All Chapters of Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua: Chapter 81 - Chapter 90
110 Chapters
Beken 81
*Happy Reading*Hotel!Tanpa sadar aku langsung meremas tangan dipangkuan, saat tiba-tiba Aaron bukannya membawaku langsung pulang. Malah membelokan mobilnya pada sebuah gedung mewah bertuliskan 'Hotel'.Lah, ini kenapa aku dibawa ke sini? Mau apa dia? Jangan-jangan ...."Mampir sebentar gak papa, kan? Gak lama, kok. Sebentar aja," ucapnya tiba-tiba meminta atensiku.Gak papa ndasmu! Ini ngapa jadi ke sini, sih? Jangan bilang kalau Aaron ternyata pria bangsul yang doyan celap-celup. Demi apa? Padahal tampangnya setipe cowok baik-baik, loh. Ternyata ...."Kamu mau ikut masuk atau tunggu di sini?"Hah?!Seketika aku pun bingung. Saat Aaron malah memberi penawaran ketika selesai memarkirkan mobilnya di parkiran hotel. Dekat dengan pintu utama."Uhm ... tunggu aja, deh. Takutnya di dalam ada yang kenal kamu. Nanti malah jadi heboh. Aku gak lama, kok. Tunggu, ya?" terang pria itu lagi, sebelum melepaskan sabuk pengaman dan keluar dari pintu kemudi. Tunggu-tunggu. Ini maksudnya gimana, dah
Read more
Beken 82
*Happy Reading*Aargg! Aku bisa gila jika terus seperti ini!Kukira dengan kondisinya yang masih harus dirawat dan tuntutan dari Keluarga Antonio untuk kecelakaan pada Nurbaeti. Si Pak Duda akan sibuk dan gak akan ganggu aku lagi. Ternyata oh ternyata ... sepertinya dia menyuruh orang untuk mengikuti keseharianku. Buktinya, dia bisa tahu aku tentang Aaron, ya kan?"Bisa gak, Pak. Jangan ganggu saya lagi. Saya udah gak mau berurusan dengan Bapak!" Aku dengan senang hati menunjukan ketidak nyamananku terhadap duda mulai gila ini."Saya gak akan pernah lepasin kamu, Devia. Karena kamu itu hanya milik saya!"Kok, jadi kayak si kopet ya lama-lama nih duda? Ngeri banget gak, sih?"Tapi saya udah gak mau lagi sama Bapak. Mau bagaimana pun usaha Bapak. Saya gak akan pernah luluh lagi. Lebih dari itu. Saya sudah sangat membenci Bapak!" Aku mencoba menegaskan. Berharap dia sadar kalau usahanya akan sia-sia belaka."Benci dan cinta itu jaraknya tipis, Devia. Saya akan buat kamu berubah pikiran
Read more
Beken 83
*Happy Reading*Sebenarnya, tawaran Aaron barusan sangat menggiurkan. Bagaimanapun, aku akui, aku memang belum pernah berbicara secara pribadi dengan Reyn tentang perasaanku. Ya, ya, ya. Aku tahu Reyn sudah ada Lovely dan akan menolakku. Tetapi ... tetap saja aku ingin dia tahu tentang perasaanku. Rasanya, seperti suruh mengikhlaskan hutang pada orang yang sudah meninggal. Tetapi kondisi hidup kita juga lagi pailit. Ganjel banget deh pokoknya. Susah buat ikhlas dan kepikiran terus. Ngertikan kalian?Tak perduli akan jawaban atau tanggapan Reyn setelahnya. Aku hanya ingin Reyn tahu kalau aku suka padanya. Hanya itu! Tidak lebih! Syukur-syukur kalau dia bisa memikirkan perasaanku dan mempertimbangkannya. Jadi selingkuhan pun, kayaknya aku ikhlas. Eh, gak ding. Becanda gaes. Jangan dibuat serius, ya? Tetapi soal ingin Reyn tahu perasaanku. Aku serius. Hanya saja ...."Tidak usah, Ron. Aku tidak ingin mengganggu Reyn dengan perasaanku."Lebih tepatnya. Aku takut Reyn malah jadi menghin
Read more
Beken 84
