Lahat ng Kabanata ng Gairah Liar Playboy Tajir: Kabanata 11 - Kabanata 20
116 Kabanata
Memelukmu Malam Ini
Mendengar suara Leon memanggilnya, Evita pun menoleh ke belakang. Mereka saling bertatapan dengan jarak 3 meter. Menunggu siapa dulu yang akan bergerak, akhirnya Leon yang menghampiri Evita. "Naiklah ke penthouse-ku, Eve. Aku ingin berbicara denganmu," ujar Leon lalu menggandeng tangan Evita dan berjalan ke lift.Evita menurut saja, dia masih merasa hampa karena baru saja mengakhiri hubungannya dengan Belvin yang telah berjalan sekitar 5 tahun.  Bagaimanapun dia telah berbagi banyak kenangan pahit dan manisnya sebagai kekasih dengan Belvin. Itu bukan hal yang mudah dilupakan."Kenapa kau terdiam dari tadi, Eve Sayang? Apa kau merasa sedih telah mengakhiri hubunganmu dengan Belvin?" tanya Leon menyelidik sambil melirik ke wajah Evita yang berdiri di sebelahnya.Evita berdehem, dia tak bisa berbohong. "Ya, itu tidak mudah bagiku."Akhirnya, mereka sampai di lantai 50. Mereka pun keluar dari lift dan menuju ke salah satu dari tiga pintu yan
Magbasa pa
Satu Dosis Sentuhan Intim
Ketika Evita menggeliat karena terbangun dalam posisi dipeluk erat oleh seseorang, dia pun tersadar bahwa semalam dia tidur di penthouse Leon bersama pria itu. Sementara itu kandung kemihnya penuh dan harus segera dikosongkan. Evita mencoba mengangkat lengan kekar Leon yang melingkari pinggangnya dengan posesif. Ternyata sangat kuat dan sulit dilepaskan. 'Apa Leon takut aku kabur?' batin Evita masih berusaha melepaskan dirinya dari dekapan Leon."Uumhh Eve, kenapa bergerak-gerak?" tanya Leon setengah sadar dan masih mengantuk."Leon, lepaskan aku kalau kau tidak ingin ranjangmu kuompoli, aku mau pipis sekarang!" ancam Evita karena sudah tak tahan lagi.Leon pun segera melepaskan lengannya dari tubuh Evita. Gadis itupun lari terbirit-birit ke kamar mandi. Akhirnya, kantuk Leon hilang karena Evita sudah beranjak dari sisinya. Dia pun melangkah ke kamar mandi untuk mengecek kondisi gadis itu."Kamu baik-baik saja 'kan, Eve?" serunya
Magbasa pa
Putus Urat Malu
"Hmmphh ... oohh my baby ...," erang Leon sembari menarik Evita menempel ke tubuhnya pagi itu.Dia tidak ingin berolahraga pagi seperti biasanya, dia masih ingin bermanja-manja dengan Evita.  Gadis itu sudah bangun dari tadi, tetapi lengan kekar Leon menahannya hingga tak dapat bergeser sedikitpun. Evita membelai belakang kepala Leon dengan lembut, itu salah satu jenis terapi untuk menaikkan kadar hormon endorfin yang bagus untuk mood booster. Evita tahu bahwa Leon adalah seseorang yang mudah marah, kecuali bersamanya mungkin, dia memang belum pernah melihat Leon marah. Namun, di histori data pasien yang didapat ketika mengisi kuisioner awal. Memang sangat parah, nyaris mengerikan, batin Evita. Hasil kuisioner itu memberikan data padanya bahwa Leon pernah memukuli orang hingga orang tersebut nyaris mati. Ada lagi menembak orang beberapa kali karena bersengketa, tetapi pihak kepolisian membebaskannya karena jaminan pengacara dan orang yan
Magbasa pa
Are You A Womanizer?
