All Chapters of Main Cantik: Chapter 81 - Chapter 90
116 Chapters
Tempat Tinggal Baru
Keesokan harinya, Rizal dan Nessa kembali melanjutkan mencari rumah sewaan. Seseorang menunjukkan bahwa ada satu kamar yang kosong berupa bangsalan, tapi posisinya sedikit masuk gang. "Bagaimana, Nes? Aku sudah capek nyari dari kemaren?" Rizal mengusap wajah putus asa. Nessa memasang wajah kecewa."Udah! Aku mau ambil aja. Kalau kamu enggak mau ikut, Aku enggak maksa. Daripada bikin masalah!"Rizal memutuskan untuk menuju pada alamat, yang ditunjuk oleh orang tempat mereka bertanya tadi. Setelah menemui pemilik bangsalan, Rizal menurunkan semua barang miliknya. Nessa masih enggan turun dari mobil. Tapi, apa boleh buat. Walaupun terpaksa, ia ikut menurunkan barangnya juga. Nessa melihat ke sekeliling dengan perasaan gelisah. Pemilik bangsalan membukakan pintu untuk mereka dan menyerahkan kunci."Mas, kamu yakin tinggal di sini?" tanya Nessa sambil memasukkan tasnya ragu-ragu."Kalau bukan di sini, mau di mana lagi?" tanya Rizal.
Read more
Tak Mengerti
"Biarlah, anak-anak nanti menjadi tanggung jawabku! Doakan aja usaha ini berjalan lancar, sama seperti waktu usahaku yang dulu mendadak kutinggalkan," ucap Lily berusaha tersenyum."Tapi kan, Ly! Kamu sekarang istriku. Aku juga dosa kalau enggak nafkahin kamu. Memang tidak ada kewajiban ayah tiri menafkahi anaknya. Tapi , aku ingin menafkahi keponakanku sendiri, karena ayahnya yang tidak bertanggung jawab itu saudaraku," ucap Arjuna memberi alasan yang memang sangat logis. Lily diam mencerna ucapan Arjuna."Nafkahi aku sewajarnya saja, Juna. Cukup kasih aku buat biaya makan kita sehari-hari aja," jawab Lily masih merasa tak enak hati."Ya sudah. Makanya kamu pegang aja ini, beli saja apa yang dibutuhkan," Arjuna kembali memberikan kartu ATM ke tangan Lily. "Juna ... tolong jangan membebani aku! A-aku merasa enggak pantas memegang ini. Aku kan, hanya menjadi istrimu di depan orang-orang saja. Selama berdua, kita enggak pernah melakukan sesuatu
Read more
Suntikan Semangat
Setelah seminggu tinggal di rumah sewaan yang sempit, barulah Rizal menjemput ibunya untuk ikut tinggal bersama mereka. Ia pergi menjemput pagi-pagi sekali, sebelum berangkat kerja. Sampai di rumah Arjuna, Rizal enggan untuk turun dan menginjak rumah kakak dan mantan istrinya tersebut. Rizal hanya menelpon ibunya dan mengatakan bahwa ia menunggu di mobil saja. Bu Erna setuju saja, karena sesungguhnya dia juga takut terjadi perkelahian lagi bila Rizal dan Arjuna bertemu masih dalam keadaan sama-sama emosi."Juna, ibu pergi ya," pamitnya pada Arjuna yang sedang bersiap-siap sarapan. Tadi Bu Erna sarapan lebih dulu."Iya. Hati-hati ya, Bu. Pintu rumah ini selalu terbuka untuk ibu kapan saja," ucap Arjuna sambil meraih tangan Bu Erna dan menciumnya Takdzim. Bu Erna hanya mengangguk sambil tersenyum. Pada Lily ia hanya mengulurkan tangan, tanpa ucapan. Lily dan Arjuna mengantar Bu Erna sampai pintu depan. Arjuna dan Rizal saling bersitatap sejenak,
Read more
Siapa dan Mau Apa Mereka?
