All Chapters of THE POSSIBLE: Chapter 61 - Chapter 70
145 Chapters
Enam Puluh Satu
Rumah sakitnya adalah Rumah Sakit Amal Santo Petrus, bangunan semrawut tempat pasien-pasien trauma dibawa. Rumah sakit itu milik pemerintah daerah dan memberikan layanan bagi pasien-pasien yang tidakYuval kenal baik dengan tempat itu, Kami melintasi kota dengan minivan bututnya, aset satu-satunya yang ia dapatkan dari perceraian yang disebabkan oleh bertahun-tahun kecanduan alkohol. la sudah bersih sekarang, menjadi anggota perkumpulan mantan pecandu alkohol dan sudah berhenti merokok. la tak suka berjudi, ia mengaku dengan murung, tapi kasino-kasino baru yang bertumbuhan di garis batas negara bagian Arkansas membuatnya khawatir.Mantan istri dan dua anaknya masih di California. Aku mendapatkan semua detail ini dalam sepuluh menit, sementara mengunyah hot dog. Yuval mengemudi dengan satu tangan, makan dengan tangan lainnya, berkedut, tersedak, meringis, dan terus berbicara sepanjang perjalanan melintasi separo Southaven dengan segumpal salad ayam men
Read more
Enam Puluh Dua
Kami menghindari seorang wanita di kursi roda dan berhenti menunggu seorang pasien yang dibawa lewat dengan kereta dorong. Gang itu penuh manusia. "Bagaimana jika orang itu sudah punya pengacara?” aku bertanya, mulai bernapas kembali. "Tak ada ruginya, Edward, itulah yang harus ingat. Kita datang ke sini tanpa apa-apa. Kalau dia mengusir kita keluar dari kamar, apa pun alasannya apa ruginya buat kita?"Sedikit martabat, sejumput kehormatan. Caranya bernalar sepenuhnya logis. Aku tak mengucapkan apa-apa. Langkahku panjang dan cepat, aku mencoba untuk tidak melihatnya berjalan terpincang-pincang dan terseret-seret. "Kau lihat, Edward, di sekolah hukum mereka tidak mengajarimu apa yang perlu kau ketahui Semuanya cuma buku, teori, dan pemikiran angkuh tentang praktek hukum sebagai profesi, seperti di antara para ksatria. Itu panggilan mulia, ditentukan oleh berhalaman-halaman omongan tentang etika.”"Apa salahnya dengan etika?”"Oh, ti
Read more
Enam Puluh Tiga
MISS Streep beranjak ke tempat tidur setelah usai pemutaran film ‘CRACK’ pada pukul sebelas. Beberapa kali ia mengundangku duduk bersamanya sesudah makan malam dan menonton televisi, tapi sejauh ini aku selalu bisa mencari alasan yang tepat.Aku duduk pada anak tangga di luar apartemenku, menunggu rumahnya gelap. Aku bisa melihat siluetnya bergerak dari satu pintu ke pintu berikutnya, memeriksa kunci-kunci, menarik tirai.Aku rasa orang tua jadi terbiasa dengan kesepian, meski tak seorang pun ingin melewatkan tahun-tahun terakhirnya terasing seorang diri, terpisah dari orang orang yang dicintai. Ketika masih muda, aku yakin ia tentu membayangkan masa depan dengan penuh keyakinan bahwa tahun-tahun ini akan ia lewatkan dengan dikelilingi para cucu. Anak-anak Mom sendiri akan tinggal berdekatan, setiap hari mampir untuk menengoknya, membawakan bunga, makanan kecil, dan hadiah. Miss Streep tidak merencanakan untuk menghabiskan tahun-tahun terakhirnya seorang di
Read more
Enam Puluh Empat
