“Beristirahatlah..” ujar Brian, membuyarkan lamunan Nayra di depan pintu rumah keluarga Roland yang baru saja ditutup Ibu Ann.Kepala Pembantu rumah tersebut, segera membawa barang-barang Nayra berupa koper berukuran 22 inchi dan tas tangan ke kamar Nayra, diikuti si pemilik barang.“Kami sudah menyiapkan banyak makanan kesukaan Nona, apa Nona ingin memakannya langsung sekarang atau beristirahat lebih dulu?” tanya Ibu Ann, setelah meletakkan barang-barang Nayra di kamar.Nayra tersenyum kecil. Makanan memang selalu menjadi penghiburan Nayra saat lelah, terutama jika ditambah pengalaman buruknya beberapa hari lalu itu.“Aku akan memakannya sekarang!” seru Nayra, membuat Ibu Ann seketika tersenyum lebar, mendengar makanan yang sudah ia siapkan akan segera disantap oleh orang yang ia inginkan menyantapnya.Meskipun sudah menempuh perjalanan jauh selama 5 jam dari Kota Bailey ke Kota Lexington, tapi Nayra ingin menghargai usaha para pembantu di rumah itu untuk menyambutnya kepulangannya,

“Nayra, boleh aku pinjam ponselmu? Baterai ponselku habis, sedangkan aku harus menghubungi sekretarisku untuk menyiapkan beberapa berkas..” tanya Lucy, saat ia dan Nayra sedang beristirahat di kantin studio game Allison Tech. Sementara Brian masih mengobrol dengan beberapa direkturnya di ruangan lain.“Tentu!” Nayra memberikan ponselnya tanpa ragu. Setelah beberapa saat, Lucy mengembalikan lagi ponselnya.“Cukup kirim pesan saja? Tidak telepon?” tanya Nayra, memastikan karena ia hanya melihat Lucy mengirim pesan pada sekretarisnya itu.“A-ah.. ya! Dia selalu on kok..” ujarnya, begitu menyerahkan ponsel Nayra pada pemiliknya.Nayra mengangguk kecil.Beberapa menit setelahnya, saat mereka masih berdua di kantin itu, Lucy kembali bicara.“Ah! Mmm.. Aku lupa.. ada yang mau aku diskusikan denganmu!” “Diskusikan apa?” Nayra memiringkan kepala.Lucy belum menjawab dan hanya menggoyang-goyangkan kakinya yang duduk di samping Nayra, sampai beberapa orang memasuki kantin itu.“Bisa kita mengo

Keheningan aneh meliputi seluruh hamparan tanah dan langit yang gelap, tempat gudang kecil di mana kelima orang itu berdiri tegang.Berkencan bertiga? Seketika, pertanyaan itu memenuhi kepala keempat orang yang kebingungan, begitu Rehan selesai mengatakannya secara santai.“Apa yang kau coba lakukan?!” Brian mendorong tubuhnya pada Rehan dengan mata memerah, setelah terus menahan semua kemarahan pada apa yang terjadi malam itu.“Tidak ada di antara kita yang akan menyerah, ‘kan? Jadi biar Nayra yang nantinya memutuskan, siapa yang akhirnya akan ia pilih di antara kita, setelah ia mencoba berkencan dengan kita berdua, sekaligus!” jelas Rehan, sambil mengangkat wajahnya yang setinggi Brian, seolah ia cukup percaya diri untuk memenangkan hati Nayra pada akhirnya nanti.Brian mendengus, muak dengan kepercayaan diri yang begitu tinggi dari sepupu asli yang lebih mirip musuh bebuyutan itu. “OKE!” Kali ini Brian yang menunjukkan kepercayaan diri, melalui suaranya yang keras, hingga bisa did

Kencan Nayra dan Rehan berakhir dengan pingsannya Rehan di pundak Nayra, karena kedinginan ekstrim yang melandanya.Tanpa Rehan tahu, kedinginan Rehan tersebut justru membawa kehangatan aneh bagi Nayra. Tidak hanya di tubuh Nayra yang dilapisi handuk besar karena pengorbanannya, tapi juga di hati Nayra yang berusaha keras agar selalu terkunci untuk siapapun.Namun beberapa hari setelahnya, Nayra masih harus menjalani kencan lain dengan Brian. Kencan yang tidak bisa Nayra tebak akan seperti apa, karena tidak ada petunjuk sama sekali, berbeda dengan kencannya dengan Rehan.“Sudah sampai!” seru Brian, setelah berkendara selama hampir 2 jam ke Kota Brighton yang tepat bersebelahan dengan Kota Lexington.Ini pertama kalinya Nayra pergi ke kota yang juga disebut sebagai kota kedua para elit Bexley State.Kota ini masih cukup hijau dibanding Kota Lexington yang sudah dipenuhi gedung pencakar langit. Oleh karena itu, di sini cuacanya cukup dingin dan bersih, sehingga selalu dipilih sebagai te

Begitu Serena sampai di kantor Carver Group, tepatnya di depan meja Kepala Sekretaris CEO, Serena langsung melayangkan tamparannya pada Martha yang dikelilingi para karyawan lain.Semua orang tersentak, terutama ‘korban’ dari tamparan tersebut.“Beraninya kau mengotori nama Rehan!” teriakan Serena segera memenuhi seisi lantai kantor Rehan.Sedangkan penghuni utama lantai tersebut, masih menaiki lift bersama pendiri perusahaan ini, ketika Martha mulai membalas teriakan Serena dengan desis yang hanya bisa didengar mereka.“Apa Nyonya harus berbuat seperti ini, di sini?” Martha masih berusaha menahan diri dari kemarahan yang memenuhi seluruh tubuhnya. Karena tanpa diketahui siapapun, hubungannya dengan Serena bukan sekedar antara karyawan dan bos –secara tidak langsung. Melainkan antara kawan yang sudah bekerjasama sejak beberapa bulan lalu.“Memangnya kenapa?! HAH?!” Serena yang selalu tempramental, tidak menyadari bahwa Martha bisa membeberkan rahasia mereka selama ini.Martha pun berj