All Chapters of THE POSSIBLE: Chapter 71 - Chapter 80
145 Chapters
Tujuh Puluh Satu
Malam itu aku tak bisa tidur memikirkan Anne Marlie serta mata dan kakinya yang cokelat, dan membayangkan ia dianiaya begitu biadab membuatku mual. Smith mengawasi reaksiku, jadi aku berusaha menunjukkan wajah tenang. "Pergelangannya dibalut," kataku, dan dengan bangga Smith membalik halaman. la punya laporan lain dari sumber berbeda. Data ini terkubur dalam berkas Pertolongan di Dinas Pemadam Kebakaran Southaven. "Agak tidak jelas tentang pergelangan tangannya. Saat terjadi penganiayaan, suaminya menekan pergelangannya ke lantai dan mencoba memaksakan hubungan seks. Jelas laki-laki itu tidak sedang bergairah seperti perkiraannya semula, mungkin gara-gara terlalu banyak bir.  Perempuan itu telanjang bulat ketika polisi menemukannya, hanya tertutup sehelai selimut. la tidak bisa lari, sebab pergelangan kakinya retak.""Apa yang terjadi pada suaminya?""Menginap semalam di penjara. Ditebus dengan uang jaminan oleh keluarganya. Harus menghadap pengadilan seminggu lag
Read more
Tujuh Puluh Dua
Bolie sudah jadi pengacara sungguhan! la melirik jam tangan sesudah waktu yang dijatahkan untuk obrolan kecil, kemudian meluncur ke acara siang yang sudah ia rencanakan dengan sangat bagus untuk kami berdua. Kami akan bekerja selama enam jam nonstop, hanya disela istirahat minum kopi dan ke kamar kecil, dan pukul enam tepat kami akan keluar dari sini, sebab ada orang lain yang sudah memesan ruangan itu.Mulai pükul dua belas siang sampai dua siang kami mengulang hukum pajak pendapatan federal. Kebanyakan Bolie-lah yang berbicara, sebab ia selalu lebih memahami urusan pajak. Kami belajar dari materi ulasan ujian, dan soal perpajakan saat ini sama padatnya dengan kuliah musim gugur tahun kemarin.Pukul dua siang ia mengizinkan aku pergi ke kamar kecil dan mengambil kopi, dan mulai saat itu sampai pukul setengah tiga, aku mengambil alih pembicaraan, mengulas peraturan federal tentang barang bukti. Bahan yang sangat menarik. Gairah Bolie yang meluap-luap temyata menul
Read more
Tujuh Puluh Tiga
Hampir pukul delapan ketika aku menyeret tubuh menerobos labirin koridor di jantung Rumah Sakit Santo Petrus dan menemukan meja favoritku diduduki oleh seorang dokter dan perawat. Aku mengambil kopi dan duduk di dekat mereka. Sang perawat sangat cantik dan agak bingung, menilai dari bisik bisik mereka, bisa kukatakan affair mereka sedang gawat. Sang dokter berusia enam puluh tahun dengan cangkok rambut dan janggut baru. Si perempuan umur tiga puluh, dan jelas tidak akan diangkat sebagai istri. Sekadar gundik simpanan untuk sementara ini. Bisik bisik serius.Aku tidak berminat belajar. Aku sudah cukup kenyang belajar sehari ini, tapi aku hanya termotivasi oleh fakta bahwa Bolie masih ada di kantor, bekerja dan bersiap menghadapi ujian itu.Sesudah beberapa menit, dua kekasih itu sekonyong-konyong berlalu. Sang wanita berurai air mata. Sang pria dingin dan tanpa perasaan. Aku duduk dan menggelar catatan, mencoba belajar.  Dan aku menunggu.Anne tiba
Read more
Tujuh Puluh Empat
