All Chapters of Main Cantik: Chapter 31 - Chapter 40
116 Chapters
Rencana Untuk Bangkit
Rizal tidak mengatakan pada Nessa bahwa besok akan menyusul ke rumah kakak iparnya di kampung. Rizal khawatir, Nessa akan melarang, atau bisa juga sebaliknya. Rizal yakin pernikahannya dengan Nessa pasti tidak diketahui oleh Rommy. Ia tahu selama ini Lily sering berkata tidak ingin menyusahkan saudara satu-satunya itu apalagi melibatkannya dalam masalah. "Mas ...." panggil Nessa tiba-tiba berbalik sambil memeluk tubuh suaminya kembali. "Hemm," gumam Rizal yang hampir saja terlelap."Besok hari Minggu, mas temanin aku ke toko emas yah? Aku mau tukar tambah emasnya dengan yang baru. Antarin yah?" pinta Nessa kembali bermanja-manja."Lain kali aja, Ness. Besok ... aku ada keperluan lain," tolak Rizal langsung sambil meraih guling."Ini sudah lebih seminggu loh Mas! Kemaren kamu sudah janji mau langsung diganti. Aku sudah ngalah seminggu loh, gara-gara kamu sibuk nyariin Lily yang menghilang entah dimana itu!" rengut Nessa.Riz
Read more
Hanya mengamati
Pagi-pagi di hari minggu, Rizal bangun lebih awal, dan bersiap-siap untuk menuju ke kampung Romy. Rizal yang begitu yakin, Lily berada di sana, sehingga ia merasa tidak perlu menelpon terlebih dahulu. Rizal khawatir bila ia menelpon, Lily akan melarikan diri duluan sebelum ia  tiba di sana.Nessa sendiri asik menimang-nimang kalung dan gelangnya yang putus. Ia senyum-senyum sendiri, karena di pikirannya sudah dipenuhi oleh pilihan macam-macam model dan bentuk kalung di toko emas yang akan ia datangi.Nessa membuka kotak tempatnya, dan memeriksa suratnya. Sesaat kemudian wajahnya berubah sayu, karena teringat pada perhiasannya yang hilang."Kenapa Nes?" tegur Rizal melihat raut wajah Nessa berubah. Rizal mengira Nessa ingin marah lagi, karena ia tidak bisa menemaninya ke toko emas."Gak Papa!" jawab Nessa sambil berbalik menatap suaminya."Mas! Nanti kalau Lily enggak mau balik, anak-anak Mas juga enggak mau balik, berarti Mas enggak ada tanggu
Read more
Tanpa Perlawanan
Rizal menyusuri jalan menuju rumah Romy dengan terburu-buru. Ia sudah tak sabar ingin bertemu dengan Lily dan kedua putranya, dan segera membawa mereka pulang. Ia tak boleh terlihat marah pada mereka, apalagi di depan Romy."Biarlah, marahnya simpan untuk di rumah saja nanti," pikir Rizal yakin sembari melajukan kendaraan roda empatnya dengan kecepatan tinggi.Hampir dua jam ia melalui jalan yang tidak sepenuhnya mulus, akhirnya Rizal tiba juga di sebuah rumah sederhana berbentuk rumah panggung khas Kalimantan namun tampak bersih. Dindingnya yang terbuat dari kayu di cat dengan warna orange. Paduan warna orange dengan atapnya yang berwarna cokelat membuat bangunan tersebut indah dipandang mata.Rizal mengambil  jarak yang agak jauh dan menepi sejenak. Matanya mengawasi sekeliling rumah Romy dari kejauhan. Suasana nampak sepi-sepi saja, padahal ini adalah hari Minggu. Pintunya malah tertutup rapat. Hanya jendela depan dan samping yang terbuka.Tidak a
Read more
Hanya Mendapat Sial
"Kamu ... manusia paling enggak berguna di muka bumi ini. Kamu lihat saja Rizal, kalau aku menemukan adikku, akan ku paksa dia menceraikanmu!" ucap Romy berapi-api sambil menendang perut Rizal kuat-kuat lalu melepasnya. Tubuh Rizal yang tersandar di dinding merosot. Tangannya memegang perut yang nampak kesakitan."Seharusnya sejak Lily bercerita bahwa kamu menikah lagi, aku memaksa Lily menceraikanmu," ucap Romy geram sambil berbalik menjatuhkan tubuhnya di kursi. Rizal tak berkata apa-apa. Hanya ringisan yang keluar dari mulutnya."Dan kamu dengar baik-baik Rizal. Selama ini Lily tidak pernah sekalipun, menceritakan keburukanmu, kecuali saat kamu menghianatinya beberapa bulan yang lalu. Pertama kali dia mengeluh akan sikapmu. Tapi satu ceritanya sudah cukup membuat aku menyimpulkan, bahwa selama ini kamu dan ibumu, hanya menjadi benalu di kehidupan adikku."Romy menjeda ucapannya sejenak, sambil mengatur napas. Dadanya naik turun tidak beraturan, menahan emosi.
