All Chapters of TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU: Chapter 91 - Chapter 100
123 Chapters
91. Berita Pagi
Terbangun dengan sedikit pening dan perasaan mengganjal jelas bukan sesuatu yang menyenangkan bagi pagi hari Alana. Matanya mengerjap beberapa kali saat perlahan menyesuaikan sinar yang menyerang. Pemandangan pertama yang dia dapati adalah Arkasa Dean yang tengah mengenakan kemeja di depan cermin. Alana melirik jam dinding, ini pukul setengah tujuh pagi dan Arkasa sudah hampir siap dengan pakaiannya. Beberapa detik dia terdiam sampai akhirnya sadar akan sesuatu. Dengan sigap dia menyingkap selimut hendak berjalan keluar kamar."Mau kemana?" tanya Arkasa yang meliriknya dari pantulan cermin.Alana merapikan pakaian tidurnya, "aku belum nyiapin sarapan. Kamu harus ke kampus dulu kan pagi- pagi sebelum ke kantor?"Hari ini memang rencananya lelaki itu mengurus beberapa hal di kampus tempatnya mengajar sebelum secara penuh bekerja di perusahaan. Arkasa tersenyum tipis, dia menarik Alana perlahan untuk kembali duduk di ranjang. "Gak apa, sarapan roti aja bentar biar cepet. Kamu isti
Read more
92. Gang Sebelah Kampus
"Kalau nanti misalnya kami minta tolong untuk hadir sebagai pembicara untuk mengisi seminar, masih bisa, pak?" Arkasa yang tengah memasukkan beberapa barang kedalam kotak tersenyum tenang menanggapi pertanyaan salah satu staf universitas."Tentu, dengan senang hati pasti saya hadir," balasnya. Beberapa dosen dan juga staf yang sering bergaul dengannya berkumpul sembari memberi beberapa kenang-kenangan untuknya. Seolah juga belum rela Arkasa pergi dari kampus secepat ini. Mereka menyayangkan tenaga cekatan dan kompeten seperti Arkasa harus hengkang. Tapi mau bagaimana lagi? pada awalnya pun mereka juga sangsi mengapa putra konglomerat negeri memilih menjadi dosen dibandingkan meneruskan perusahaan keluarga. Sedikit banyaknya mereka tahu hari ini akan tiba.Setelah menemui Rektor Universitas untuk pamit, Arkasa langsung kembali ke ruangannya guna mengambil beberapa dokumennya. Sebenarnya surat pengajuan pengunduran diri sudah dia kirimkan jauh sebelumnya, hari ini dia hanya berpamitan
Read more
93. Kurang Update
Begitu Arkasa masuk kedalam ruangan rapat, auranya sama sekali tak bisa terbendung. Orang- orang yang tadinya masih saling berbincang langsung terdiam dan menyambutnya sopan. Netranya memindai sekeliling ruangan, melihat bagaimana para ketua divisi seperti menatapnya salah tingkah. "Baik, karena ini kali pertama saya disini, saya harap kita semua dapat saling membantu," ujarnya lantang dan tegas. Lambat laun tatapan asing tersebut dapat diredam, semuanya tenggelam dalam perbincangan serius pasal perusahaan. Rapat sekitar enam puluh menit itu pun berjalan dengan lancar tanpa hambatan berarti. Arkasa dan Arta meninggalkan ruangan rapat menuju ruangan kerja milik Arkasa. Ruangan tersebut sudah dipersiapkan sedemikian rupa, beberapa barang ataupun dokumen yang sebelumnya berada di rumah pun sudah dia letakkan di kantor. Setelah ini Arkasa akan lebih fokus mengurus pekerjaan disini.Netranya menatap tiap sudut ruangan yang terus mengingatkannya pada masa kecilnya dahulu. Masa-masa dima
Read more
94. Aman Terkendali
