Lahat ng Kabanata ng Mengejar Cinta Ustaz Tampan: Kabanata 21 - Kabanata 30
43 Kabanata
BAB 21: Mulai Mengenal
Satu hari menjelang syutingMeninggalkan rasa penasaran mengenai hubungan Syukria dan Fajar, Dian mulai disibukkan dengan kegiatan baru yaitu menjadi bagian dari penanggung jawab produksi. Gadis itu ingin fokus dengan pekerjaan, karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Gatot bulan lalu, jika acara ini sukses maka ia akan dipromosikan menjadi redaktur.Dian melihat Fajar sedang fokus mempelajari materi yang akan dibahas dalam acara talkshow perdananya besok. Senyum menghias paras ketika dagu tertumpu di telapak tangan, dengan pandangan tidak lepas dari pria itu.Masya Allah. Ganteng banget sih. Udah gitu saleh juga. Idaman banyak cewek, batin Dian terkagum-kagum.Sesaat kemudian bola matanya terangkat ketika ingat dengan Aafiyah. Pikiran Dian mulai berkelana ke mana-mana. Tidak mungkin wanita seperti Aafiyah tidak tertarik dengan lelaki seperti Fajar.“Poin ketiga di
Magbasa pa
BAB 22: Kebimbangan Dian
Menjelang datang waktu Subuh, Dian uring-uringan di kasur. Perkataan Gatot kemarin berputar bagai kaset kusut di benaknya. Dia tidak menyangka kalau atasan yang selama ini terkenal idealis mengajaknya makan malam, berdua saja karena masalah pribadi.Gatot berusia 40 tahun dan masih single. Dia redaktur favorit di Yohwa.com and Magazine, karena memiliki jiwa pemimpin yang mengayomi bawahan. Meski terkadang galak, tapi sikap yang adil tanpa pilih kasih menjadikannya sebagai atasan yang disukai oleh bawahan.Dian juga ingat dengan reaksi Fajar yang mendadak lebih banyak diam, setelah Gatot kembali ke ruangan. Percakapan hangat yang tercipta sebelumnya tidak lagi menemani. Hanya keheningan menyapa mereka berdua hingga pria itu selesai membaca skrip keseluruhan untuk kedua kali.“Cemburu?” Dian cekikikan ketika pikiran konyol hinggap di kepala. “Nggak mungkin ah!”Setelah membuang napas singkat, Dian langsung mengubah posisi me
Magbasa pa
BAB 23: Sosok Perempuan yang Membuat Cemburu
Dian duduk termenung di meja kerja menanti datangnya waktu Zuhur. Mulai sekarang, ia terpaksa harus merelakan hari libur diambil satu hari demi kelancaran acara talkshow. Lagi pula, acara ini hanya tiga bulan setelah itu dia akan menikmati bekerja office hour sebagai redaktur.“Hayo lagi ngelamun apa?” Syukria tiba-tiba datang membuat Dian terperanjat.“Astaghfirullah.” Gadis itu mendelik nyalang seraya mengurut dada. “Kok masuk?”Syukria mengangkat bahu singkat, kemudian duduk di kursi kerjanya. “Lagi males di rumah, jadi ke sini deh lihat syuting acara Kak Dian.”“Acara gue apaan.” Dian menggoyangkan jari telunjuk. “Gue cuma ditugaskan urus keperluan Pak Fajar doang kok.”“Ya tetap aja Kakak ada andil di acara itu, ‘kan?” Syukria tersenyum seraya memiringkan kepala. “Pak Fajar udah datang belum?”“Belum. Ka
Magbasa pa
BAB 24: Pikiran yang Tidak Tenang
