Semua Bab Pembalasan Mantan Istri CEO: Bab 161 - Bab 170
189 Bab
Bab 161
Bab 161."Jangan menakut-nakutiku Shaka! Sebenarnya ada apa ini?" Desak Kumi tak tahan. Melihat roman lelaki itu lelaki itu tegang."Mobil Pajero hitam di belakang kita, mengikutiku semenjak dari rumah sakit." Dia lalu mengangkat dan memeluk Yashi erat-erat.Kumi menoleh ke belakang, dan melihat mobil Pajero bernopol B 5UK4 BH berusaha memepet mereka."Siapa mereka? Kenapa mereka membututi kita?""Jangan bertanya terus Kumi! Pasang sabuk pengamannya! "kata Aji tegas. Suaranya mengerikan. Dia menambah kecepatan dan meliuk-liuk menyalip mobil-mobil, menghindari mobil Pajero tersebut.Kepanikan menyerang Kumi. Badannya gemetar hingga ia tak bisa memasang sabuk pengamannya sendiri.Baru saja ia terhindar dari aksi pemerkosaan, kini harus menghadapi lagi peristiwa menegangkan."Bagaimana ini, bagaimana ini?" "Hentikan! Hentikan! Jangan bicara lagi Kumi! Jangan menambah kekacauan! Bentak Rio."Kumi semakin tertekan. Dia menunduk sambil tangannya memegang Yashi."Kamu juga jangan berisik R
Baca selengkapnya
Bab 162
Bab 162Aji menghentikan mobil dan selama beberapa waktu ia tertegun memperhatikan mobil Pajero itu terbalik beberapa kali.Mata jeli Aji lalu menangkap sang sopir memecahkan kaca mobil, dan dengan lihai dia keluar dari situ. Anehnya sang sopir tampak bugar dan sama sekali tidak terluka. Seperti adegan di filem-filem, mata sang sopir itu nanar menatap mobil yang ada Shaka di dalamnya."Merunduk!" teriak Aji saat melihat sopir mengeluarkan pistol dari balik jeket hitamnya. Aji langsung menancap gas.Selanjutnya sang sopir mengarahkan moncong pistol ke arah mobil dan menggelontorkan rankaian tembakan ke arah mereka.Salah satu tembakan mengenai roda bagian belakang. Mobil menjadi oleng."Ya Tuhan selamatkan kami semua," kata Rio ketakutan. Dia sampai terkencing-kencing saking takutnya.Aji berusaha untuk tetap tenang mengendalikan mobil milik Shaka. Dia punya tanggung jawab menyelamatkan semua penumpangnya.Untuk menghindari kecelakaan, pria itu membanting setir ke semak-semak ya
Baca selengkapnya
Bab 163
Bab 163Aji dan Shaka melihat ke telunjuk tangan Kumi. Posisinya searah jarum jam pukul 12."Brengsek! Bagaimana dia bisa mengikuti kita sampai di sini?" rutuk Aji kesal. Dia mengambil ancang-ancang untuk pergi."Apa kamu sudah meminta bala bantuan?" Shaka bertanya dengan nada cemas. Badannya terasa remuk."Mereka sedang menuju ke sini.""Lama sekali, apa mereka akan datang jika kita sudah mati semua?" Shaka mulai kesal, menyadari ia tidak bisa membantu."Aku bisa membantu Aji membekuk lelaki itu. Aku bisa bela diri," sela Kumi. Ketakutan yang mulai tadi membelenggunya mulai memupus.Wanita itu tidak bisa berdiam diri terus menunggu pertolongan yang belum pasti datangnya.Kumi berpikir, lebih baik dia melakukan perlawanan daripada menyerah tanpa melakukan apa-apa.Shaka mencemooh. "Ini bukan permainan petak umpet, Kumi. Aku tidak akan pernah mengijinkan kamu melakukan tindakan konyol itu!""Apa kamu pikir tindakanku tadi melempar muntahan dan kotoran Yashi ke mobil Pajero itu tidak ku
Baca selengkapnya
Bab 164