Sesudah memanasi, Anne menenangkannya, meskipun sang suami masih sangat murung. la mendidih dan mereka saling tak menghiraukan.Kemudian hal yang sama terjadi lagi. Anne menggumamkan sesuatu dan punggung suaminya menegang. Tangannya gemetar, kata-katanya penuh dengan omongan kotor. Mereka bertengkar selama satu menit, laiu Anne berhenti bicara dan tak menghiraukan.Yarber tidak terima dirinya tak dihiraukan, jadi ia bicara makin keras. Anne menyuruhnya tenangt mereka ada di tempat umum. la jadi makin keras, bicara apa yang akan ia lakukan kalau istrinya tidak mencabut semuanya, dan bagaimana ia akan maşuk penjara, dan seterusnya, dan seterusnya.Anne mengatakan sesuatu yang tak bisa aku dengar; Yarber mendadak memukul cangkir styrofoamnya dan melompat berdiri. Soda itu melayang melintasi separo ruangan, menyemburkan buih ke meja meja lain dan lantai. Minuman itu membasahi Anne. la terengah, memejamkan mata, mulai menangis. Yarber terdengar berjalan mengentak-ent
Read more
Tujuh Puluh Lima
Kami berbelok ke kiri dan ia menunjuk ke pintunya. Sungguh mengejutkan dan menyenangkan bagiku. Ternyata ia punya kamar pribadi dengan jendela dan kamar mandi sendiri. Lampu-lampunya menyala.Aku tidak tahu pasti sejauh mana ia leluasa bergerak, tapi saat ini ia sama sekali tak berdaya. "Kau  harus menolongku," katanya. Dan ia hanya mengucapkan itu satu kali. Dengan hati-hati aku membungkuk di atasnya, dan ia melingkarkan tangan pada leherku, la menekan lebih keras daripada yang diperlukan, tapi tak ada keluhan. Gaunnya ternoda oleh soda, tapi aku tak begitu peduli. la begitu memesona, begitu dekat denganku, dan dengan segera aku tahu bahwa ia tidak memakai BH. Aku menekannya lebih keras ke tubuhku.Dengan lembut aku mengangkatnya dari kursi, tugas yang mudah karena bobotnya tak lebih dari 55  kilo, berikut gips dan Iain-Iainnya. Kami bermanuver ke ranjang, bergeser selama mungkin, berbasa-basi tentang kakinya yang lemah mengatur tubuhnya setepat mungkin seme
Read more
tujuh puluh enam
"Teraniaya?" "Benar. Teraniaya. Kau dianiaya, Anne. Tidakkah kau tahu? Pin dalam pergelangan kakimu itu berarti kau dianiaya. Memar ungu di pipimu itu bukti jelas bahwa suamimu memukulmu. Kau bisa mendapatkan pertolongan. Ajukan gugatan cerai dan dapatkan pertolongan."la memikirkan ini sejenak. Kamar itu sunyi. "Perceraian tidak akan berhasil. Aku sudah mencobanya.""Kapan?" "Beberapa bulan yang lalu. Kau tidak tahu? Aku yakin ada catatannya di pengadilan. Apa yang terjadi dengan dokumen-dokumen itu?" "Apa yang terjadi dengan gugatan itu?""Aku mencabutnya.""Kenapa?""Sebab aku bosan dilempar ke sana kemari. Dia akan membunuhku kalau aku tak segera mencabutnya. Dia mengatakan kalau dia mencintaiku."“Itu sudah jelas. Aku ingin bertanya sesuatu? Apakah kau punya ayah atau saudara laki laki?”"Kenapa?""Sebab seandainya anak perempuanku dianiaya suaminya, aku pasti akan mematahkan lehernya.""Ayahku tidak tahu. Orang tuaku masih gusar dengan kehamilanku. Mereka tidak akan
Read more
tujuh puluh tujuh
Aku hanya berdiri di sana, tersenyum pada Anne, membayangkan menyentuh kakinya. Perawat itu mencengkeram sikuku dengan erat dan menuntunku ke pintu. "Sekarang pergilah," ia mengomel, pura pura jengkel.Pukul tiga dini hari aku menyelinap ke buaian dan berayun-ayun dengan pikiran linglung di malam sunyi, mengawasi bintang-bintang berkedip di balik ranting dan dedaunan, mengingat setiap gerakan indah yang ia lakukan, mendengarkan suaranya yang sedih, memimpikan kaki itu.Sudah jadi kewajibanku untuk melindunginya, tak ada orang, lain. la berharap aku menolongnya, kemudian memulihkannya. Jelas bagi kami berdua, apa yang akan terjadi sesudahnya.Aku bisa merasakannya memeluk leherku, menekankan tubuh padaku selama beberapa detik yang berharga itu. Aku bisa merasakan seluruh tubuhnya yang ringan bersandar wajar dalam pelukanku.Ia ingin aku melihatnya, menggosok tubuhnya dengan spons hangat. Aku tahu kalau ia menginginkan ini. Dan malam ini aku berniat melakuk
