Lahat ng Kabanata ng Ogan Prajurit Sriwijaya: Kabanata 21 - Kabanata 30
71 Kabanata
Apakah Ajalku Sudah Dekat?
“Kita harus pergi, tidak ada waktu lagi Ben,” teriak Iwan.   Beni sempat menatap Ogan yang terkapar. Matanya berkaca-kaca, dengan berat hati Beni masuk kembali.   Beni tancap gas, sementara pasukan itu berusaha mengejar, namun Ogan menghalangnya. Sebuah menara besar berhasil Ogan robohkan dengan menggunakan Akuadron. Lemparan jarah jauh itu mampu merobohkan menara itu hingga menghalangi jalan pasukan Bodem.   “Hehehe…”   Terlihat senyum berat dari Ogan sementara tetesan darah dari mulutnya telah keluar.  Kepuasan Ogan sangat terlihat hingga Profesor merasa jengkel.   “Dasar!”   Profesor melang
Magbasa pa
Penampakan Wajah Miranda
Miranda mengeluarkan asap-asap hitam yang berasal dari gedung rusak akibat dihancurkan oleh pasukan Bodem. Mereka terpana melihat wajah kota yang tercemar.   Iwan menjatuhkan kayu bakar yang ia genggam, sementara ia malah melongo. “Aku lupa membawa Bleki,” ucap Iwan pelan.   Beni mendengar suara lirih itu, “Siapa Bleki?”   “Tidak!”   “Dia hanya seekor anjing, aku baru membeli kemarin, ia tertinggal di rumah,” jawab Iwan.   “Bodoh!”   “Kenapa kau biarkan dia sendiri, dia bisa mati,” Beni mendekat sambil meninggikan nada.   “Kau gila?”   “Menyelamatkan diri sendiri saja hampir tidak bisa, Ogan menyelamatkan kita, kau ingat?” balas Iwan.   “Yaaa… setidaknya ada suara anjing di sini agar tidak sepi tempat ini,” Beni mengeluarkan ekspresi sedih sambil duduk lesu.   “Kita tak tau ap
Magbasa pa
Aku Tahu Ceritamu
Tiba-tiba satu tank dihempas oleh bongkahan batu, berkali-kali Bodem membantai kendaraan besi itu hingga tak berbentuk asli. Satu tank lagi meluncurkan peluru. Namun sayang, peluru tersebut ternyata dapat ditangkap oleh salah satu pasukan Profesor. Peluru berukuran besar itu lalu arahkan balik, menyadari benda itu kembali dua orang yang berada di tank itu buru-buru menyelamatkan diri. Boom! Ledakan tersebut cukup besar hingga cahaya ledakan itu berhasil dilihat oleh Beni. Pria itu melotot ke arah depan. Terlihat cahaya api yang mencolok di malam gulita. “Apa mungkin Ogan akan selamat? Beni menatap tajam. Iwan juga menyaksikan peristiwa itu lalu bergum
Magbasa pa
Akuadron Hilang
“Aku juga tidak percaya, di Miranda hanya kau yang tau tentang diriku,” Ogan menepuk pundak pria itu.   “Andai aku bawa ponsel, aku ingin mengabadikan momen ini,” ucap pria itu.   “Abadikan saja di dalam ingatanmu, kawan,” Ogan membalik badan lalu mendekat jeruji besi lagi.   Ogan mengangkat tangan kanan, ia berusaha memanggil Akuadron. Namun, Ogan seperti orang gila, berceloteh menyebut  Akuadron. Senjata pamungkasnya tak kunjung muncul.   “Akuadron!” teriak Ogan.   Orang di sekitar malah saling pandang, Ogan bertingkah aneh, sementara mereka berbisik tak jelas.   “Bangsat!” &n
Magbasa pa
Dia Menemukannya
Profesor mengarahkan tangan kanannya ke arah tentara yang baru saja mengisi amunisi. Energi memancar dari telapak tangan lalu menyentuh peluru sebesar lengan itu. Benda itu meledak hingga memporak-porandakan pasukan Miranda. Tak tanggung-tanggung, Profesor menyapu bersih pasukan Miranda itu dengan teknik yang ia gunakan sebelumnya. Para tentara itu terkena ledakan hingga terpental jatuh ke bawah  dari gedung yang berlantai 20. Profesor itu merentangkan kedua tangan lalu mengeluarkan suara ketawa mengerikan tanda kepuasan terhadap apa yang telah ia lakukan barusan. Pelan-pelan pasukannya yang sudah hampir habis itu kembali utuh. Kepingan-kepingan benda itu bergerak lalu menyatu membentuk tubuh hingga kembali sempurna. Pasukan itu memiliki kekuatan supranatural yang sanga
Magbasa pa
Katakan di Mana Ogan