Bab 164 “Siapa yang memberi tahu Nenek aku ada di sini?” tanya Shaka dengan curiga. Dia sama sekali tak suka dengan kehadiran perempuan tua itu. “Nenek mendapat telpon dari Dokter Ridwan, dia mengatakan kalau kamu kabur dari rumah sakit!” jawab Nenek geram. “Apa karena gara-gara janda brengsek itu!” Dia menunjuk telunjuknya kepada Kumi di depan puluhan mata yang melihat mereka. Pandangan mata Nenek sangat bengis dan menjijikkan. Dia sakit hati sekali dengan sikap Kumi. “Sudah saya katakan berjuta kali, menjauhlah dari Shaka! Kenapa kamu masih ngeyel dan gatel mengejar cucu saya. Apa kamu mau mendekatinya hanya untuk menginginkan harta? Heh!!” Nenek mendengus. “Kamu itu harusnya sadar, kamu itu janda dan tak pantas menjadi bagian dari kami! Andaikan saja dulu Shaka tak berbaik hati mengangkatmu jadi pegawai, kamu pasti keleleran di jalan bersama anakmu itu!” “Cukup Nek! Kumi wanita terhormat. Dia sudah membantu banyak perusahaan kita. Kalau bukan karena idenya, Dream Land pasti
Baca selengkapnya
Bab 165
Bab 165 “Sorry Kumi aku harus pergi dulu,” ucap Aji buru-buru. Ia berdiri dari duduknya dan beranjak melangkahkan kaki. “Tidak bisa! Kamu punya hutang penjelasan,” cegah Kumi menghentikannya. “Sejak kapan?” “Barusan, yah barusan!” kata Kumi lantang. “Kamu tidak boleh pergi sebelum kamu menjelaskan apa yang kamu katakan tadi.” “Soal apa?” Aji pura-pura amnesia. “Sorry aku harus pergi. Pekerjaanku sangat banyak.” Kumi kesal dan menarik badan Aji keras ke dudukan kursi. “Oh, c’mon Aji aku tak suka dengan gaya becandamu itu. Apa kamu sengaja membuatku susah tidur gara-gara kalimatmu tadi?” Dia setengah meratap lalu mengusap matanya yang diwarnai lingkaran hitam. Aji memperhatikan wanita di depannya. Ia sangat kuat sekaligus begitu rapuh. Dada lelaki itu berdesir tak karuan. Ia menarik napas dengan berat. Memikirkan Kumi membuatnya hilang akal. “Please Aji, katakanlah kepadaku dengan jujur. Apa benar yang kamu katakan tadi. Apa kamu tidak salah informasi Nenek adalah dalang dari pe
Baca selengkapnya
Bab 166
Bab 166Aji menyerap kata-kata Kumi. Analisa perempuan itu bisa saja benar atau salah. Ia merangkai dan merangkum semua kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terlewat di benaknya.Hmmm... jikalau ada orang lain yang secara tegas mengatas namakan Mbok Irah, dia pasti salah satu orang terdekat Shaka. Tapi siapakah dia? "Apakah kamu punya nomor telepon Mbok Irah?" Aji bertanya dengan tatapan memaksa."Iya, tapi untuk apa?" tanya Kumi dengan konyol."Aku mau mengajaknya kencan!" Aji kelihatan gemes. "Tentu saja aku mau mendengarkan suaranya supaya aku bisa tahu apakah yang menelponku itu beneran Mbok Irah atau penipu.""Suara Mbok Irah cempreng dan logat Jawanya medok," beber Kumi."Mana aku percaya. Sini kasih nomornya ke aku," pinta Aji tak sabar.Kumi meringis. "Ada tapi telpon dan laptopku masih diperbaiki, dan aku tidak tahu kapan selesainya."."Tidak bisakah kamu serius kali ini?" Aji mengerang."Memangnya dari tadi aku main-main? Telpon dan laptopku memang rusak, katanya masih m
Baca selengkapnya
Bab 167
Bab 167Mulut Kumi seketika terkunci. Ia sangat hapal suara Rio, sekalipun dia menggunakan aksen yang berbeda."Apa itu benar suara Rio?" tanya Aji, matanya nanar memandang Kumi."Jangan menatapku seperti itu, Aji. Kamu membuatku ketakutan," protes Kumi. Ia meremas-remas tangannya yang mendadak basah oleh keringat."Aku hanya mau meyakinkan, apakah itu suara Rio?""Sorry, aku tak terlalu yakin," sahut Kumi gamang. Kakinya masih bergetar. Ia bingung harus mengatakan apa.Wanita itu masih syok dan belum bisa berpikir jernih.Jika itu benar suara Rio, apa tujuan lelaki flamboyan itu sebenarnya. Selama ini hubungan pertemanan mereka nyaris tak pernah ada gejolak. Sikapnya pada Rio selalu baik, pun begitu dengan Rio.Ia suka membantu masalahnya bahkan meminjamkan dana jika lelaki itu butuh uang.Namun, mengapa Rio menginginkan dia mati dan melemparkan semua pekerjaan kotornya kepada Nenek?Bukankah Shaka dan keluarganya juga baik padanya. Dia bersahabat lama.dengan Shaka dan mendapatkan f