Read more
tujuh puluh delapan
"Oh, aku akan membantu. Tapi ini tetap urusanmu. Mereka akan menimbunimu dengan surat-surat dan dokumen." la berjalan ke pintu. "Ingat, mereka dibayar per jam. Makin banyak surat yang mereka hasilkan, makin banyak yang mereka tagihkan.” la menertawakanku dan membanting pintu, sepertinya gembira aku akan dihajar habis-habisan oleh orang orang itu.Aku ditinggalkan. Di Chris & Fou ada lebih dari seratus pengacara, dan aku mendadak merasa sangat kesepian. Aku dan Yuval makan semangkuk sup di Kafetaria Simon’s. Para pelanggannya semua golongan kerah biru. Tempat itu bau minyak, keringat, dan daging goreng. Itu adalah tempat favorit Yuval untuk makan siang, sebab ia pernah mendapatkan beberapa kasus di sini, kebanyakan kasus kecelakaan kerja. Salah satunya diselesaikan dengan ganti rugi 30.000 dolar. la mengambil sepertiga dari 25 persen, atau 2.500 dolar,Ada beberapa bar di daerah itu yang juga kerap dikunjunginya, ia mengaku lirih sambil maka
Read more
tujuh puluh sembilan
KAMI tiba di loteng tengah hotel itu pagi hari Rabu, dan dengan efisien digiring ke sebuah ballroom yang lebih besar dari lapangan sepak bola. Kami didaftar dan dikatalogkan, biayanya sudah lama dilunasi. Terdengar beberapa percakapan gelisah, tapi tak banyak sosialisasi. Kami semua ketakutan.Dari sekitar dua ratus orang yang menempuh ujian pengacara di tempat ini, paling sedikit setengahnya lulus Southaven University bulan lalu. Mereka teman-teman dan musuh-musuhku. Bolie mengambil tempat duduk di meja jauh dariku. Kami memutuskan untuk tidak duduk berdekatan. Anya Joy Moretz dan Tom Evans berada di sebuah sudut di seberang ruangan.   Mereka sudah menikah Sabtu lalu. Bulan madu yang menyenangkan. Tom Evans seorang laki-laki tampan dengan didikan seperti layaknya orang berada dan gaya angkuh seorang berdarah biru. Aku berharap ia gagal dalam ujian ini. Moretz juga. Aku bisa merasakan persaingan di sini, sangat mirip dengan beberapa minggu pert
Read more
delapan puluh
Reg, di lain pihak, berjuang untuk kuliah di UTEP, dan sekarang kuliah di sebuah universitas di  Houston. la juga masih lajang, tak pernah menikah, dan jarang kembali ke Southaven. Dua bersaudara ini tak pernah dekat, kata Smith. Ronnie Kray suka tinggal di rumah, membaca buku, membuat model pesawat terbang. Reg suka bersepeda dan pernah bergabung dengan geng jalanan beranggotakan anak-anak dua belas tahun. Mereka anak yang baik, Smith meyakinkanku. Berkas itu didokumentasikan dengan cermat,  ada bukti cukup dan jelas bahwa sumsum Reg sangat tepat untuk transplantasi Ronnie Kray.Kami menggelinding dalam mobil kecilku yang reyot, la menatap lurus ke depan, paruh topinya merosot rendah menutupi kening; ia hanya berbicara bila diajak bicara. Kami parkir di samping Cadillac Miss Streep, dan aku menjelaskan bahwa di rumah tua yang menyenangkan di lingkungan eksklusif inilah aku tinggal. Aku tak tahu apakah ia terkesan; kurasa tidak. Aku membantunya mengitari tumpukan pu
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status