkat kerja atau justru diam di sofa tadi.               Di dalam lubuk hatinya, Aletta tau perilakunya ini keterlaluan. Mengurus segalanya sendirian, terlebih Javier bekerja, rasanya akan mustahil. Suaminya itu pasti keteteran. Namun, gejolak aneh yang timbul kemarin membuat Aletta merasa, harus menjaga jarak dengan Javier.               Aletta itu hanya gadis biasa, tidak dapat dipungkiri perasaannya bisa saja berubah jika terbiasa. Terlebih, mengingat Javier bukanlah lelaki yang sulit untuk membuat wanita jatuh hati padanya. Lelaki itu terlalu sempurna.               Kulitnya putih susu, dengan dua lesung di masing-masing pipinya. Rambut yang lembut, wangi, berbadan tegap, jug
Read more
BAB 14
Di sebuah gedung bertingkat dua, dengan cat abu-abu gelap, dan furnitur yang senada. Lantai satunya tampak begitu ramai. Semua dari orang-orang itu menggunakan pakaian formal khas orang kantoran. Ada beberapa dari mereka yang duduk melingkar dengan satu meja besar di tengah. Ada juga yang berdiri, sibuk mengobrol atau hanya melihat-lihat. Hingga akhirnya acara penghujung membuat mereka berdiri serentak, menghadap ke podium kecil di bagian paling depan.               Javier baru saja hendak memotong pita di tangannya, dengan Jordy di samping, dan puluhan orang yang menyaksikan. Namun, suara dering ponselnya menghentikan Javier sesaat.               Masih dengan senyum lebar, Javier melirik layar ponselnya seklias. Detik selanjutnya lengkungan itu perlahan memudar. Untungnya, Jordy buru-buru menyenggol Javier, menyadarkann
Read more
BAB 15
Paginya, Aletta menghilang. Javier mencari ke sagala sudut rumah, namun gadis itu tidak ada dimana pun. Ponselnya juga mati. Javier masuk ke kamar Aletta takut-takut gadis itu membawa semua barangnya. Untungnya, ketakutan Javier itu tidak terjadi. Barang Aletta masih rapih di dalam lemari, termasuk sebuah kotak hijau yang menarik perhatian Javier.               Alis Javier terangkat satu saat ia membuka kotak tersebut. Kalung dengan merek ternama itu tampak tidak asing. Detik selanjutnya, Javier berjalan ke arah kamar untuk meraih ponselnya. Melihat rincian dari tagihan kartu kredit yang kemarin tidak sempat ia buka.               “Aletta ngidam?” celetuk Javier, menerka-nerka. Namun, rasanya agak janggal jika alasan Aletta membeli kalung ini karena ngidam. Ini terlalu ekstrim. Lagipula, Aletta bukan tipe gadis yang s
Read more
BAB 16
Selesainya masalah kalung, Javier jadi bisa kembali fokus pada pekerjaannya. Lima tumpukan kertas di mejanya, sudah menunggu untuk dibuka. Dengan kepalanya yang dingin, Javier menyidak semua satu persatu kertas itu dengan teliti.               Di posisinya, yang bersebelahan dengan meja Jordy. Ia merasa diperhatikan. Tapi ia memilih acuh, menenggelamkan seluruh fokusnya pada deretan kalimat di kertas yang ia pegang dengan kedua tangannya.               Hingga tiba waktu istirahat, Jordy menarik Javier secara paksa untuk mengisi perut di sebuah restoran depan kantor.               “Simpen dulu kali kertasnya, semangat ama lu,” ejek Jordy, karea Javier menyuap tanpa mengalihkan sorotnya dari kertas yang ia bawa.    
Read more
BAB 17
Javier mengerjapkan matanya beberapa kali. Memastikan pemandangan yang indra penglihatannya tangkap, bukan sebuah halusinasi. Masih dengan baju tidur, wajah bantal, serta rambutnya yang acak-acakan. Javier mendekati meja makan.               “Udah bangun?” Sapaan itu membuat Javier semakin merasa bahwa ia masih bermimpi. Alih-alih merespon, Javier justru mengangkat jari telunjuknya untuk menyentuh pipi Aletta yang memakai celemek di hadapannya.               “Kak?” panggil Aletta, gadis itu terlihat kebingungan melihat tingkah Javier.               Detik selanjutnya, Javier baru yakin kalau semua ini nyata. Aletta dan celemek di tubuhnya, harum sop ayam yang bisa Javier cium, pemandangan dapur yang berantakan, dan beberapa masaka
Read more
BAB 18
Javier memandang pintu di hadapannya dengan ragu. Diliriknya jam tangan yang melingkar di tagan kirinya, jam sebilan malam. Satua hembusan berat terdengar dari sang empu.               Tadi siang setelah Felly menyahut, Aletta berlalu pergi begitu saja. Javier hendak mengejar, tetapi Jody menahannya karena pekerjaan mereka yang menumpuk. Katanya, terlalu menumpuk untuk ditinggalkan hanya karena sifat kekanakak-kanakan Aletta.               Tentu Felly tidak setuju. Gadis dewasa itu terus mendorong Javier untuk mengejar sang istri. Ia bahkan menawarkan diri, karena keterlibatannya yang spontan. Tapi terlambat, Aletta sudah lebih cepat masuk ke dalam Taxi. Javier mencoba menghubungi Aletta berkali-kali di sela kesibukannya. Nihil, tidak ada satupun dari panggilan Javier yang Aletta jawab.      
Read more
BAB 19
“Mau gak mau, kita harus ke singapure lusa nanti.”               Javier termenung mendengar penuturan Jordy, setelah membahas suatu masalah mengenai salah satu kerja sama perusahaan mereka dengan perusahaan besar di sana. Beberapa hari yang lalu, mereka melakukan persentasi secara online. Mereka bilang, meeting kemarin terasa kurang dan tak pantas untuk sebuah perusahaan kecil.               Mereka menuntut Jordy dan Javier untuk melakukan persentasi secara layak secepatnya atau tidak ada kerja sama, sama sekali. Jordy tentu tidak masalah dengan permintaan tersebut. Ia bahkan sudah memesan tiketnya sendiri serta mempersiapkan beberapa hal yang harus ia bawa.               Akan tetapi, hal itu tidak terjadi pada Jav
Read more
BAB 20
Janu terhentak saat suara kereta menusuk indra pendengarannya. Lelaki itu melirik sekitar, ternyata ia tertidur di stasiun kareta yang ia tidak tahu namanya. Buru-buru Janu bangkit, membawa tas berisikan uang dan pakaiannya menuju papan petunjuk arah untuk mencari tahu. “Oh, shit! I miss the train,” umpat Janu begitu menyadari ia terlambat bangun. Lelaki berahang tegas itu memegangi kepalanya yang mendadak pening, merasa frustasi.               Hingga akhirnya seorang gadis berdiri di sampingnya. “Don’t worry, you just need wait for the next train, 40 minute.” Janu memperhatikan penampilan gadis itu yang tampak sama menyedihkan dengan dirinya.               “Gembel juga kali ya,” lirih Janu, memicu gadis di sampingnya menoleh dengan sorot terkejut.  &nb
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status