Baca selengkapnya
Bab 168
Bab 168Keesokan harinya saat Kumi mengambil laptop dan ponselnya di tempat servis. Pulangnya ia melewati jalan yang berbeda menuju rumahnya. Ia ingin mencari tahu tentang Uncle Pa.Kemarin ia ingat, Ibu dan Ayahnya datang dari arah timur. Wanita itu menduga rumah teman kedua orang tuanya itu berada di sebelah timur rumahnya.Tapi siapakah mereka? Ibu sama sekali tak pernah menceritakan soal teman barunya itu dengannya.Pelan-pelan ia menjalankan mobil di jalan menuju rumahnya seraya membuka kaca mobil. Matanya melihat ke kanan dan ke kiri dan melihat Tante Yuni sedang berjalan di hari yang panas.Karena kasihan Kumi berhenti dan menawari perempuan itu tumpangan."Mari saya antarkan pulang Tante," ajak Kumi ramah."Kok tumben kamu baik sama saya?" Yuni membuka pintu mobil dan duduk di sebelah Kumi.Kumi menarik napas dan tersenyum tipis. Dia mengabaikan sindiran pedas Yuni."AC-nya bisa dikencengin gak, saya kepanasan." Kumi menuruti. 'Tante dari mana?" tanya Kumi basa-basi melihat
Baca selengkapnya
Bab 169
Bab 169"Ibu tahu Nak, kamu sakit hati dengan perlakuan mereka dulu. Tapi itu adalah masa lalu dan kamu tak bisa membawa kebencian sepanjang sisa hidupmu," kata Ibu memberikan nasehat putrinya."Mereka sudah mendapatkan apa yang mereka tabur, dan kini kita harus mendukung mereka untuk menjadi manusia yang lebih baik," lanjutnya lagi dengan bijak.Kumi melengos. Dia belum bisa memaafkan begitu saja perlakuan mereka dulu. Kebencian-kebencian itu seperti menjamur dalam hatinya. "Kumi tidak mau, titik!"Wanita itu bergegas masuk kamar dan menutup pintu. Ia merebahkan dirinya di atas kasur. Ras penat menjalar di sekujur tubuhnya. Kepalanya pening.Kumi memijit keningnya sambil merenungi kata-kata Ibu. Ibu adalah orang yang paling baik yang ia kenal. Selama hidup Kumi, perempuan yang telah mengandungnya itu selalu mengajarkan hal-hal baik, memberikan cinta kasih dan tak menaruh dendam. Entah terbuat dari apa hati Ibu. Ibu selalu legawa menerima hidup dan cepat sekali memaafkan kesalahan o
Baca selengkapnya
Bab 170
Bab 170 Berita penangkapan Rio seperti sebuah palu yang menghantam keras dada Kumi. Dadanya menjadi sesak. Ia segera menutup telponnya tanpa berkata apa-apa pada Shaka. Sekujur badannya gemetar sedangkan ubun-ubunnya panas, menerima kabar buruk tentang Rio. Shaka kembali menelponnya, tapi ia mengabaikannya. Dirinya lebih memilih menenangkan diri di bawah pancuran. “Kumi… Kumi! Ada Nak Aji, ada berita penting katanya,” Ibu mengetuk pintu berkali-kali. Kumi hanya diam tak bersuara. Dia mendengar langkah Ibu yang menjauh dari kamarnya. Kemudian ia mendengar suara Ibu berbicara dengan Aji. “Kumi masih mandi Nak.” “Saya akan menunggunya Bu,” kata Aji. Dia datang bersama dua orang temannya yang berseragam preman. Ibu menjadi khawatir. Jarang-jarang Aji bersikap begitu kaku. “Apakah ada berita serius yang menyangkut Kumi?” “Iya Bu. Ada berita penting yang ingin saya sampaikan ke Kumi secara pribadi.” Sekonyong-konyong, Khandra berlari mencari ibunya yang duduk bersama Aji di teras.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status