Semua Bab Main Cantik: Bab 61 - Bab 70
116 Bab
Kenyataan yang Pahit
Lily melangkah dengan cueknya. Arjuna menarik mundur empat buah kursi. Lily memaksakan diri untuk tersenyum supaya terlihat senang atas tindakan dan perhatian Arjuna. Setelah duduk, ia meraih piring untuk kedua anaknya terlebih dahulu. "Abi, pakai apa?" tanya Lily."Ayam goreng bagian pahanya, Ma!" Abizar berbicara penuh semangat."Hussein juga mau ayam?" Hussein mengangguk. Lily langsung mengambil bagian yang diminta oleh kedua anaknya. Setelah itu ia meraih satu piring makan lagi, mengisinya dengan nasi lalu meletakkan di hadapannya. Tapi sesaat kemudian, buru-buru ia menggeser piringnya ke hadapan Arjuna karena merasa ada yang menginjak kakinya dari bawah meja. Itu pasti perbuatan Arjuna!"Makasih ya, Dek," ucap Arjuna membuat Lily terpaksa tersenyum meski hanya sedikit. "Mau lauk sama sayur apa?" tanya Lily berusaha berbicara semesra mungkin, padahal ucapan terima kasih dari Arjuna tadi sudah cukup me
Baca selengkapnya
Ternyata Ini Alasannya
Lily menepis tangan Arjuna begitu mereka sudah menjauh dari ruang makan. "Juna! Apa maksudmu tadi? Kamu pasti lagi mengigau ya?" Lily menarik Arjuna cepat-cepat menuju kamar mereka."Aku serius!" "Tapi kamu kok berani ngusir Rizal di depan ibu? Bukannya ini rumah orang tuamu ya?""Emang!" sahut Arjuna singkat."Lalu? Kenapa ibu diam saja tadi?" Lily semakin tak mengerti. Biasanya Bu Erna bergerak cepat saat ada yang menindas anak dan mantu kesayangannya."Dia tidak berhak, karena bukan ibu kandungku," sahut Arjuna sambil duduk ditepi ranjang. "Hah?" Lily kaget bukan kepalang. Ia ikut duduk dengan wajah antusias di samping Arjuna, berharap ada tambahan penjelasan."Ya, rumah ini didirikan di atas tanah ibu kandungku. Surat-suratnya pun atas nama ibu kandungku dulu karena ayah membangunnya saat ibu masih hidup."Penjelasan Arjuna membuat Lily tercengang sejenak. "Berarti kamu dan Rizal?" tany
Baca selengkapnya
Jangan Takut, Lily!
Arjuna yang baru keluar dari kamar mandi baru mengerti, kenapa tadi serba buru-buru. Rupanya ia ingin menguasai tempat tidur sendirian malam ini. Arjuna mencebik sambil meraih kopiah. Kemudian ia salat dengan khusuk di atas sajadah yang sudah terhampar, bekas Lily salat tadi. Selesai salat, Arjuna masih santai berzikir dan berdoa.Setelah itu, Arjuna meraih bantal, selimut, dan guling yang berceceran di lantai, kemudian mengembalikannya ke atas kasur. Lily berbalik dan menendang gulingnya pelan, hingga terjatuh lagi. Arjuna meraih guling kembali, kemudian menjatukan bersama dirinya di ranjang, bersebelahan dengan Lily yang langsung duduk, dan menyandarkan tubuhnya  ke dinding."Juna ... mending kamu tidur dibawah dulu deh, malam ini. Kita gantian, besok-besok aku!" bujuk Lily yang nampak enggan berbagi tempat tidur dengan Arjuna."Ngapain? Jaman sudah enak kok dibuat-buat susah," jawab Arjuna acuh. Lily menarik napas panjang.Ia langsung turun
Baca selengkapnya
Keributan Usai Mandi Subuh
***"Ly! Pejam dong!" ucap Arjuna mulai merasa tangannya pegal, setengah jam waktu berjalan sejak ia mulai mengipas Lily tadi."Nonton kok sambil pejam!" jawab Lily."Yaa ... tivinya dimatikan. Kapan kamu tidurnya, kalau sambil nonton?""Kapan-kapan," jawab Lily yang sebenarnya sudah sangat berusaha menahan ngantuk.  Ia bertahan demi mengerjai Arjuna saja.Arjuna pasrah, terus mengipas Lily yang juga mulai terpejam-pejam sendiri. Sampai akhirnya, mereka berdua sama-sama tak tahu, siapa yang duluan terlelap di antara mereka berdua di malam pertama mereka sebagai suami istri dadakan.***"Hih! Juna! Juna! Bangun, heh!" Lily memberontak, saat merasa ada beban berat yang menimpanya pagi-pagi, dan ternyata Arjuna tidur masih memegang kipas bertumpu di belakangnya yang masih setia dengan posisi miring.Rupanya mereka berdua semalam sama-sama tertidur nyenyak, sampai tak ada yang merubah posisi masing-masing. Hanya Arjuna yang ambruk
Baca selengkapnya
Paman Papa?