Read more
Malu Setengah Mati
"Mbak, pelan-pelan aja kenapa?" protes salah satu ibu-ibu yang sedang menggendong seorang anak kecil."Tau, nih. Padahal baru datang juga. Main serobot aja!" omel perempuan yang tadi Nessa singkirkan dengan ujung sikutnya karena merasa kesal."Nes, jangan main serobot. Enggak enak," bisik Bu Erna dari belakang, namun Nessa tak perduli. Ia tetap bertingkah sombong."Maaf ya. Aku lagi buru-buru," jawab Nessa santai sambil meletakkan tasnya di atas kaca tempat perhiasan dipajang.. Tingkahnya yang sok iyes, sukses menarik perhatian pembeli lainnya."Mau beli emas ya, Mbak? Apa mau jual?" tanya salah satu penjaga toko sembari mendekat."Mau beli doong, Pak. Masa jual sih. Tapi mau tukar tambah.""Mau tukar tambah toh? Kirain beli langsung," tukas salah satu ibu yang jengkel melihat tingkah Nessa. "Iya dong. Abis gimana ya? Bosan sama modelnya. Aku tuh enggak suka pake perhiasan modelnya gitu-gitu aja! Maunya, tiap tahun baru, modelny
Read more
Ditinggal Begitu Saja
"Lah, malah pingsan dua-duanya. Bagaimana ini?" tanya salah seorang dari mereka yang berkerumunan. "Haddduuuh! Kenapa malah bikin masalah di sini sih! Tolong angkat ke kursi ya," pinta  Pemilik Toko pada pembeli. Meski uring-uringan, beberapa orang gotong royong mengangkat tubuh Bu Erna dan Nessa ke kursi panjang. Salah satu dari  mereka meraih emas imitasi dan memasukkan kembali ke dalam tas Nessa. "Kursinya cuma satu, yang pingsan dua." Gumam seseorang. "Taruh aja di bawah satunya, bikin repot aja!" titah Pemilik Toko jengkel, sembari melangkah  masuk untuk mengambil sesuatu. Ia keluar sambil membawa minyak kayu putih dan dua gelas air mineral, lalu menyerahkan pada mereka yang ada di situ. Beberapa orang membantu menggosok-gosok kedua kaki mereka berdua. Perlahan indra penciuman Nessa mulai mencium aroma minyak kayu putih yang sengaja di gosok dekat hidung Nessa, supaya cepat sadar. Seseorang menyodor
Read more
Tak Terima
"Kenapa sendirian? Suamimu mana, Nes?" tanya Bu Yuni begitu mereka berdua sudah memasuki ruang tamu. Semula ia mengira, Rizal sedang duduk di ruangan tersebut."Jangan sebut dia suamiku lagi, Ma. Dia itu penipu. Dia sudah buat aku malu, di depan banyak orang. Mereka itu keluarga penipu, Ma!" ucap Nessa berang. Kepala Nessa langsung sakit, mendengar  ibunya menanyakan tentang suami. Mulutnya mencak-mencak tak karuan. Bu Yuni yang heran mendengar ucapan Nessa langsung membawanya duduk."Ada apa, Nessa? Apa ada hal buruk yang menimpa rumah tanggamu dan Rizal?" tanya Bu Yuni khawatir. Nessa tak menjawab namun tangannya langsung merogoh tas dan mnegeluarkan perhiasan imitasi tersebut. Nessa melemparnya ke lantai. Bu Yuni yang bingung melihat tingkah Nessa, langsung bangkit dari tempat duduknya lalu berjongkok untuk memungut perhiasan yang berserakan di lantai."Enggak usah diambil, Ma. Buang ke tong sampah. Mereka sudah menipu kita. Mereka memberiku
Read more
Alasan
