All Chapters of TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU: Chapter 111 - Chapter 120
123 Chapters
111. Antah Berantah
Alana Point of ViewAku terbatuk pelan saat partikel micro yang entah apa terasa seperti menggelitik tenggorokan. Punggung tanganku masih cukup peka untuk merasakan ada sesuatu yang lembab menempel di kulit sekaligus sekelilingku. Bau disini benar- benar tidak dapat aku definisikan, seperti kayu lapuk dan busuk yang samar menyapa penciuman.Yakin sekali bahwa mata ini sudah terbuka sempurna, namun sesuatu menghalangi pandanganku sehingga semuanya masih gelap. Nyeri mulai terasa di punggung dan juga pergelangan tangan yang terikat dibelakang tubuh. Selain itu aku yakin pergelangan kakiku juga terikat. Rasa kebas merayap di beberapa bagian tubuh.Terbangun di lingkungan yang sama sekali tidak familiar bagiku. Dimana ini? Mengapa aku tiba- tiba berada di antah berantah? Samar- samar pendengaranku menangkap suara derap kaki yang seolah mendekat. Aku tidak berusaha menggerakkan tubuhku lagi karena semua tetap sia- sia. Ikatan kencang itu tidak akan terlepas hanya dengan menggeliat."Kamu
Read more
112. Alasan Sebenarnya
"Aku seperti tidak mengenalmu sama sekali sekarang."Dilafalkan dengan nafas kecewa. Namun bagaimanapun respon Saddam tidak sama sekali menggoyahkan wanita muda yang kini tengah duduk di sebuah sofa usang ruangan gelap tersebut. Bibir merahnya merekah naik, menarik sebuah garis licik yang dia tontonkan dengan sempurna. "Kamu memang tidak pernah mengenalku sama sekali," balasnya santai.Saddam menarik nafas dalam. Dia tidak pernah berpikir bahwa Evanny Wijaya yang dia kenal akan berlaku nekat lebih dari sebelumnya. Maksudnya, Saddam tahu bahwa Evanny merupakan wanita yang nekat, namun dia tidak menyangka wanita itu lebih gila dari yang dia bayangkan.Setelah sekian lama menghilang untuk menghimpun kekuatan baru, Saddam hampir tak pernah bertemu anak tirinya itu. Dia sibuk menyembunyikan beberapa puing sisa kejayaan yang sempat dikumpulkan sebelumnya. Setidaknya Saddam harus mengatur semua uang itu untuk masa depannya juga.Baru bulan kemarin akhirnya dia menghubungi Evanny yang ternya
Read more
113. Menjemput Alana
Kegaduhan tak terelakkan terjadi. Begitu menyadari bahwa istrinya yang berharga berada dibawah kegilaan Evanny Wijaya, Arkasa tak henti- hentinya merutuk marah pada siapapun yang dia anggap telah lalai menjaga Alana—terutama dirinya sendiri.Harusnya hari itu dia menjemput istrinya, namun karena meeting sialan yang tidak bisa ditinggal, terpaksa Arkasa menugaskan supir. Namun entah mengapa kejadiannya justru jadi seperti ini.Beberapa berkas melayang berantakan saat Arkasa tak bisa lagi berhenti menyalahkan diri sendiri. Dia akan membenci diri seumur hidup jika sesuatu sampai terjadi pada istri dan calon buah hatinya itu."Kita tahu apa yang dia inginkan, namun saya rasa kita tidak bisa gegabah," ujar Arta yang hanya bisa diam menyaksikan bosnya mengamuk di kantor.Mata elang Arkasa memerah marah. "Siapkan saja berkasnya! Kalau ayah bertanya, biar aku yang bertanggung jawab. Saat ini keselamatan istri dan anakku adalah yang terpenting," ujarnya memerintah.Arta tak bisa berkata apapun
Read more
114. Tragedi