Dua tamparan berturut-turut Nessa hadiahkan di pipi Rizal. Ia menarik paksa suaminya masuk ke kamar kembali dan mengunci dari dalam. Di luar kamar, Bu Erna hanya bisa menelan saliva. Tak tahu harus berbuat apa. Memarahi Arjuna sangat tidak mungkin, walaupun ingin. Akhirnya ia kembali ke dapur saja untuk memasak. Terserah ada yang mau makan atau tidak. Ia berusaha mengalihkan kegugupan dan rasa malunya dengan mengolah makanan.Arjuna sendiri langsung kembali ke kamar bersama Lily. Kali ini Lily memilih berjalan di belakang Arjuna."Dulu kamu sering ngusir aku. Berarti kamu serius waktu itu ya," ucap Lily dari belakang Arjuna."Bu-kan gitu juga maksudku, Ly!" jawab Arjuna ragu-ragu."Bilang aja, iya! Gitu aja kok repot!" balas Lily ketus sambil merapikan tempat tidur yang acak-acakan. "Kalau aku tahu dari dulu ini rumahmu, sejak pertama diusir aku sudah minggat, Juna! Huh!" ucap Lily tiba-tiba sebal, mengingat ucapan-ucapan Arjuna
Baca selengkapnya
Mendadak Khawatir
"Sepertinya dia enggak butuh terima kasih," gumam Lily sebal.Akhirnya, Lily pergi ke kamar anaknya, untuk mencari baju dan perlengkapan lain. Apabila ke pantai, Abidzar dan Husen pasti bermain pasir dan mandi. Setelah memilih dua  pasang baju ganti dan handuk, Lily melangkah kembali ke kamar, untuk menyiapkan bajunya juga. Untuk Arjuna, ia tak tahu, apakah harus membawa baju juga, atau ia hanya akan berperan sebagai sopir mereka saja hari ini."Bajuku, muat enggak di situ?" tanya Arjuna tiba-tiba keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang basah."Bawa baju juga, to? Kirain enggak!" Lily menoleh sebentar."Mau liat aku pulang telanjang?" "Ha? Hiih ... enggaklah!.Muat kok, muat." Lily mengendikkan bahu, sambil cepat-cepat membuka tas.Arjuna meraih satu baju, dan satu celana setelan santai. Tak lupa ia menyertakan satu celana dalam. Arjuna melemparnya ke dekat tas hingga celana dalamnya keluar dari sela baju dan celanan
Baca selengkapnya
Menyusul Mereka
"Nessa! Kamu enggak bisa main pulang-pulang aja, dong!" cegah Rizal sambil meraih kartu ATM yang dilempar Nessa ke lantai. Mereka bertengkar hebat setelah Lily dan Arjuna meninggalkan rumah tadi. "Kenapa enggak bisa Mas? Selama jadi istrimu, aku selalu mendapat kejutan demi kejutan tentang kebohonganmu!" suara Nessa terdengar tinggi. "Dulu kamu bilang, Lily yang menukar emasnya. Saat aku minta, aku baru tahu kalau untuk beli emasnya itu memang uang Lily. Suami modal dengkul kamu, Mas!" maki Nessa kasar.Nessa mendorong Rizal yang masih berusaha menangkap pergelangan tangannya, sampai Rizal terduduk di lantai. Bu Erna yang sejak tadi hanya mengamati pertengkaran mereka di luar rumah berlari dan langsung membantu Rizal berdiri. Mata Bu Erna nanar menatap Nessa yang terlihat seperti menantangnya."Ngapain kamu nahan-nahan dia, Zal! Biarin aja kalau dia mau pulang. Yang penting kan, kartu ATM sudah di kembalikan! Emasku juga kembalikan!" pinta Bu
Baca selengkapnya