Selimut bulu tebal menyelimuti tubuh ramping yang kini rebahan santai di depan televisi berukuran 70 inchi. Layar besar itu memutar satu judul film yang direkomendasikan salah satu platform berbayar. Meja bulat disebelahnya menyangga coklat panas dan beberapa makanan ringan. Sungguh hari santai yang jarang sekali bisa Alana Diandra rasakan.Tidak seperti kelihatannya, wanita itu sesungguhnya tak seratus persen fokus pada tayangan. Jemarinya sibuk memberi instruksi pada Rosaline tentang apa- apa saja yang perlu gadis itu lakukan selama Alana tak bisa berada di kantor. Selain itu, dia juga beberapa kali memantau perkembangan akun berita dan gosip.Berita tadi pagi tentu memberi sumbangsih besar terhadap gonjang-ganjing perusahaannya. Namun bukan Alana namanya jika tidak punya rencana cadangan terhadap segala hal. Meskipun mertua dan orang tuanya juga turut khawatir, Alana hanya bisa meminta mereka untuk tenang dan menunggu segalanya berjalan kondusif. Meski tidak melakukan apapun untuk
Read more
95. Pekerja Paruh Waktu
"Bu Alana mau istirahat saja? Kelihatannya pucat sekali." Rosaline menyadarkan Alana kembali dari pikirannya yang mengelana dalam. Wanita itu tersenyum singkat sembari menggelengkan kepalanya. "Aku baik- baik saja. Kamu tidak perlu khawatir," balasnya. Meskipun begitu, Rosaline tetap khawatir dengan kondisi atasannya tersebut. Dia bergegas meminta salah seorang office boy untuk membuatkan teh jahe dan bubur. Dia tahu Alana belum makan siang sama sekali. Ditambah lagi, dia memergoki sang bos beberapa kali bolak-balik kamar mandi untuk muntah. "Atau mau saya panggilkan Pak Arka untuk menjemput?" saran Rosaline yang mendapat gelengan keras lagi dari Alana. "Jangan! Jangan hubungi dia. Aku baik- baik saja," terang Alana lagi. Alana tidak bisa menemui Arkasa dalam keadaan begini setelah pertengkaran mereka dua hari lalu. Setelah hari itu, Alana bahkan belum bertemu Arkasa lagi di rumah. Lelaki itu benar- benar marah besar padanya dan tidak pulang ke rumah."Bagaimana aku bisa perca
Read more
96. Orang Hilang
"Kamu pasti berpikir sudah berada diatas awan, bukan?"Alana menyungginkan seutas senyuman miring meskipun tak ada satupun orang yang dapat melihatnya. Dia sudah tahu lambat laun si pelaku pasti akan menghubunginya. Satu panggilan masuk dari wanita yang namanya tengah disebut dimana-mana, Veronica Wijaya. "Memangnya apa yang aku lakukan? Apa hubungannya denganku?" tanya Alana dengan santai. Wanita dua puluh delapan tahun itu berani jamin bahwa semua kekacauan yang terjadi adalah ulah Veronica sendiri yang membuka celah. Segala pemberitaan yang menyeret Veronica pada akhirnya juga bukan tanggung jawab Alana sama sekali. Dia tak meminta siapapun untuk melakukan itu. Sekali lagi, Alana tak mau ikut- ikutan mengotori tangannya. Begitu panggilan ini masuk, secara tak langsung Veronica telah mengakui bahwa semua kekacauan ini berasal darinya. Niat hati ingin menyerang Alana tapi justru terperosok jatuh sendiri. Panggilan beberapa detik itu hanya ditanggapi santai oleh Alana. Pada akhirn
Read more
97. Berita Mencengangkan
Satu berita mencengangkan tiba- tiba kembali menghantam setelah Veronica menghilang secara misterius. Kegemparan meningkat, apalagi dunia maya yang masih mempertahankan nama Veronica Wijaya di puncak trending. Semua tentu terkejut. Wanita nyentrik dengan kepercayaan diri tinggi memilih bunuh diri setelah semua perbuatannya terungkap. Siapa sangka akan berakhir tragis seperti ini? Apa yang ditabur itu juga yang dituai. Bahkan setelah kematiannya pun, semua permasalahan selama hidupnya masih terus digoreng massa. Ucapan belasungkawa terus naik ke permukaan meskipun tetap saja masih ada tangan- tangan jahat yang mengirimkan ketikan pedas tanpa nalar. Meskipun semasa hidupnya wanita usia empat puluhan itu punya banyak sekali kejahatan, bukan berarti penghinaan untuk kematiannya bisa dibenarkan. Warga yang berlindung dibalik identitas palsu dan seenaknya menebar kalimat tanpa bisa dipertanggung jawabnkan itu benar- benar menyeramkan.Nama Alana Diandra Yasmin pun masih ikut dicatut. Ada