*Happy Reading*"Siapa kamu?!" Melihat orang asing masuk di mobil Aaron. Tentu saja aku langsung gusar dan bertanya dengan penasaran. Namun, bukannya menjawab. Pria itu malah tersenyum miring. Sebelum menyalakan mesin mobil dan menjalankannya. Eh, aku mau dibawa ke mana?"Hei! Mau dibawa ke mana mobil ini? Kamu! Kamu siapa sebenarnya?" Aku pun langsung mencecar, berusaha agar tidak panik menghadapi pria asing ini. "Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Cukup duduk manis saja di sana. Dan menurut," sahut pria itu, yang benar-benar tidak aku kenali sedikit pun. "Menurut? Menurut untuk apa? Apa yang kamu ingin kan sebenarnya dariku?!" Menghiraukan segala titah si pria asing sebelumnya. Aku kembali mencecar, seraya berpegangan pada pegangan atas mobil dengan erat. Karena pria ini membawa mobil Aaron dengan ugal-ugalan. "Jangan takut. Aku hanya membutuhkanmu untuk umpan agar Malvino keluar kandang."Malvino? Oh gosh ... Jangan bilang dia musuh si duda sableng? Astaga! Tuh duda kenapa gak
Read more
Beken 85
*Happy Reading*"Bangsat! Siapa kau sebenarnya? Kenapa ikut campur urusanku?!" maki pria asing yang sudah kepayahan, terlentang dengan kaki Reyn berada di depan dadanya. "Salahmu adalah melibatkannya dalam rencanamu!" sahut Reyn, menekan kakinya yang langsung refleks dipegangi si pria asing untuk ditahan.Terdapat lebam pada sudut mata dan bibirnya. Akibat terkena pukulan si pria asing tadi saat perkelahian terjadi. Meski begitu, kondisinya jauh lebih baik dari si pria asing itu sendiri yang nampak lebih sangat babak belur.Sementara mereka berdua bergulat dan melakukan live boxing. Aku hanya bisa menyaksikan semuanya dalam posisi duduk dan rasa takut yang semakin menyelimutiku. Sumpah! Sepanjang pertarungan tadi, aku benar-benar tidak mengenali Reyn. Pria itu seperti orang lain. Sosok lain yang tidak pernah terbayang sama sekali olehku."Memang kenapa kalau aku melibatkannya? Apa hubungannya denganmu? Dia kekasihmu?" Pria itu bertanya dengan kesusahan menahan tekanan kaki Reyn. "M
Read more
Beken 86
*Happy Reading*"Devia? Reyn?" "Aku serahkan dia padamu." Reyn melirik si pemanggil sekilas, sebelum menyimpan ponselnya ke dalam saku jaket, dan naik ke atas motornya. Kemudian pergi begitu saja, diikuti motor lain yang datang beserta Aaron tadi. Aaron yang masih terengah baru datang hanya diam melihat kepergian Reyn. Sebelum akhirnya menghampiriku segera dan berjongkok di hadapanku. Menatapku dengan tatapan syarat akan ke khawatiran. "Astaga, Devia! Wajah kamu--" Huuuaaaa .....Ucapan Aaron pun langsung menggantung di udara. Terpotong dengan tangisku yang tiba-tiba pecah begitu saja. Entah kenapa, aku merasa lega sekali melihat kedatangannya di sini. "Devia? Hey! Kamu kenapa?" Aaron yang melihat aku tiba-tiba melihat tangisku yang pecah tentu saja semakin khawatir. Pria itu merangkum wajahku hati-hati, seakan takut sentuhannya akan menyakitiku. "Ini pasti sakit, ya?" Dia mengira aku menangis karena luka-luka di wajahku. Padahal, bukan itu alasan sebenarnya dari tangisku.Aku i
Read more
Beken 87
*Happy Reading*Sebenarnya, aku penasaran dengan maksud ucapan Aaron. Aku ingin tahu akan masa lalu pria itu. Tetapi, meski sudah aku tanyakan. Sayangnya Aaron tidak mau mengatakannya. "Nanti saja aku ceritanya. Saat ini pikiran kamu masih penuh. Aku gak mau nambahin beban kamu lagi." Begitu alasannya.Benar juga, sih. Sekarang rasanya otakku memang penuh sekali dengan kejadian hari ini. Aku gak yakin sanggup menerima informasi baru lagi. Apalagi jika informasi itu berbentuk cerita masa lalu. Pasti akan panjang dan banyak sekali yang harus aku dengar baik-baik. Karena itulah, aku tidak memaksa Aaron untuk bercerita, dan membiarkannya pulang setelah Papa dan Bunda datang. Pria itu benar, aku memang butuh ruang untuk menenangkan diri dulu. Ya. Aku butuh ruang lebih sendirian. Bukan hanya untuk mencerna semua masalah dan hal yang sudah aku lalui beberapa waktu ini. Tetapi juga .... memikirkan kembali perasaanku pada Reyn."Pah, Nur ingin sendirian dulu. Selain dokter dan perawat. Tolo