Sementara Lily kembali  ke dalam rumah sambil menatap jari-jemarinya yang di jadikan alat praktek oleh Arjuna tadi. Bibirnya menyungging senyum, entah senyum bahagia atau senyum malu. Yang jelas, ia tidak merasa keberatan atas perlakuan dan permintaan Arjuna tadi. Setelah merapikan bekas sarapan, Lily langsung meraih kontak motor dan menjalankan kendaraan kesayangannya tersebut, menuju ke ruko yang kurang lebih seminggu ini menjadi tempat kerjanya yang baru. Hari ini sepanjang jalan hatinya terasa riang.Lily dan Arjuna memang tidak pernah berangkat bersama saat pagi, karena lokasi warung makannya dan perusahaan tempat Arjuna bekerja tidak satu arah.***Malam hari setelah anak-anak tidur, Lily bersiap-siap untuk memindahkan barang-barangnya ke kamar yang ia inginkan.Baru saja tangannya bergerak untuk menurunkan beberapa lembar baju, tiba-tiba Arjuna mengeluarkan suara seperti mengigil dari tempat tidurnya.Lily menurunkan ta
Read more
Saat Sesal Mulai Menyapa
"Maaf ibu-ibu, ada apa ini? Kok tahu nama saya?" tanya Bu Erna makin tak mengerti."Loh?" Mereka yang berada di tempat saling bertukar pandang."Itu! Tulisan yang di situ, nama ibu kan?" telunjuk salah seorang di antara mereka tertuju ke dinding di dekat pintu bangsalan mereka. Bu Erna beringsut keluar untuk membaca tulisan di sebuah kertas yang menempel di dinding.                 LOUNDRY 'BU ERNA'                     Murah Meriah                Cuci saja = Rp 4000/kg               Cuci lipat = Rp 5000/kg           Cuci lipat setrika= Rp 6000/kg        CUCI, JEMUR, SETRIKA, LIPAT, ANTAR!         PROSES CEPAT DAN DIJAMIN WANGI."Apa-apaan ini?" Bu Erna ingin memberon
Read more
Mulai Merasa Nyaman
Siang harinya, Bu Erna tidak bisa beristirahat dengan tenang, karena harus membolak-balik jemuran supaya cepat kering.  Setelah kering, lengannya yang masih terasa sakit, ia paksakan untuk menggosok.  Berkali-kali dia beristirahat untuk mengurut lengannya. Tepat sebelum waktu magrib tiba, semua pekerjaannya beres. Kemudia Bu Erna mengantar semua baju ke tuannya masing-masing dengan membawa nota.Semua yang menerima hasil kerja Bu Erna tersenyum dan berkata mereka puas dengan hasil kerjanya. Sebagian dari mereka sudah berpesan dua hari lagi, mereka akan mengantar cucian kembali. Bu Erna tersenyum getir mendengar ucapan mereka. Sungguh ia tak tahu, apakah harus bersyukur atau bersedih, karena rejeki dari mereka adalah penderitaan untuknya.Sebelum waktu maghrib tiba, Bu Erna ingin merenggangkan otot-ototnya sebentar. Ia berbaring di ambal kecil tempatnya tidur semalam. Baru dua hari hidup di rumah kontrakan bersama Rizal dan Nessa, Bu Erna mulai me
Read more
Kangen Papa
"Juna! Kok, malah tidur di sini juga?" Lily panik saat Hussein memanggilnya subuh-subuh. Arjuna tak bergerak. Karena tidur kemalaman, semakin mendekati subuh tidurnya juga semakin nyenyak.Lily kembali menempelkan telapak tangannya ke kening Husen. Demamnya makin tinggi. "Pa ... paaa!" Husen mengigil seperti memanggil Papa, tapi tidak jelas. Lily menjadi cemas. Tak biasanya Husen sakit memanggil Papa.Lily membungkus tubuh Husen dengan selimut tebal. Badannya panas, namun ia seperti merasa kedinginan. Ingin sekali Lily membangunkan Arjuna. Tapi menatap wajahnya yang sangat pulas hanya beralaskan ambal, Lily jadi tidak tega. Hatinya malah tergerak untuk merapikan selimut Arjuna saja. Lily beranjak untuk mengambil obat penurun panas berupa syrup, dan air minum untuk Husen. Tak lupa ia membawa serta baskom kecil berisi air hangat untuk mengganti air kompresan."Husen, minum dulu obatnya, ya?"Hussen yang masih mengantuk mengangguk k
