Semua Bab Main Cantik: Bab 21 - Bab 30
116 Bab
Perintah Kakak Ipar
Rizal terdiam sebentar, berusaha menahan emosi. Jangan sampai ia lepas kendali dan memukul Lily. Apa kata Arjuna nantinya?"Ayo, Mas! Kutunggu talakmu sekarang," tantang Lily sekali lagi, melihat Rizal malah melangkah keluar kamar. Tapi baru sampai  di pintu, Rizal berhenti sebentar lalu berbalik memnghampiri Lily kembali di dalam kamar. Wajahnya berubah. Tak seberingas sebelumnya. Sambil tersenyum lembut, ia meraih tangan Lily yang duduk dengan kaki menjuntai di tepi ranjang."Maaf, Dek. Aku khilaf. Aku ... cemburu. Aku ... enggak pernah berpikir menceraikanmu, Dek. Kamu jangan berpikir dan berbicara yang tidak-tidak. Ingat, ada Abi dan Husen yang masih kecil. Ada perasaan mereka yang harus dijaga," ucap Rizal sambil mengusap punggung tangan Lily. Seketika hati Lily terasa sakit. Sakit yang teramat sangat. Lily merutuk kebodohannya sendiri. Ketampanan Rizal membuatnya menjadi seorang wanita yang paling bodoh selama beberapa tahun mereka membina rumah
Baca selengkapnya
Gerak Cepat
Malam sudah semakin larut, Lily berkali-kali menguap. Tapi ia harus tetap terjaga. Pesan WA dari Arjuna benar-benar membuatnya penasaran sekaligus takut. Ia takut, jika tiba-tiba antara mertua, suami, dan Nessa ada yang memergoki.Pukul 23. 00 Wita lebih sedikit. Lily menatap layar ponselnya yang menyala. Kemudian ia meraih dan membaca pesan WA dari Arjuna lagi.[Sekarang]Lily tidak membalas tapi langsung melangkah menuju ruang pertemuan yang di instruksikan oleh Arjuna. Walaupun Lily tahu Arjuna pasti sudah memastikan seisi rumah telah tertidur lelap, tetap saja rasa was-was menghantuinya. Tetap saja ia berjalan menuju ruang makan sambil mengendap-ngendap dan berulang kali menengok ke kanan dan ke kiri."Aman," tiba-tiba Arjuna mengejutkan Lily. Tahu-tahu lelaki berambut gondrong tersebut sudah berdiri di dekatnya yang celingak-celinguk di dekat meja makan."Ada apa sih? Tengah malam juga. Sudah ngantuk, tahu? Mau cari ribut lagi apa t
Baca selengkapnya
Pamitan
Arrrggh!Lily meremas kepalanya yang mulai terasa sakit karena kurang tidur dan banyak pikiran. Sekarang ditambah lagi dengan ketakutan. Ia harus bertanya pada Arjuna.[Ada apa sebenarnya? Kak Juna mau menyelamatkan aku, atau sudah tak sabar mengusirku] pikiran buruk yang sempat ia tepis kembali mememuhi pikiran  Lily.Terkirim. Tapi tak kunjung terbaca. Lily mengembus napas kesal."Apakah Arjuna sudah tertidur? Barang-barangku dibawa kemana malam-malam?" Arjuna malam ini, membuatnya tak mampu sedetik pun memejamkan mata.***Lily terkesiap, saat alarm pertanda waktu salat subuh berdering berulang kali. Rupanya ia sempat tertidur, walaupun hanya hitungan jam. Lekas ia bangun, dan mengambil air wudhu. Jangan sampai ketahuan Rizal ia berwudhu. Jika ketahuan panjang akibatnya.Setelah melakukan salat subuh, Lily berniat ke kamar Abi dan Hussein untuk membangunkan mereka juga. Tiba-tiba ia ingat pada kejadian sebe
Baca selengkapnya
Semua Sudah Diatur Olehnya