"Polisi ingin mendengarkan pernyataanmu tentang kebakaran itu," katanya sambil meraih sebuah berkas."Aku bicara dengan mereka tadi malam. Mereka akan melakukannya di sini, di kantor ini, dengan kehadiranku.”la mengucapkannya seolah-olah hal ini sudah direncanakan dan aku tak punya pilihan lain. "Dan seandainya aku menolak?" aku bertanya."Kalau begitu, mereka mungkin akan membawamu  ke kota untuk ditanyai. Kalau kau tidak punya apa pun yang perlu disembunyikan, kusarankan kau memberikan pernyataan pada mereka. Aku akan berada di sini. Kau bisa berkonsultasi denganku. Bicaralah dengan mereka, sesudah itu mereka tidak akan mengusikmu.""Jadi, mereka pikir pembakaran itu disengaja?""Mereka cukup yakin.”"Apa yang mereka inginkan dariku?" "Berada di mana kau waktu itu, apa yang kau kerjakan, kapan, tempat, alibi, hal-hal seperti itulah.”"Aku tak bisa menjawab segalanya, tapi aku bisa mengatakan yang
Read more
Enam Puluh Lima
Aku lebih dulu makan, melahap sandwich sambil mengamati orang-orang lain di situ. Mereka kebanyakan memakai pakaian rumah sakit segala corak—dokter-dokter dalam jas kerja, perawat dalam seragam putih, teknisi dengan jas lab. Mereka duduk dalam kelompok-kelompok, dan berbincang tentang segala macam penyakit dan pengobatan yang belum pernah aku dengar. Bagi orang-orang yang seharusnya menaruh perhatian besar pada kesehatan dan gizi, mereka melahap junk food paling buruk yang tersedia. Kentang goreng, burger, nacho, piza. Aku mengawasi sekelompok dokter muda yang berkerumun di depan makanan, dan dalam hati bertanya-tanya apa yang bakal mereka pikir seandainya mereka tahu kala ada seorang pengacara di tengah mereka, sedang belajar menghadapi ujian sehingga suatu hari nanti bisa menuntut mereka.Aku ragu mereka bakal peduli. Aku punya hak yang sama dengan mereka untuk berada di tempat ini.Tak seorang pun memperhatikanku. Sekali-sekali seora
Read more
Enam Puluh Enam
Ruang minum itu penuh lagi ketika aku kembali dan menempati posisiku semula di sudut. Semua buku aku tinggalkan berserakan di meja, salah satunya dengan jelas menunjukkan judul Doctor dari Erich Sagal. Ini tentu menarik perhatian sekelompok dokter muda yang sedang duduk di meja sebelah, dan mereka mengawasiku dengan curiga ketika aku duduk. Mereka langsung diam, jadi aku tahu mereka baru saja membicarakan bahan ujianku dengan panjang-lebar. Tak berapa lama mereka berlalu. Aku mengambil kopi lagi dan tenggelam dalam keajaiban prosedur pengadilan federal.         Orang-orang itu menipis tinggal beberapa. Aku minum kopi tanpa kafein sekarang, sudah kupelajari selama melihat bahan ujian yang sudah aku pelajari empat jam terakhir ini. Henry menelepon lagi pada pukul sepuluh kurang seperempat. Kedengarannya ia sedang berada di sebuah bar. la ingin aku datang ke kantornya pukul sembilan besok, untuk suatu aspek undang-undang yang berkait
Read more
Enam Puluh Tujuh
Aku mencoba memusatkan perhatian pada bahan pelajaran, sedikitnya lima menit tanpa interupsi, namun aku melihatnya menyeka mata dengan tisu. Tangannya terangkat sedikit ke kanan ketika air mata mengalir. la terisak pelan.Dengan cepat aku sadari bahwa air mata itu tak ada hubungannya dengan rasa sakit akibat pergelangan kaki yang patah. Itu tidak disebabkan oleh luka fisik.Imajinasiku sebagai pengacara busuk berputar-putar liar. Barangkali terjadi kecelakaan mobil, suaminya tewas, dan ia sendiri luka-luka. la terlalu muda untuk punya anak dan keluarganya tinggal di tempat yang jauh, dan ia duduk di sini, menangisi suaminya yang sudah meninggal. Bisa menjadi kasus yang luar biasa.Aku menepiskan pikiran-pikiran busuk ini dan mencoba memusatkan perhatian pada buku di hadapanku. la terus terisak dan tersedu pelan. Beberapa pembeli datang dan pergi, tapi tak seorang pun bergabung dengan aku dan Anne untuk duduk bersama di meja. Aku mengeringkan cangkir kopi, diam-d