Dada Dian terasa sesak menyaksikan keakraban yang ada di depan mata. Tak hanya dengan Fajar, Aafiyah juga tampak dekat dengan Subroto. Sudah pasti hubungan mereka bukan hanya sebatas rekan kerja atau antara dosen dan mahasiswa.Dian memutar tubuh membelakangi ketiga orang tersebut. Gadis itu tidak ingin melihat hal yang menghadirkan nyeri di hati. Tanpa disadari kakinya maju dua langkah.“Kakak mau ke mana?” tanya Syukria menahan tangan Dian.Sementara Jamilah hanya memperhatikan reaksi Dian yang di luar dugaan. Biasanya gadis itu selalu tersenyum dan ceria. Paling tidak itulah yang bisa ia tarik kesimpulan setelah sekian kali berinteraksi dengannya.“Tolong temani Bu Jamilah, Syuk. Gue mau ke toilet,” jawab Dian menoleh sebentar dengan air mata menetes di pipi, lalu melepaskan pegangan tangan Syukria.“Kak,” panggil Syukria tanpa dihiraukan oleh gadis itu.Tilikan netra cokelat Syukria beralih ke arah Faj
Magbasa pa
BAB 25: Jodoh Tidak Akan Ke Mana
“Trus Fajar pergi gitu aja, tanpa ngomong maksud dia panggil lo?” tanya Keysa dengan mata membesar ketika Dian menceritakan kejadian tiga hari lalu.Dian menganggukkan kepala lesu, kemudian menopangnya dengan telapak tangan. Embusan napas lesu meluncur ketika gadis itu mengaduk jus alpukat menggunakan sedotan dengan tangan kiri.“Tau tuh Pak Gatot pakai acara ganggu segala. Udah gitu yang mau dikatakan juga nggak penting-penting banget.” Dian mendengkus kesal dengan mata menajam, lantas menegakkan kepala.“Cuma tanyain, kamu udah makan, Dian?” Gadis itu menirukan gaya bicara Gatot dengan nada setengah mencemooh.Keysa mendesah keras seraya menepuk pelan meja restoran junk food. Dia jadi ikut-ikutan kesal, karena niat Fajar untuk menyampaikan sesuatu jadi diurungkan.“Kalau ada di sana waktu itu, pasti udah gue seret si Gatot. Gangguin orang aja,” gerutu Keysa berang sambil menyingsingkan lengan kemeja
Magbasa pa
BAB 26: Skandal Menghebohkan
Tuduhan mantan pengguna narkoba, pengkonsumsi alkohol sampai berkencan satu malam dengan sejumlah perempuan dialamatkan oleh artikel tersebut kepada Fajar. Tidak hanya satu media yang memberitakan, ada banyak media online yang memuat berita yang sama. Skandal tersebut menghebohkan publik yang baru saja mengagumi sosok Fajar Faizan.Hal itu yang membuat hati Syukria hancur ketika membaca berita mengenai kakak kandungnya. Ya, kecurigaan Dian benar, wanita itu adalah adik dari laki-laki yang telah mencuri hatinya.“Masalah ini saya serahkan sama kamu, Dian. Kamu harus kerjasama dengan Syukria. Segera tuntaskan, karena saya yakin kamu pasti punya jalan keluarnya. Jangan sampai berita ini berpengaruh terhadap rating tayangan berikutnya! Saya beri kalian waktu dua hari,” instruksi Gatot serius sebelum mereka keluar dari ruangan tersebut.Sekarang, Dian dan Syukria berada di ruangan kecil yang tak berpenghuni. Syukria masih tersedu memikirkan betapa kejam m
Magbasa pa
BAB 27: Wujud Asli Fajar
“Kok diam?” Dian menoleh sebentar, lalu fokus lagi melihat jalan menuju daerah Cempaka Putih. “Jawab gue dengan jujur, Syuk. Please jangan bikin jantung gue copot.”Syukria mematut Dian lama. Tampak kegetiran dari raut wajah gadis itu sekarang. Dia juga melihat betapa tulus Dian mencintai kakaknya.“Syuk,” panggil Dian masih menunggu jawaban.“Paling nggak gue berhak tahu, apa masih ada harapan dan kesempatan buat gue.” Entah keberanian dari mana, gadis itu berbicara seakan tidak ada beban.Bibir Syukria perlahan terbuka ketika ingin menjawab pertanyaan Dian. Namun hal itu belum bisa terwujud, karena ponselnya bergetar.“Sebentar, Kak. Pak Gatot telepon,” kata Syukria melihat nama yang tertera di layar.Desahan pelan keluar dari sela bibir Dian ketika rasa penasaran masih belum terbayarkan. Gatot selalu saja menjadi halangan ketika mengetahui kebenaran. Terutama ketika Faja