Menunggu sambil berpikir, tak terasa waktu pulang sekolah anak-anaknya tiba. Lily menyambut kedua putranya sambil tersenyum. Setelah menyodorkan helm ke masing-masing tangan anaknya, Lily menaiki sepeda motor mereka terlebih dahulu. Tanpa bicara ia  langsung melajukan kendaraan mereka bertiga, menuju alamat yang kemaren ia datangi, sesuai perintah Arjuna."Loh, Ma? Kita kemana?" tanya Abi dari belakang."Nanti Mama cerita, ya, Nak! Enggak baik ngobrol di jalan," jawab Lily.Abidzar dan Hussein sama-sama diam. Mereka berdua malah terlihat menikmati perjalanan menuju ke tempat yang tidak pernah mereka lewati dan kunjungi sebelumnya. Hal itu membuat Lily bisa sedikit bernapas lega.Walaupun cuaca mulai panas, LiLy dan anak-anaknya tidak terlalu merasakan. Tak terasa mereka tiba di tempat yang dituju.Sepi.Tak nampak ada mobil Arjuna seperti perkiraannya. Lily menjadi curiga Arjuna membohonginya. Lily menurunkan helm dengan hati-hati, dan me
Baca selengkapnya
Kecurigaan Rizal
Suasana di rumah lama, Penajam Paser Utara beberapa saat setelah Lily meninggalkan rumah mereka sama seperti hari-hari sebelumnya.Bu Erna yang tinggal sendiri di rumah, seperti biasanya, hanya duduk santai menonton televisi. Hari ini, ia tidak ada keinginan untuk keluar rumah. Ia melirik jam dinding, sudah hampir jam sepuluh pagi.Bu Erna mengernyitkan dahi. Jam segini, Lily belum kembali dari mengantarkan anak-anaknya ke sekolah. Berarti dia sengaja bersantai-santai di sana. Atau merumpi bersama ibu-ibu yang lain. Atau juga sedang asik kelayapan sendiri?"Dasar pemalas!" umpat Bu Erna dalam hati. Bu Erna pun melanjutkan kegiatannya bersantai dan menonton televisi.Hingga jam pulang sekolah tiba,  Lily dan anak-anak tak kunjung muncul. Bu Erna meraih sebuah buku tipis, dan berkipas-kipas karena merasa gerah. Cuaca memang sangat panas. Kipas angin seperti tak berguna siang itu.Detik berganti menit, menit berganti jam. Lily dan anak-anak tak k
Baca selengkapnya
Ternyata Panik Juga
Rizal menjalankan kendaraannya buru-buru. Tujuan utama Rizal adalah sekolah anaknya, karena tadi pagi ia melihat sendiri, Lily mengantar Abidzar dan Hussein, ke sekolah.Penampilan Lily biasa-biasa saja saat pergi, tidak ada sesuatu yang istimewa yang dia kenakan. Tapi Rizal tetap saja, mencurigainya  berjanji dan bertemu dengan seseorang hingga lupa waktu.Saat tiba di sekolah anaknya, Rizal harus menelan rasa kecewa. Sudah tak ada siapa-siapa di situ. Pintu pagarnya juga bahkan sudah terkunci dari luar. Suasana sekolah sepi sekali, apalagi saat itu cuaca lumayan terik.Rizal meraih ponselnya sekali lagi, untuk menelpon Lily. Sama saja seperti sebelumnya. Tak ada jawaban walaupun tersambung. Kedua tangan Rizal memukul stir mobil dengan wajah yang kembali berubah gusar.Kesal di hatinya menggunung. Mungkin jika saat itu ia bertemu Lily, ia akan memakinya habis-habisan, walaupun di depan banyak orang. Menurut Rizal, sikap Lily akhir-akhir ini sudah me
Baca selengkapnya
Nyatanya Terluka
Sementara di tempat yang baru, saat Rizal sibuk menelpon tadi Lily hanya mampu memandang layar ponselnya. Ia tak memiliki keberanian untuk mengangkat, sampai akhirnya ia memutuskan untuk sepenuhnya percaya bahwa perintah Arjuna adalah hal yang baik untuknya. Tangan Lily gemetar saat meraih kartu Sim yang baru dibelikan Arjuna. Sambil mengucap bismillah di dalam hati, Lily melepas dan  mematahkan kartu lamanya menjadi dua bagian. Setelah itu, ia  membuang kartu lama tersebut ke tempat sampah.Setitik cairan bening, mengalir dari mata manakala hatinya terasa perih. Semua perkenalannya dengan Rizal belasan tahun silam, semua ada di kartu itu.Terkenang ...Saat Rizal dengan gigih mencari cara mendapatkan nomor ponselnya.Saat Rizal menyatakan perasaannya, lewat SMS.Saat Rizal meminta ia menjadi istrinya, segala persiapan untuk memulai hidup baru, yang diharapkan bisa membangun sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, Warohmah juga