Read more
Beken 88
*Happy Reading*Mau apa lagi sih, duda ini menemuiku? Belum puas apa bikin aku begini?"Mau apa lagi kamu ke sini? Mau mengganggu anak saya lagi?" Ternyata, bukan cuma aku yang muak dengan kehadiran duda satu ini. Tetapi juga papa. Buktinya, melihat kehadiran pria itu. Papa langsung menyalak galak sekali. Mungkin kalau tidak melihat kondisinya yang masih pincang, Papa pasti sudah mendorongnya keluar hingga terjungkal. Segitu Papa belum tahu tentang kejadian kemarin. Coba saja jika Papa tahu aku begini lagi karena ulah keluarganya? Sudah bisa dipastikan. Si duda bukan hanya akan di dorong sampai terjungkal. Mungkin saja Papa akan menghubungi Reyn dan menyuruh membuat si duda cacat seperti kakaknya. Ah, iya. Ngomong-ngomong soal kemarin. Aku belum tahu alasan apa yang Aaron berikan pada Papa tentang kecelakaanku saat ini. Karena pria itu juga gak tahu apa-apa kan tentang kejadian kemarin? Hanya aku, Reyn, dan Pak Vino yang tahu. Tetapi ... kenapa Papa juga gak bertanya ya perihal it
Read more
Beken 89
*Happy Reading*Brigita hamil!Demi apa?Bukan, bukan. Aku bukan tidak suka mendengar kabar kehamilan pacar settingan Pak Vino itu. Aku senang, kok. Sungguh. Bagaimana pun, ini adalah kabar bahagia, kan? Karenanya, aku harus ikut berbahagia. Siapa tahu cepat nular. Ya kan? Eh, maksudnya berkahnya yang nular. Bukan hamilnya.Haish. Jadi belibet gini ngomongnya gegara kaget. Ah, pokoknya intinya aku turut senang aja atas kehamilan Brigita. Apalagi, dengan kabar ini pula. Akhirnya Pak Vino sadar dan berhenti mengusikku. Tentu saja, aku jadi lebih bahagia lagi karenanya. Tetapi pertanyaannya sekarang adalah ... kok, bisa? Maksud aku, bukannya mereka selama ini hanya settingan saja, ya? Sudah putus dan berkonflik pula. Tetapi kok .... tiba-tiba ada kabar kayak gini? Aneh gak, sih?Apa ... mereka hanya sandiwara saja depan media selama ini? Maksudnya, di depan kamera berseteru dibelakang bercinta, gitu. Soalnya ya ... kaget banget loh, aku dengernya. Asli! Aku ngerasa jadi kek orang pali
Read more
Beken 90
*Happy Reading*Meski masih amat sangat kesal dengan ucapan gila Pak Vino yang ternyata belum sepenuhnya luntur. Aku tetap bersyukur akhirnya bisa lepas darinya. Semoga dia benar-benar tobat ya, gaes. Gak kumat-kumat lagi. Biar aku bisa beneran bernapas lega dan bisa melangkah ke step berikutnya yang lebih baik. Bosen banget loh ketemunya masalah sama dia lagi-dia lagi terus. Kek di dunia ini penghuninya dia doang aja. Ya kan? Meski ... sebenarnya masih ada satu yang ingin kutanyakan padanya. Itu anak Brigitta beneran anaknya dia atau bukan? Soalnya, kan dia sendiri yang bilang Brigitta dan Alfino sempat bersekongkol. Sapa tahu, ya kan, mereka .... Eh, kok aku julid, ya? Biarin ajalah. Gak usah urusin. Penting sekarang aku bisa lepas aja dari dia. Setuju!Nah, sekarang apa lagi yang harus kita selesaikan? Tentang Aaron atau ...."Hay, Kak. Boleh numpang tidur gak di sini?"Hah?! Sedang asyik dengan lamunan sendiri. Tiba-tiba aku pun dikejutkan dengan kehadiran Lovely yang ... apa
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status