"Kalian tahu, aku sama sekali tidak main- main!"Ada seringaian menyeramkan yang terbit dari garis bibir wanita dua puluh tahunan itu. Dia cukup berani untuk menggenggam sebuah pistol limited edition yang dibuat khusus sesuai pesanan pembelinya.Saddam pernah melihatnya. Pistol tersebut merupakan salah satu benda koleksi paling mahal milik Tuan Wijaya yang dipajang di ruang kerjanya. Harga benda tersebut mungkin mencapai ratusan juta rupiah. Entah kapan Evanny berhasil menyelinap dan mengambilnya.Selain karena pistol yang ditodongkan olehnya, mereka juga terfokus pada Alana yang mendadak terbatuk dengan mengeluarkan cairan merah dari dalam mulutnya. Selain itu, pergerakan Alana makin lama makin terbatas, seolah tubuhnya menjadi kaku dan membatu.Arkasa menggenggam jemari istrinya yang terasa dingin. Bibirnya menganga sedikit seolah ingin mengatakan sesuatu namun tak sampai. "Jangan bilang kamu menggunakan zat itu lagi padanya?" Saddam berteriak frustasi. Satu ketakutannya mungkin te
Read more
115. Ditampar Kenyataan
Derap langkah flatshoes mahal itu menyerbu lorong dengan tergesa. Ditengah keramaian yang cukup padat, wanita parubaya itu membelah lorong buru- buru. Bau khas rumah sakit menemaninya sepanjang perjalanan hingga akhirnya sampai dalam sebuah lorong yang lebih sepi. Diatasnya tertulis ruangan utama khusus VVIP.Nyonya Pradipta masuk kedalam ruangan tanpa bisa membendung kekhawatiran yang nampak jelas di wajahnya. Segera setelah ia menerima kabar mengenai kejadian naas tersebut, dia langsung mengambil penerbangan tercepat untuk kembali ke kota asalnya. Dia berhambur memeluk suaminya yang sudah lebih dulu berdiri cemas di depan pintu bersama dengan besannya. Ayah dan bunda Alana jelas nampak terpukul akibat kejadian yang begitu tiba- tiba ini. Nampak juga Arta yang Rosaline mondar- mandir panik sembari sesekali menerima telepon entah dari siapa."Bagaimana keadaan mereka?" Sebagai satu- satunya yang masih bisa menampakkan sedikit ketenangan, Tuan Pradipta membelai punggung istrinya yang
Read more
116. Ketegangan Berlanjut
Masih percaya kekuatan takdir?Katanya, tidak semua yang kita inginkan bisa didapatkan dalam hidup ini. Bahkan ketika manusia mengklaim telah melakukan beragam usaha hingga titik darah penghabisan. Jika memang bukan itu jalan yang digariskan, maka tak akan tercapai jua.Di satu sisi, kalimat tak ada hasil yang menghianati proses juga masih relevan. Banyak orang yang harus melewati beragam kesulitan dan rintangan untuk mencapai tujuannya. Waktu yang diperlukan pun tidak main- main. Namun pada akhirnya dia juga mencapai hasil akhir yang indah. Meskipun mungkin tidak sesuai dengan rencana awalnya.Namun yang menjadi benang merahnya sekarang adalah seberapa realistis tujuan yang ingin manusia capai? Sekalipun telah berusaha dengan keras, apakah cara yang digunakan memang cara yang benar dan sudah seharusnya?Hidup itu mudah dan juga sekaligus sulit. Manusia dituntut untuk tidak mudah menyerah, namun juga diminta untuk tetap realistis. Sejatinya, tak ada usaha yang sia- sia. Kadangkala ki
Read more
117. New Life
Beberapa manusia dengan pakaian serba hitam mulai berjalan menjauhi pusara. Aneka karangan bunga turut menghiasi disana. Suasana haru juga terasa karena sedari tadi terdengar isakan tangis di beberapa sudut. Dibawah langit cerah yang tak begitu terik, seorang laki- laki bertubuh atletis meletakkan karangan bunganya. Duduk bersimpuh menatap pusara yang benar- benar baru ini. Dia menundukkan kepalanya, memberikan doa dan sebuah penghormatan terakhir untuk yang berada dibawah batu nisan. "Aku harap, kamu dapat beristirahat dengan tenang." Ia meletakkan buket bunga putih menemani karangan yang lainnya juga. Tubuh jangkungnya sempat tersentak kaget saat merasakan sepasang tangan dengan jemari lentik menekan bahunya. Arkasa menengadah menatap kaget sosok yang kini tersenyum kecil kearahnya. "Aku juga ingin mengucapkan salam perpisahan kepadanya." Meskipun ada banyak yang berkecamuk di kepala, Arkasa membiarkan wanita disebelahnya untuk mulai bersimpuh. Menyentuh nisan dan tersenyum