Baca selengkapnya
Bertahan Sakit, Berpisah Sulit
Hampir 30 menit Lily meluahkan rasa yang menghimpit benak dibawah guyuran air. Perasaannya perlahan membaik. Lily menyudahi mandinya dan kembali menghampiri kedua anaknya yang pasti sudah selesai makan. "Udah selesai makannya, Nak?" tanya Lily sambil berusaha tersenyum. Kedua anaknya mengangguk bersamaan. "Ya sudah. Cuci tangan, ganti baju, salat, terus istirahat dulu," ucap Lily sambil membongkar pakaian mereka yang masih bercampur aduk di dalam karung. Kedua anaknya kembali mengangguk patuh. Tak lupa Lily mengeluarkan sajadah dan mukenah dari karung lain. Usai berpakaian, Lily memilih untuk salat terlebih dahulu, disusul oleh kedua putranya.Usai salat, Lily bingung tidak tahu harus berbuat apa, karena tidak ada apapun, yang bisa ia kerjakan. Ingin mengeluarkan semua  pakaian dari karung, tapi belum ada tempat menyusunnya. Ia berpikir sebentar, sambil  menimang ponsel.Lily membuka facebook, dan meminta bergabung di grup 'Bubuhan B
Baca selengkapnya
Berupaya Menghasut
Dalam kebimbangannya, Lily teringat pada Romy. Ia berniat langsung menghubungi satu-satunya saudara yang ia miliki, dan menceritakan prihal kepergiannya dari rumah. Tapi ternyata, nomornya ikut terhapus di kartu lama. Sekali lagi Lily bertindak arogan. Tidak memindahkan terlebih dahulu nomor penting yang tersimpan di kartu SIM ke memori telpon, sebelum mematahkannya.Lily menarik napas dalam. Dari luar kedua anaknya berlari memberitahukan bahwa ada orang yang mengantar lemari dan kasur. Lily langsung melangkah keluar dan mengarahkan yang mengangkat, langsung meletakkan di tempat yang ia inginkan.Lily mulai menyibukkan diri, dengan menyusun pakaian mereka bertiga di dalam lemari. Sementara waktu, ia melupakan tentang perceraian yang di perintah oleh Arjuna. Lily pusing bila harus mengurus semuanya dalam waktu bersamaan.***Sementara di kediaman baru Lily sibuk mengatur dan memikirkan kehidupannya ke depan bersama anak-anak, di rumah yang mereka tinggalkan
Baca selengkapnya
Usaha Rizal
Keesokan harinya subuh-subuh Rizal sudah bangun dan mandi. Setelah mandi, Rizal membawa secangkir teh hangat buatan Nessa untuk dinikmati di ruang tamu. Rizal ingin melihat apakah hari ini Arjuna berangkat subuh lagi. Tapi sampai jarum pendek jam dinding bertengger diantara angka enam dan tujuh, Arjuna tak kunjung melintas di ruang tamu. Rizal pun bergegas  ke kamar untuk mengenakan baju formal karena sebentar lagi waktunya berangkat kerja."Arjuna udah sarapan?" tanya Rizal pada Nessa yang juga sedang bersiap mengenakan baju kerjanya."Enggak ada," sahut Nessa singkat sambil membenarkan kerah baju.Rizal tak bertanya lagi. Setelah berpakaian mereka berdua langsung menuju ruang makan untuk sarapan. Rizal sengaja memperlambat sarapan, sambil menunggu Arjuna muncul. Tapi sampai Nessa menegur cara sarapannya yang lamban hingga waktu mereka untuk berangkat kerja sudah lewat, Arjuna tak kunjung muncul. Saat Nessa dan Rizal sudah sama-sama memasuki m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status