All Chapters of Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua: Chapter 91 - Chapter 100
110 Chapters
Beken 91
*Happy Reading*"Bu-buronan? Maksudnya?" beoku dengan terbata."Iya. Buronan. Kau percaya?"Eh?Aku hanya bisa terdiam setelahnya. Tidak bisa menjawab. Ralat, maksudnya tidak tahu harus menjawab apa? Bingung juga aku dibuatnya. Di bilang percaya. Ya, harusnya aku percaya, kan? Soalnya ini Reyn loh, yang bilang. Orang gak suka bercanda. Tetapi kalau melihat wajah dan tingkah laku Lovely, ya aku juga gak bisa percaya. Dia kayaknya tipe gadis baik-baik yang gak suka bikin ulah. Jadi, gak mungkin jadi buronan. Buronan para pria jomlo dan pria hidung belang mungkin saja. Lovely good looking gitu, kok. Nah, lalu aku harus jawab apa, coba? Kalau kalian sendiri gimana? Percaya gak kalau si Lovely itu ternyata buronan?"Kemajuan," gumam Reyn tiba-tiba. Membuyarkan lamunanku tentang Lovely.Pria itu tersenyum tipis. Namun, seperti bangga akan sikapku. Maksudnya apa? Memang aku ngapain sampai dia bisa bangga begitu padaku?"Kemajuan apa?" Aku pun memilih menyuarakan uneg-unegku. Reyn tak lang
Read more
Beken 92
Beken 92*Happy Reading*"Papa duluan aja dulu. Nur mau liat Khanza dan bayinya sebentar, mumpung masih di sini."Aku memberi titah pada Papa. Saat bersiap pulang setelah menyelesaikan administrasi rumah sakit, yang ternyata lagi-lagi sudah dibayarkan keluarga Alexander, sebagai bentuk kompensasi atas perbuatan anak sulungnya.Alhamdulilah ... aku gak jadi jual apartement deh, buat bayar rumah sakit. Bagaimana pun dalam kondisiku saat ini. Maksudnya setelah lumayan lama tidak bekerja. Aku benar-benar sudah tidak punya simpanan sama sekali.Semua banda yang kupunya hasil jadi model di masa lalu. Sudah habis aku jualin demi membantu keuangan Papa dan Bunda, yang juga terkena imbas karena masalah yang kuhadapi. Bahkan, yang kudengar dari hasil mengintip chat ponsel Papa. Warung sembako mereka pun kini tutup karena sudah kehabisan modal. Kan, aku jadi makin bersalah, ya?Karenanya, Sepertinya aku harus mulai cari uang lagi agar tidak makin jadi beban. Meski belum bisa kembali jadi model k
Read more
Beken 93
*Happy reading*Sudahlah. Aku lelah rasanya memikirkan kisah percintaanku. Gagal maning, gagal maning terus, gaes. Entah kenapa nasib percintaan njelimet banget. Gak kayak Intan ataupun Nurbaeti? Benar kata readerku tersayang. Sepertinya si Amih memang punya dendam kesumat sama aku. Atau ... jangan-jangan aku malah hanya anak pungut saja. Ah, teganya kau thor. Akhirnya, karena sudah malas memikirkan soal cinta. Aku pun memilih fokus pada diriku sendiri, keluarga dan karier saja. Karena apa? Karena galau berkepanjangan itu gak ngasilin cuan, gaes. Sementara hidup ini butuh makan dan gaya demi gengsi. Dan semua itu gak bisa dibeli dengan rasa baper. Jadi ... yuk kerja lagi."Nur, sarapan dulu." Suara Bunda terdengar dari balik pintu kamar, setelah mengetuk sebelumnya."Iya, Bun. Ini juga lagi pake baju dulu. Nanti aku nyusul," teriaku dari dalam."Jangan lupa pake celananya juga ya, Nur. Nanti semriwing."Ya kali ... ada-ada deh Bunda nih. Aku baru tahu kalau dia ternyata lumayan lucu
Read more
Beken 94