Read more
Talak
Saat Arjuna keluar, Dokter yang akan memeriksa Husen datang. Ia melakukan serangkaian prosedur pemeriksaan. "Udah berapa hari, demamnya?""Dua hari, Dok!""Saya liat di riwayat pasien, sebelumnya anak ibu sebelum ini, pernah berobat kesini dan ada gejala tipes?" tanya dokter memastikan.Lily diam sebentar, mengingat dulu memang mereka membawa Abidzar dan Husen kesini. Awal yang membuat Lily dan Arjuna terperangkap dalam pernikahan mereka saat ini."Benar, Dok!" jawab Lily pelan."Untuk mengetahui positif tipes, baru bisa dipastikan setelah tiga hari pasien mengalami demam. Namun karena suhu tubuh anak ibu tinggi, maka kami anjurkan anak ibu untuk dirawat inap!" ucap Dokter tersebut menjelaskan. "Lakukan saja yang terbaik, Dokter!" Tiba-tiba Arjuna muncul dari luar. "Baik! Kalau begitu, secepatnya diurus ke administrasi supaya cepat mendapatkan ka-mar. Ar-ju-na?"Di akhir kalimat, mendadak Dokter t
Read more
Tukar Posisi
Rizal membawa ibunya ke puskesmas induk di kecamatan mereka. Ternyata pusksemas menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit. Pihak puskesmas memberikan selaku faskes tingkat 1 memberinya rujukan, hingga Rizal langsung melarikan ibunya ke rumah sakit.Ternyata karena Bu Erna kecapekan, banyak pikiran, dan makan tidak teratur sehingga maghnya kumat dan merambat ke kepala. Bukan hanya itu, Bu Erna juga di vonis menderita gejala stroke.  Dokter menyarankan untuk dirawat sampai kondisi Bu Erna benar-benar pulih. Rizal tidak keberatan karena semua biaya di tanggung oleh BPJS.Siang hari setelah masuk ruangan, Rizal menitipkan ibunya pada orang yang bersebelahan, karena ia ingin membeli makanan. Saat ingin berbelok menuju  ke kantin rumah sakit, pandangan Rizal tertuju pada dua orang yang sedang berbicara di salah sudut ruangan. Ia mengenal salah satunya. Mereka tampak berbincang serius. Rizal langsung menaikkan masker dan memperbaiki topinya,
Read more
Merasa Lebih Cerdas
Rizal membuka pintu kamar perlahan. Husen langsung tersenyum, melihat ayahnya. Melihat Husen tersenyum, Lily langsung berpaling menatap ke pintu. Ia langsung menyingkir, begitu melihat Rizal yang masuk. Dalam hati ia bertanya-tanya, kenapa Rizal tiba begitu cepat, dan masuk tanpa Arjuna. Tapi Lily masih enggan berbicara dengan mantan suaminya."Helo, jagoan Papa!" sapanya Rizal riang. Husen tersenyum kecil. Ia menggantikan posisi Lily duduk di samping Husen."Papa kemana aja? Habis janji ngajak jalan, enggak datang-datang lagi?" tanya Hussein yang masih ingat pada janji ayahnya."Maaf sayang, Papa ada pekerjaan mendadak yang enggak bisa ditinggal. Lagian Papa sudah di u ....""Jangan mengeluh pada anak kecil, atas kesalahanmu sendiri," tiba- tiba Lily refleks mencengkram bahu Rizal. Rizal langsung bungkam."Mending kamu bujuk dia makan!" ucap Lily sambil meraih piring makan Husen yang masih utuh. "Makan, ya!" bujuk Rizal. Husen mengang
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status