Magbasa pa
BAB 28: Hijrah dan Hidayah
“Ma-maksud Bapak gimana?” gagap Dian ketika ingin memastikan pendapat yang bagaimana ingin didengarkan oleh Fajar.Pria itu menarik napas dengan pandangan pasih menatap karpet berwarna cokelat muda. Kedua tangan saling bertautan di bagian lutut kaki yang ditekuk.“Pendapat Mbak Dian pribadi,” jelas Fajar singkat tanpa menaikkan penglihatan.Darah berdesir di dalam tubuh Dian. Andai saat ini tidak ada Fajar, mungkin dia sudah jingkrak-jingkrak kegirangan, karena pria itu meminta pendapat pribadi, bukan dari sudut pandang wartawan.Calm down, Di. Jangan geer dulu, biar harapan nggak makin tinggi, batin Dian menyadarkan diri.“Oh, pendapat saya ya, Pak?” Dian kembali memastikan kalau kupingnya tidak salah mendengar.Fajar mengangguk ketika melirik ke arah Dian singkat.Gadis itu menarik napas panjang, kemudian menoleh sebentar melihat Syukria. Anggukan kepala diberikan oleh rekan kerjanya itu,
Magbasa pa
BAB 29: Memulai Lembaran Baru
“Oke. Beritanya udah dikirim ke Pak Gatot, tinggal proses editing trus rilis di web dan aplikasi. Mudah-mudahan sesuai dengan yang kita harapkan,” seru Dian seraya berharap tulisannya tadi bisa meredam berita-berita sebelumnya.Dian menuliskan perjalanan hidup Fajar mulai dari terjerumus narkoba, hingga akhirnya kembali ke jalan Allah. Tentu sekaligus sebagai klarifikasi berita yang sudah menyimpang jauh dari kebenaran. Tilikan netra hitam bulatnya berpindah ke arah Syukria, setelah memasukkan lagi laptop ke dalam tas.“Balik sekarang?” ajaknya dengan sebelah alis naik ke atas.Syukria bergumam sebelum menjawab. “Kakak udah makan belum?” tanya wanita itu kepada Fajar.Fajar menggeleng karena memang belum sarapan sejak tadi. Rencana ia akan makan bubur ayam di dekat kampus, tapi terpaksa diurungkan karena direktur memintanya untuk tidak datang dulu hari ini.“Lauk buat makan ada?” Syukria kemb
Magbasa pa
BAB 30: Sebuah Lamaran yang Akan Datang
Sepulang dari mengantarkan Syukria ke tempat tinggalnya di daerah Rawamangun, Dian langsung pulang ke Pulo Gadung. Beruntung jarak tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh dan jalanan juga belum macet, sehingga gadis itu bisa tiba di rumah dalam waktu cepat.Keinginan untuk berkunjung ke rumah Gita terpaksa dibatalkan, karena wanita itu tidak berada di rumah. Keysa juga bekerja hari ini. Alhasil Dian harus menghabiskan waktu lowong di rumah.Setelah memarkir mobil kantor, Dian langsung memasuki rumah. Pintu tidak dikunci, sepertinya Royati ada di rumah. Jadilah gadis itu menapakkan kaki di ruang tamu tanpa rintangan.“Tumben pulang siang?” Terdengar suara Citra yang sedang duduk di ruang tamu menonton televisi. Gadis itu memasukkan kacang polong ke mulut ketika menunggu jawaban dari Dian.“Lo juga tumben ada di rumah? Kagak kerja?” Dian malah balik bertanya.“Hari ini aye izin cepet pulang. Jam dua mau ke penjahit ngep
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status