Beken 94*Happy Reading*From: 0898 2525 xxxx [Sharelock]Alisku sontak bertaut bingung. Saat tiba-tiba saja sebuah chat asing masuk ke ponselku malam itu. Tetapi, karena aku gak kenal dengan nomornya. Aku pun mengabaikannya dan kembali menyimpan ponselku di atas meja. "Siapa, Kak?" Aika bertanya kepo di sela acara makannya. Saat ini, aku memang tengah bersama Aika. Tak sengaja bertemu saat aku baru saja hendak pulang, setelah mencari lowongan di sebuah agency teman. Hasilnya zonk, gaes! Karena ternyata mencari kerjaan tanpa seorang manager itu susahnya minta ampun. Aku gak begitu paham tentang hal negoisasi dan beberapa peraturan kontrak. Karenanya, daripada terjerumus pada kontrak yang akan merugikanku. Lebih baik aku belajar lagi soal perkontrakan, ya kan? Bukankah kata Reyn, aku harus selalu waspada dan jangan gampang percaya lagi. Benar tidak?Awalnya, aku sudah akan pulang dari agency tersebut. Karena aku sudah janji pulang cepat pada Papa. Aku tak ingin membuatnya khawatir. J
Read more
Beken 95
*Happy Reading*Sayangnya, itu tak bertahan lama. Karena setelahnya, sebuah kendaraan motor mendekat, dan memukul kaca pintu bagianku dengan sebuah tongkat baseball. "Akh!" Aku sontak berteriak sambil menutup kedua telinga mendapat perlakuan itu. Beruntung kaca mobil ini tebal. Tidak langsung hancur dengan sekali pukulan saja. Namun, si pengendara motor itu juga tidak menyerah. Memukul-mukul kan tongkat yang dia bawa beberapa kali lagi. Siapa, sih? Begal bukan, ya?"Bangsat!" Mendapat perlakuan brutal pada mobilnya. Tentu saja Salman emosi. Pria itu membuka setbelt dengan tergesa. Lalu ...."Jangan, Man!" Aku segera menarik tangannya. Saat pria itu hendak turun dan menghampiri si pengendara motor. Demi Tuhan. Aku takut sekali. Meski aku tidak tahu siapa si pengendara motor itu. Tetapi aku yakin dia pasti mengincarku. Buktinya, alih-alih memukul kaca bagian kemudi yang lebih dekat dengan jalur dia lewat. Si pengendara motor itu malah memilih pintu yang aku tumpangi untuk dihancurka
Read more
Beken 96
*Happy Reading*Tok! Tok!"Aaa ...." Seketika aku terlonjak kaget dan menjerit histeris. Saat sebuah ketukan terdengar dari pintu mobil bagianku yang sudah sangat retak. Aku terus berteriak ketakutan seraya menutup telinga dan mata. Seperti orang tantrum yang tak sadar pada sekitar. Lalu ku merasakan sebuah tangan mencoba menyentuhku, tapi justru membuat aku semakin berteriak histeris.Aku takut, takut sekali. Setelahnya, dua buah tangan memegang bahuku dan mengguncang-guncangkan tubuhku lumayan kuat beberapa kali. Mencoba menyita atensiku."Ini gue Salman!" Akhirnya aku tersadar dan kembali ke alam nyata dengan seruan itu. Aku menemukan wajah Salman yang khawatir saat membuka mata. Pria itu lalu memberi kode dengan matanya pada belakang tubuhku. Saat aku menoleh, ternyata Reyn sudah menunggu di luar pintu. A-apa perkelahiannya sudah selesai? "Re-Reyn?" panggilku dengan terbata, setelah menurunkan kaca mobil pintu bagianku yang retak. "Are u oke?" tanya Reyn seakan menyadari ses
Read more
Beken 97
*Happy reading*Sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Meski sudah kucoba untuk melupakan semua kejadian hari ini dan mengistirahatkan tubuh dan pikiranku. Tetapi, tetap saja rasanya sulit sekali untuk terlelap barang sejenak. Kepalaku rasanya penuh sekali. Otakku sama sekali tak mau berhenti berpikir. Tentang kejadian hari ini, kemalangan yang sudah aku lalui, orang-orang yang sudah jadi korban, juga ... memikirkan kehidupanku setelah ini. Aku seperti berada di jalan buntu. Bertahan di sini, aku takut keluarga Papa ikut jadi korban nantinya. Karena aku gak tahu siapa lagi yang masih mengincarku? Tetapi pergi pun ... aku ... bingung harus ke mana? Semua tabungan sudah aku transfer ke rek Salman untuk perbaikan mobil. Apartement pun sudah disewakan ke orang. Numpang di rumah Intan, malu sama Pak Dika. Numpang di rumah Mak Kanjeng pun gak mungkin. Ada Bang Al dan istrinya yang turut tinggal di sana. Lalu ... aku harus ke mana?Aku benar-benar sudah tidak punya uang dan tempat tujuan la