Demi menjaga kesehatan fisik dan mentalnya, Leon membiarkan Evita mandi sendiri. Rasanya dia tak sanggup menahan dirinya untuk tidak menyentuh Evita bila mereka sama-sama berada di bawah shower tanpa sehelai kain pun. Gadis itu benar-benar berbeda dengan gadis-gadis lain yang pernah dia kencani dan berakhir di ranjangnya. Biasanya segalanya begitu praktis tanpa melibatkan perasaan. Tapi, kali ini dia benar-benar seperti hilang akal. Seingatnya Evita sudah memintanya untuk bercinta dengannya sejak semalam. Namun, Leon masih ragu terus-menerus dan menolak permintaan Evita hingga gadis itu merajuk pagi ini.Leon berpikir mungkin sebaiknya dia meminta Adri memindahkan pakaian Evita ke penthouse miliknya. Dia ingin bersama Evita dan mengenalnya lebih dekat lagi. Mereka seperti orang asing satu sama lain. Dia pun teringat bahwa yang mengirim Leon ke praktik Dokter Evita adalah papinya.Ahh! Ini pasti rencana papinya untuk membuatnya mengejar Evita.
Magbasa pa
Dokter Cinta Membuatku Gila
Akhirnya, setelah pengendalian diri yang begitu kuat, Leon berhasil melepaskan Evita dan berangkat ke kantornya. Sepertinya baru kali ini dia mengalami jatuh hati pada seorang wanita, biasanya hanya tersangkut di mata dan tidak turun ke hatinya.Ketika keluar dari lift lantai 30 gedung kantor Indrajaya Realty cabang Jakarta Pusat, Adrian dan Giorgio, kedua sekretaris pribadinya itu berdiri menyambutnya. Adrian berkata, "Selamat pagi, Pak. Ada Pak Leonard menunggu di dalam ruangan Anda."'Baguslah, Papi pasti sudah mengetahui segalanya. Aku juga ingin bicara pada Papi,' batin Leon sembari tersenyum devilish smirk khas dirinya. "Oke, kalian tidak usah ikut masuk ke ruanganku. Aku ingin berbicara berdua bersama Papi," ucap Leon lalu segera memasuki ruangannya.Leonard Indrajaya sedang membaca koran bisnis di sofa di ruangan CEO yang tadinya dia tempati dan sekarang ditempati oleh Leon, putera keempatnya."Pagi, Pi. Sudah lama nunggu
Magbasa pa
Pede-nya Selangit
"Adri, aku ingin kamu kemasi pakaian Evita di apartmentnya, tak perlu semua, sebagian saja. Aku masih belum paham seperti apa selera mode Evita jadi belum berani membelikannya baju. Huft!" ujar Leon lalu menghela napas pendek sembari menyangga kepalanya dengan tangan di meja."Baik, Pak. Berarti pakaian Nona Evita saya tata di walk-in-closet milik Pak Leon di penthouse?" tanya Adrian meyakinkan dirinya sendiri. Bos mudanya ini tidak pernah bertahan dengan satu wanita lebih dari semalam. Ini hal yang luar biasa bila ada wanita yang bisa menahannya lebih dari semalam. Adrian pun melirik ke Giorgio, rekannya sekilas yang sama herannya dengan dia. "Iya, tata saja di sana. Aku ingin Evita tinggal bersamaku sejak sekarang. Oya, carikan pengawal wanita profesional untuk mengawal Evita, 2 orang saja yang jago beladiri dan terbiasa menggunakan senjata api. Aku tidak ingin ada yang menjadikan Evita sebagai kelemahanku. Dia calon istriku," ucap Leon sambil meng
Magbasa pa
Sexual Healing
"Eve ... tunggu!" seru Leon seraya berlari-lari mengejar Evita ke parkiran Rumah Sakit Siloam International.Evita pun berhenti lalu membalik badannya ke arah Leon, dia bersedekap lalu berkata, "Apa lagi? Aku mau pulang, Leon."Napas Leon terengah-engah seperti hampir putus karena mengejar Evita. Dia baru kali ini harus mengejar seorang wanita, biasanya wanita yang melemparkan dirinya pada Leon. "Kau harus pulang denganku ke tempatku," ujar Leon praktis.Evita mengerang lalu menjawab, "NOOO! Aku tidak membawa baju ganti dan aku baru pulang dari rumah sakit. Ehmm ... banyak kuman, kau pasti tahu itu."Leon menyeringai penuh kemenangan. "Bajumu sudah kuangkut ke penthouse tadi siang," ujarnya."Apa kau kurang kerjaan, Leon?!" tukas Evita setengah heran dan juga kesal tentunya. "Dokter Cintaku ... Lamborghiniku siap mengantarmu pulang," jawab Leon sambil mengulurkan tangannya pada Evita.Tingkah Leon yang konyol itu ka
Magbasa pa
Ingin Kabur Dariku?