Terdengar suara pintu bergetar hebat seakan mau jebol. Iwan terbangun dan langsung panik. Wajah paman Beni itu masih terlihat kusut, kedua matanya terbelalak kedepan. “Apa itu?” Iwan bergerak mendekati Beni yang sedang membawa semangkuk mie instan panas. Uap panas masih terlihat hingga menyentuh kulit wajah Beni. Brak.. brak! Suara pintu itu semakin keras, mereka juga makin takut seakan didatangi malaikat pencabut nyawa. Iwan yang belum apa-apa sudah basah. Sedangkan Beni mulai gemetar hingga suara getaran garpu dan sendok bersentuhan dengan mangkok itu terdengar nyaring. “Sepertinya pasukan itu kesini,” oceh Beni. “Waduh, gawa
Magbasa pa
Dia Masih Bernyawa
Beni menatap Mauli dengan ekspresi salah, sedangkan wanita itu makin penasaran. “Kau tenang dulu,” Beni menyodorkan telapak tangan menghadap Mauli. Dengan berat hati, Beni menjelaskan semua yang telah terjadi. Mendengar hal itu Mauli terpukul, ia tidak mengira mereka bakal meninggalkan Ogan sendiri. Tiba-tiba Mauli menatap Akuadron, ia lalu berbicara dengan benda itu. Mauli mengeluarkan pertanyaan inti terhadap permata tersebut. “Apakah Ogan masih hidup?” Benda itu awalnya tidak bereaksi apa pun, karena benda itu tidak tahu cara untuk menyampaikan informasi tentang Ogan. Benda itu bergerak mendekati Mauli lagi. “Sedang apa kau?” ucap Mauli heran dengan benda yang mendekatinya. Salah satu ujung tongkat itu menempel kening Mauli lagi. Seketika Mauli mendapat penglihatan tentang Ogan. Di dalam penglihatann
Magbasa pa
Mereka Terpojok
Dia duduk dengan tenang meski raut wajahnya terlihat panik. Dari tadi orang nomor satu itu meremat-remat telapak tangan. “Maka tempat ini akan menjadi kuburan bagi kita semua,” ucap Walikota. Kehebatan Profesor Garung bukan sekedar gosip belaka, orang yang pernah berfoto dengan Bapak Walikota itu telah menghancurkan sebagian Miranda. Pasukan logam itu menjadi barisan paling depan dalam menghancurkan gedung-gedung Miranda hingga terlihat kota mati. Makhluk itu lebih mengerikan dari zombie, Profesor  beserta pasukannya jadi hantu dan ditakuti penduduk Miranda. Pemerintah sudah putus asa dalam menghadapi Profesor yang kini menjadi penjahat nomor satu di Miranda. “Cepat atau lambat bajingan itu pa
Magbasa pa
Gawat! Miranda Dikuasai Profesor
Mereka kelimpungan setelah satu mobil melayang ke arah mereka, benda beroda empat itu membuat mereka kocar-kacir. Tak hanya itu, satu gapura depan juga mendarat di kumpulan pasukan manusia itu. Akibat serangan itu beberapa di antara terluka dan tak berdaya. Bahkan mereka sudah menjadi bulan-bulanan, satu pukulan saja lima orang langsung melayang ke udara. Suara jeritan dan rentetan peluru makin terdengar mencekam di telinga. Melihat hal tersebut Profesor hanya ketawa karena rencananya berhasil. Profesor hanya berdiri tegak menyaksikan pasukannya melumpuhkan manusia-manusia berseragam lengkap di barisan depan gedung Pemkot Miranda. Satu orang tentara melempar granat,  tetapi benda itu malah mental berbalik ke arah dirinya setelah mengenai tubuh pasukan Bodem.
Magbasa pa
Apa yang Akan Kau Perbuat?
Rekaman itu tersebar luas di media Miranda hingga semua masyarakat dapat menyaksikan pernyataan dari Walikota. Warga yang mendengar keputusan tersebut sangat terkejut dan mereka tidak setuju. Namun, mereka mengerti keputusan tersebut tidak mudah, bahkan mereka juga tidak mampu mengalahkan pasukan Bodem milik Profesor. Di suatu ruangan rumah salah satu penduduk Miranda, satu keluarga menyaksikan siaran tersebut. “Miranda akan hancur!” ucap pria botak dengan jenggot panjang. Ia duduk sambil menggendong seorang bayi. Mereka menyadari bahwa beralih kekuasaan pada orang tidak tepat dapat membuat negeri tersebut hancur. Apalagi Profesor adalah penjahat nomor satu yang dibenci oleh masyarakat Miranda.
Magbasa pa
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status