Read more
118. Terenyuh
Alana Point of View "Makan dulu yuk, Al!" Mas Arka muncul dari balik pintu sembari tersenyum teduh kearahku. Aku yang baru saja meletakkan Arsena di ranjang bayi hanya membalasnya dengan sebuah senyuman simpul. Dia merangkul bahuku hangat sembari menggiring menuju ruang makan. Ini sudah pukul sebelas malam. Keluarga kami baru saja pamit kembali ke rumah masing- masing setelah hampir seharian bermain bersama disini. Tadinya mama, bunda, dan Adara mau tinggal, namun kompak aku dan Mas Arkasa larang. Kami tahu, kalau mereka semalaman disini pasti akan ikut begadang dan lelah. Mama dan Bunda sudah terus berada di rumah sakit selama aku dirawat disana, sementara Adara benar- benar baru saja sampai setelah sekian belas jam penerbangan. Akan lebih baik jika mereka istirahat dengan nyaman malam ini. Banyak sekali ilmu yang kudapat dari mereka yang tentu sudah lebih berpengalaman. Mama dan bunda terutama banyak memberikan wejangan dan tips tentang dasar- dasar merawat bayi. Sebelumnya a
Read more
119. Satu Lagi
"Baju yang biru aja deh, Al! Lebih lucu! Eh tapi yang kuning kelihatan lebih mencolok! Duh, yang mana ya?"Adara saat ini turut membantu atau lebih tepatnya merecoki Alana di rumahnya. Dia sedari tadi bingung sendiri menentukan baju mana yang akan digunakan Arsena hari ini. Padahal seluruh baju yang dipilih merupakan hadiah dari Adara. Saking banyaknya, Adara sendiri jadi bingung mau memilih yang mana untuk dipakai ponakannya itu hari ini.Alana hanya bisa menggeleng- gelengkan kepala karena tingkah adik ipar sekaligus sahabatnya itu. Dia sudah selesai mengoleskan telon dan lain- lain di tubuh putranya, namun Adara yang sedari tadi kekeuh ingin memilihkan baju justru masih bingung sampai mengeluarkan semua pakaian di atas tempat tidur."Yang mana aja, Dar! Kita kan lagi gak mau kemana- mana juga. Kenapa kamu jadi rumit begitu??"Alana melangkah melewati kebingungan Adara sembari mengambil satu stel pakaian berwarna biru cerah disebelah sahabatnya. Melihat Alana menentukan pilihan memb
Read more
120. Acara Resepsi
"Astaga Mas Arka!"Alana menggeleng- gelengkan kepalanya tak habis pikir. Dia baru saja selesai menyiapkan setelan pakaian untuk keluarga kecilnya ketika menyadari bahwa dua jagoannya belum juga keluar dari kamar mandi setelah hampir tiga puluh menit. "Mas! Sudah selesai belum?""Sepuluh menit lagi, Al!"Ibu satu anak itu berdecak sembari berkacak pinggang. Sebelumnya juga Arkasa sudah memberikan jawaban yang sama, namun sampai sekarang mereka berdua tidak kunjung keluar kamar mandi. Dari luar saja Alana sudah bisa mendengar riuh tawa dua jagoannya itu berpadu dengan suara air, putranya bahkan sampai cekikikan senang. Alana memang memberikan mandat pada sang suami untuk memandikan Sandi selagi dia menyiapkan pakaian dan beberapa keperluan untuk dibawa. Namun sepertinya dia lupa bahwa setiap kali Arkasa dan putranya itu bersatu pasti akan ada keriuhan dari kekompakan nakalnya mereka."Lho, belum selesai mandinya?"Alana setengah melotot saat membuka pintu kamar mandi. Menemukan bahwa
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status