Read more
Enam Puluh Delapan
Malam berikutnya, aku tiba di ruang minum dan duduk di meja yang sama. Aku mendengarkan celoteh sibuk yang sama dari orang-orang yang sama.  Aku menengok pasangan Van Nozick dan menangkis pertanyaan-pertanyaan mereka yang tak pernah berakhir. Aku mengawasi hiu-hiu lain yang mencari makan di air keruh ini, dan aku mengabaikan beberapa klien yang sedang menunggu untuk disergap. Aku belajar selama beberapa jam. Konsentrasiku sangat tajam dan motivasiku tak pernah lebih kuat dari ini.Aku melihat jam dinding. Ketika hampir pukul sepuluh, aku kehilangan ketenangan dan mulai melihat ke sekeliling. Aku mencoba tetap tenang dan tekun belajar, tapi aku dapati diriku terlonjak tiap kali seorang pembeli masuk ke tempat minum itu. Dua juru rawat sedang makan di salah satu meja, seorang teknisi membaca buku di meja lain.la didorong masuk pada pukul sepuluh lewat lima menit, laki-laki tua yang sama mendorongnya dengan hati-hati ke tempat yang ia inginkan. la memilih meja yang
Read more
Enam Puluh Sembilan
"Dia sudah ke sini tadi."        "Sekarang dia di rumah bersama anak anak?""Kami tidak punya anak. Kau ?""Tidak. Tidak punya istri, tidak punya anak.""Berapa umurmu?""Kau banyak bertanya," kataku sambil tersenyum. Matanya berkilauan. "Dua puluh lima. Berapa umurmu?”la memikirkan pertanyaan ini sejenak. "Sembilan belas.”"Sungguh sangat muda untuk menikah."Itu bukan pilihanku.""Oh, maaf.""Bukan salahmu. Aku hamil ketika baru berumur delapan belas tahun, menikah tak lama sesudahnya,  keguguran seminggu kemudian, dan sejak itu kehidupan terus menggelinding turun. Nah, apakah itu memuaskan rasa ingin tahumu?""Tidak. Ya. Maaf. Apa yang ingin kau bicarakan?""College. Di mana kau kuliah?""Kuliah hukum di Southaven State.""Aku dulu ingin masuk college, tapi tidak ber hasil. kau berasal dari Southaven?""Aku lahir di si
Read more
Tujuh Puluh
"Aku lebih suka menghindarinya. Itu benar-benar pekerjaan mengerikan." la berusaha keras mendorong percakapan ke pihakku, menyingkir dari masa lampau dan keadaannya sekarang. Ini tidak jadi masalah buatku. Air mata itu bisa muncul seketika, dan aku tak ingin merusak percakapan ini. Aku ingin percakapan ini terus berlangsung.la ingin tahu pengalamanku di college—kuliah, pesta, kehidupan di asrama, ujian, para profesor,  perjalanan liburan. la banyak menonton film, dan punya angan-angan romantis tentang empat tahun yang sempurna di kampus tua dengan dedaunan berubah jadi kuning dan merah di musim gugur, tentang para mahasiswa ber-sweater berbondong-bondong menjadi suporter regu football, tentang persahabatan barti yang berlangsung seumur hidup. Bahasanya sempurna, kosakatanya lebih baik daripada kosakataku. Dengan enggan ia mengaku seharusnya bisa lulus sebagai nomor satu atau dua di kelasnya, andai saja tidak ada asmara remaja dengan Yarb
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status