Sesudah mandi sore, Leon mengajak Evita turun ke lantai 20 Nirwana Amanjiwo Tower untuk berbelanja pakaian. Dia mengajak pengawalnya seperti biasa karena mereka ada di tempat umum. Toko pakaian yang akan mereka masuki benar-benar dikosongkan dari pengunjung lainnya oleh para pengawal Leon.Evita sedikit merasa aneh dan tidak biasa dengan pengaturan seperti itu. Namun, dia membiarkannya karena memang sudah menjadi kebiasaan Leon yang seperti sultan, segalanya serba extraordinary."Eve, aku ingin kau memakai lingerie kalau tidur bersamaku," ujar Leon sembari memilih lingerie yang digantung di rak baju butik khusus wanita itu. "Terserah," balas Evita sembari berjalan ke arah baju santai wanita. Dia melihat-lihat midi-dress dan maxi-dress yang bisa dipakai segala suasana formal dan non-formal. Dia pun memilih beberapa dress di situ."Saya bawakan, Nona Evita," ucap salah satu pengawal Leon sambil membawa tas belanja.Evita menatapnya lalu menaruh
Magbasa pa
Cinta yang Posesif
"Kenapa terkejut? Apa kau tidak suka kalau aku mencintaimu, Eve?!" protes Leon mengerutkan alisnya dengan ekspresi kesal."A--aku ...," jawab Evita antara speechless dan bingung harus menjawab apa.Leon mendesah lelah lalu memunggungi Evita. Beberapa menit hening tanpa sepatah kata pun terucap lalu Evita memeluk tubuh Leon dari belakang sambil berbaring di ranjang.Leon pun tersenyum puas, taktiknya kali ini berhasil. Dia pun berkata, "Untuk apa kau memelukku kalau tidak mencintaiku, Eve?""Aku ... akan belajar ... mencintaimu, Leon," jawab Evita dengan putus-putus dan hati berdebar-debar. Leon bisa merasakan detak jantung Evita yang kencang di punggungnya karena dada wanita itu menempel rapat di punggungnya. Sentuhan tubuh Evita mengirimkan sensasi yang begitu kuat di tubuhnya. Benar-benar sulit untuk dipahami kenapa bisa begitu.Dia pun membalik badannya menghadap Evita lalu menyusuri leher hingga turun ke bulatan cantik
Magbasa pa
Ancaman Pembunuhan
Ketika Leon terbangun di pagi hari, hal pertama yang dia lakukan adalah menarik tubuh Evita lebih erat ke dalam dekapannya. Dia suka aroma lavender yang menguar dari tubuh hangat dan lembut itu. "Aahhh ...Leon, kau terlalu kencang memelukku!" protes Evita yang tak berkutik ketika lengan kekar Leon membelitnya seperti gurita dan itu teramat posesif rasanya di tubuhnya."Leon Cintamu ini kecanduan tubuh indahmu, Eve, jadi bertahanlah sebentar ... mmmhh!" balas Leon dengan nada mengantuk manja.Evita pun mengalah dan berdiam diri dalam pelukan Leon sekalipun dia sudah sepenuhnya membuka matanya di atas ranjang.Bibir Leon mulai nakal mengecupi ceruk leher hingga tulang belakang punggung Evita yang halus. Hal itu mengirimkan deburan gairah di dalam tubuh Evita, sentuhan bibir Leon kelewat mesra dan membuatnya mendambakan kembali penyatuan seperti tadi malam."Aaaakkhhh ... Leon Cintaku! Ohhh ... aku ingin seperti yang semalam. Kumohon ... aaahhh!
Magbasa pa
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status