Sementara di Toko Emas tadi, Bu Erna baru mulai tersadar, sekitar lima belas menit setelah kepergian Nessa. Ia berusaha duduk untuk menyambut air minum yang diberikan oleh orang yang masih menaruh iba. Bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri dengan cepat. Ia mencari keberadaan Nessa. "Ibu, nyari anak ibu yang perempuan tadi, ya?" tanya seseorang yang masih bertahan di situ. Bu Erna mengangguk lesu. "Dia sih, pas sadar tadi langsung pergi. Katanya ibu biar nanti dijemput sama anaknya," ucap pemilik toko emas menirukan ucapan Nessa tadi.Bu Erna hanya mampu terdiam. Ia tak memiliki kekuatan lagi untuk berpikir. Hatinya semakin diliputi rasa benci terhadap Lily. Ya!Tentu saja ia benci, karena menyadari mereka semua ditipu mentah-mentah oleh Lily. Bu Erna mengepalkan tangannya, tiba-tiba saja ia menjadi sangat ingin bertemu dengan menantu pertamanya tersebut untuk memberinya pelajaran.Ia juga sudah menyiapkan kata
Read more
Senjata Makan Tuan
Pak Basuki dan Bu Yuni saling tatap melihat tingkah putri mereka seperti remaja labil. Baru saja ia menangis karena marah pada Rizal, tiba-tiba kemarahannya berpaling pada Lily. Pak Basuki mengeleng tegas. "Jangan Nes. Mending kamu pulang aja dulu. Kamu jangan mudah percaya sama omongan mertuamu. Bisa saja dia berbohong 'kan?"Bu Yuni mengangguk setuju mendengar ucapan Pak Basuki. "Papamu benar, Nes! Kamu jangan mau dibodohi dua kali. Mending kita pulang. Kali ini Mama tidak mengijinkanmu bersama Rizal, sampai mereka datang dan benar-benar membawa perhiasan yang aslinya. Ayo!" Bu Yuni menarik paksa Nessa meninggalkan Bu Erna. Pak Basuki membantu istrinya.Nessa sempat meronta ingin tinggal namun Pak Basuki mengecam. "Nes! Jangan mau dibodohi dua kali. Kalau Rizal memang mencintaimu, pasti dia akan datang membawa perhiasan asli. Kalau enggak, berarti dia memang ingin berpisah denganmu! Cerai saja!" Nessa pun berhenti meronta.
Read more
Demi Anak Kesayangan
"Eh? Enggak bisa gitu Zal. Ini bukan masalah asli enggaknya. Ini kenangan ibu dari Almarhum Ayahmu juga sebagiannya!" Bu Erna langsung menjauh dari putranya. Rizal sontak bangkit mengejar ibunya. "Buuu ... sekali ini aja Bu! Aku janji, akan menemukan Lily secepatnya dan memintanya memberikan yang asli. Aku cuma pinjam sebentar Bu. Biar Nessa cepat balik ke sini! Masa ibu enggak kasian liat aku. Punya istri dua masa kabur semua?" rayu Rizal disertai rengekan dan wajah memelas. Ia terus mengikuti langkah ibunya menuju kamar. "Buuu!" rengek Rizal lagi sambil memegang tangan ibunya. Bu Erna tetap diam melangkah ke peraduan."Mending kamu urus mobilmu sana Zal! Kalau cuma istri yang hilang, bisa cari lagi. Kalau mobil peninggalan ayahmu yang hilang, belum tentu kamu bisa beli lagi," gumam Bu Erna kesal sambil menghempas tubuhnya di pembaringan. Gurat kesal tampak jelas di wajahnya. Mobil? Rizal terkesiap. Tadi ia janji akan kembali secepatnya
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status