Read more
98. Dokter Kandungan
Ini semua mungkin hanya halusinasi.Alana duduk di sebuah kursi panjang ruang tunggu rumah sakit. Belum sepenuhnya pulih karena dia baru saja sadar dari pingsan. Beberapa denyutan nyeri yang bersarang di kepala menunjukkan eksistensinya membuat wanita dengan blazer coklat susu itu memejamkan lalu membuka kembali matanya. Sekretarisnya sedang menebus obat yang katanya telah diresepkan dokter. Ini mungkin sudah sepuluh menit sejak Alana keluar dari salah satu ruangan dihadapannya sekarang. Rosaline belum juga menunjukkan tanda- tanda kembali. Alana manyandarkan punggungnya lalu menghela nafasnya perlahan. Perkataan samar tadi bisa jadi hanyalah halusinasinya belaka. Dia baru saja sadar dari pingsan, jadi ada kemungkinan dia salah mendengar kalimat. Apalagi setelah itu dokter juga tak mengatakan apapun padanya, pun Rosaline yang hanya membawanya keluar ruangan lalu meninggalkannya lagi disini. Hamil? Kata itu belum sempat dia bayangkan. Ada perasaan campur aduk yang menyeruak saat men
Read more
99. Praduga
"Mama dengar hari ini kamu pergi ke rumah sakit, ya?"Alana masih sibuk membasuh piring memunggungi mertuanya saat pertanyaan itu menyapa rungunya. Dia sudah tidak heran lagi, mama mertuanya itu punya banyak mata-mata. Apalagi rumah sakit yang dia datangi tadi siang juga merupakan salah satu yang berada dibawah pengawasan khusus keluarga Pradipta. Untungnya ada suara gemericik air wastafel, Alana memilih untuk pura- pura tidak dengar. Sepulang dari rumah sakit, tepat sekali mama mertuanya menelepon. Katanya ingin berkunjung sekaligus membawakan sup kesukaan Alana. "Alana?"Kali ini dia tidak bisa mengelak lagi karena sentuhan dingin mama mertuanya jelas terasa di punggungnya. Alana mempersiapkan ketenangan dan senyum santai seperti biasa sebelum membalik tubuh. "Iya, kenapa ma?" melanjutkan berpura- pura. Alana kembali berjalan mengitari meja makan sembari merapikan beberapa peralatan makan yang tersisa. Hendak kembali menuju tempat cuci piring ketika sang mama justru menahan lan
Read more
100. Permohonan Maaf
Arkasa Point of View Setelah memastikan bahwa Evanny ditangani dokter, aku masih berdiam diri di sebuah kursi panjang rumah sakit. Tubuhku mungkin berada disini, namun segala macam pikiran aneh sudah mengacaukan hampir setengah kesadaranku. "Mau sampai kapan lari begini?" Arta yang baru saja kembali setelah membelikan sebotol minuman dingin kini ikut duduk disebelahku. Mengenal Arta selama bertahun- tahun membuatku menetapkan garis yang jelas padanya. Kalau sedang mengurus pekerjaan kami memang terlihat kaku dan formal. Namun diluar jam kerja, Arta adalah sosok kakak yang ikut memberi beragam masukan padaku. "Enggak tahu, Ta!" ujarku sembari mengacak lagi rambut yang mulai tak rapi. "Bertahun-tahun kenal, baru kali ini saya melihat versi gengsian Pak Arkasa. Gak kasihan lihat istri pucat begitu? Apalagi tatapannya pedih sekali tadi," ujar Arta yang kian menambah gemuruh pedihku. Bohong kalau aku bilang tatapan sendu Alana tadi tidak menyumbangkan sembilan puluh persen kegelisa
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status