Pengusik
Jarak pantai Nipah-Nipah dengan rumah Arjuna cukup jauh. Butuh waktu 1 jam perjalanan untuk mencapainya. Mereka tiba sekitar pukul 09.00 wita.Abi dan Husen langsung bersorak tak sabar untuk turun dari mobil, melihat hamparan pasir. Air masih agak surut, sehingga daratan masih tampak luas.Lily membawa turun makanan dan minuman yang mereka beli tadi di jalan. Arjuna sendiri, menuju tempat parkir. Setelah mobil terparkir dengan baik, Arjuna langsung turun membawa karpet tempat mereka duduk, berjalan mendekat ke arah Lily.Abi dan Husen sudah tidak bisa di tahan-tahan lagi, langsung berlari-lari. Sesekali mereka berdua sama-sama duduk, mengaduk atau membuat goresan-goresan kecil di pasir. Setelah itu, berlari lagi, berkejaran lagi. Ah, memang saat ini usia mereka sedang berada di fase yang tidak mengenal kata lelah. Arjuna menghampar karpet di dekat kaki Lily yang masih menenteng makanan. Kemudian ia merenggut keresek dari tangan Lily tiba-tiba, membu
Baca selengkapnya
Anakku, Tamengku
Lily menjatuhkan dirinya di atas karpet, sambil meraih minum. Arjuna ikut duduk di sebelahnya. Ekor matanya melirik Lily yang nampak konsentrasi menatap pada Rizal yang asik bermain dengan kedua anaknya."Kalau kamu mau ikut main bareng mereka, boleh kok!" ucap Arjuna tiba-tiba.Lily berpaling dan menatapnya heran."Enggak!" jawab Lily kesal sambil menunduk. Arjuna tahu, Lily merasa kecewa, karena kedatangan Rizal merusak momennya bersama anak-anak. "Ayo!" Tiba-tiba Arjuna berdiri dan meraih tangan Lily."Kemana?""Ya kesana, gabung sama anak-anak."Arjuna langsung menarik tangan Lily dan berlari-lari kecil menuju mereka bertiga, tanpa melepas genggamannya di tangan Lily.Dari kejauhan, Rizal setengah mati menyembunyikan rasa cemburu yang membakar hati, melihat Arjuna dan Lily datang saling bergandengan tangan. Rasa panas menjalar hingga ke wajahnya, yang memang sudah kepanasan karena hawa dari matahari yang mu
Baca selengkapnya
Ketika Tak Ada Nessa
Sepanjang perjalanan pulang, Lily merasa gelisah. Hatinya tidak tenang, karena ini pertama kali anak-anak hanya bertiga dengan Rizal."Juna ... jangan sampai dia nyelip, ya! aku takut ...." ucap Lily cemas sambil terus menatap ke kaca spion. Di belakang mereka Rizal menjalankan kendaraannya cukup pelan."Heem!" Arjuna hanya mendehem."Harusnya tadi aku ikut di situ, ya!" suara Lily terdengar menyesal."Terus? Kenapa enggak ikut?" tanya Arjuna seperti sewot."Enggak kepikiran," jawab Lily polos.Tiba-tiba Arjuna menepikan mobilnya. "Udah, turun!" perintahnya dingin."Loh, kok?" Lily bingung terhadap sikap Arjuna."Katanya mau ikut di belakang! ya di tungguin, distopin!" ucapnya masih dengan nada dingin."Apanya yang di stopin, tuh, mobilnya aja sudah nyelip. Sudah kubilang jangan kasih kesempatan nyelip. Malah pakai acara berhenti. Kejar lagi!" omel Lily.Arjuna langsung bingung. Entah apa yang ada di pi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status