Read more
Beken 98
*Happy Reading*"Maksud lo, Papa dan Aaron selama ini sering kontekan di belakang gue? Iya, begitu?" Mendengar pernyataan Salman barusan. Terang aja aku langsung mengejar sebuah penjelasan darinya. Sayangnya, bukannya memberikan penjelasan, pria itu malah menaikan bahunya saja dengan acuh. Benar-benar tak membantu rasa penasaranku sama sekali."Iya kali.""Lah, kok kali? Gimana, sih? Jadinya Papa sama Aaron masih kontekan apa nggak nih sebenernya?" Aku tidak terima digantung begitu saja oleh Salman."Ya, gue juga gak tahu.""Lah, tapi kata lo ....""Gue kan cuma menduga. Siapa tahu, ya kan? Soalnya, ya ... gue liat Papa juga gak kaget sama sekali dengan kedatangan mereka. Malahan masih sempat-sempatnya ambil cuti. Nah, coba lo pikir lagi. Kalau bukan karena Papa sudah tahu akan kedatangan mereka, apalagi coba? Jadi kemungkinan besarnya. Papa sama kakaknya Aika memang sering kontekan selama ini."Ada benarnya juga, sih? Kalau dipikir lagi. Papa juga gak pernah nanyain Aaron selama ini
Read more
Beken 99
*Happy Reading*"Gimana, Nur? Kamu mau kan nikah sama Aaron secepatnya?" Papa bertanya kembali saat aku masih belum memberikan jawaban. Nikah sama Aaron, ya? Mau aja sih aku mah. Kelihatannya Aaron cowok baik, kok. Mapan dan humoris. Mukanya juga lumayan gak bikin malu buat dibawa ke kondangan. Akan tetapi ...."Pa, bukannya Nur gak mau. Tapi ... Papa tahu kan gimana hubungan kami." Setelah mendesah panjang. Aku mulai mengungkapkan uneg-unegku. Soalnya, meski Aaron memang calon yang lumayan sayang untuk dilewatkan. Tetapi saja, aku masih punya ganjalan terhadapnya. Dan ... pernikahan itu bukan hal main-main. Aku harus benar-benar memikirkannya sebelum mengambil keputusan."Aku sama Aaron tuh baru kenal, Pa. Itu pun cuma dua hari. Abis itu, dia langsung ngilang gitu aja. Selama tiga bulan ini. Jangankan telepon, chat aja gak ada. Terakhir teleponan pas di rumah sakit. Dia bilang mau ke London lusanya. Kirain, dia bakal pamit atau apa gitu. Ternyata blas aja gak ada kabar lagi setela
Read more
Beken 100
*Happy Reading*"Kamu mau--""Abang! Siapa Melody?!"Seketika ucapanku menggantung di udara. Saat Aika menyalak begitu saja ke depan layar ponselnya. Ternyata dia melakukan video call pada Aaron. Ya ampun anak ini ...."Ya ampun, Aika. Kebiasaan, deh." Terdengar sahutan Aaron seperti orang kesal di seberang sana. Posisiku yang di samping Aika sepertinya tidak terlihat oleh Aaron. Soalnya layar ponsel Aika penuh mukanya sendiri. "Orang tuh nelpon bilang assalamualaikum dulu gitu, malah main nyalak aja. Kan, abang kaget." Aaron menambahkan. "Ck, ya udah. Waalaikumsalam.... nah, sekarang jawab. Siapa Melody?" "Kok, waalaikumsalam? Asalamualaikum dong, Aika.""Kan udah sama abang tadi. Ya giliran Aika yang jawablah! Waalaikumsalam. Tuh udah dijawab. Sekarang coba jelasin. Siapa Melody?"Aku hanya bisa menggeleng tam habis pikir melihat kelakuan calon adek iparku ini. Eh!"Terserah kamu ajalah, Aika. Gak bakal menang juga abang lawan kamu.""Ish! Lama, deh! Buruan jawab. Siapa Melody?
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status