“Trus Fajar pergi gitu aja, tanpa ngomong maksud dia panggil lo?” tanya Keysa dengan mata membesar ketika Dian menceritakan kejadian tiga hari lalu.
Dian menganggukkan kepala lesu, kemudian menopangnya dengan telapak tangan. Embusan napas lesu meluncur ketika gadis itu mengaduk jus alpukat menggunakan sedotan dengan tangan kiri.
“Tau tuh Pak Gatot pakai acara ganggu segala. Udah gitu yang mau dikatakan juga nggak penting-penting banget.” Dian mendengkus kesal dengan mata menajam, lantas menegakkan kepala.
“Cuma tanyain, kamu udah makan, Dian?” Gadis itu menirukan gaya bicara Gatot dengan nada setengah mencemooh.
Keysa mendesah keras seraya menepuk pelan meja restoran junk food. Dia jadi ikut-ikutan kesal, karena niat Fajar untuk menyampaikan sesuatu jadi diurungkan.
“Kalau ada di sana waktu itu, pasti udah gue seret si Gatot. Gangguin orang aja,” gerutu Keysa berang sambil menyingsingkan lengan kemeja
Tuduhan mantan pengguna narkoba, pengkonsumsi alkohol sampai berkencan satu malam dengan sejumlah perempuan dialamatkan oleh artikel tersebut kepada Fajar. Tidak hanya satu media yang memberitakan, ada banyak media online yang memuat berita yang sama. Skandal tersebut menghebohkan publik yang baru saja mengagumi sosok Fajar Faizan.Hal itu yang membuat hati Syukria hancur ketika membaca berita mengenai kakak kandungnya. Ya, kecurigaan Dian benar, wanita itu adalah adik dari laki-laki yang telah mencuri hatinya.“Masalah ini saya serahkan sama kamu, Dian. Kamu harus kerjasama dengan Syukria. Segera tuntaskan, karena saya yakin kamu pasti punya jalan keluarnya. Jangan sampai berita ini berpengaruh terhadap rating tayangan berikutnya! Saya beri kalian waktu dua hari,” instruksi Gatot serius sebelum mereka keluar dari ruangan tersebut.Sekarang, Dian dan Syukria berada di ruangan kecil yang tak berpenghuni. Syukria masih tersedu memikirkan betapa kejam m
“Kok diam?” Dian menoleh sebentar, lalu fokus lagi melihat jalan menuju daerah Cempaka Putih. “Jawab gue dengan jujur, Syuk. Please jangan bikin jantung gue copot.”Syukria mematut Dian lama. Tampak kegetiran dari raut wajah gadis itu sekarang. Dia juga melihat betapa tulus Dian mencintai kakaknya.“Syuk,” panggil Dian masih menunggu jawaban.“Paling nggak gue berhak tahu, apa masih ada harapan dan kesempatan buat gue.” Entah keberanian dari mana, gadis itu berbicara seakan tidak ada beban.Bibir Syukria perlahan terbuka ketika ingin menjawab pertanyaan Dian. Namun hal itu belum bisa terwujud, karena ponselnya bergetar.“Sebentar, Kak. Pak Gatot telepon,” kata Syukria melihat nama yang tertera di layar.Desahan pelan keluar dari sela bibir Dian ketika rasa penasaran masih belum terbayarkan. Gatot selalu saja menjadi halangan ketika mengetahui kebenaran. Terutama ketika Faja
“Ma-maksud Bapak gimana?” gagap Dian ketika ingin memastikan pendapat yang bagaimana ingin didengarkan oleh Fajar.Pria itu menarik napas dengan pandangan pasih menatap karpet berwarna cokelat muda. Kedua tangan saling bertautan di bagian lutut kaki yang ditekuk.“Pendapat Mbak Dian pribadi,” jelas Fajar singkat tanpa menaikkan penglihatan.Darah berdesir di dalam tubuh Dian. Andai saat ini tidak ada Fajar, mungkin dia sudah jingkrak-jingkrak kegirangan, karena pria itu meminta pendapat pribadi, bukan dari sudut pandang wartawan.Calm down, Di. Jangan geer dulu, biar harapan nggak makin tinggi, batin Dian menyadarkan diri.“Oh, pendapat saya ya, Pak?” Dian kembali memastikan kalau kupingnya tidak salah mendengar.Fajar mengangguk ketika melirik ke arah Dian singkat.Gadis itu menarik napas panjang, kemudian menoleh sebentar melihat Syukria. Anggukan kepala diberikan oleh rekan kerjanya itu,
“Oke. Beritanya udah dikirim ke Pak Gatot, tinggal proses editing trus rilis di web dan aplikasi. Mudah-mudahan sesuai dengan yang kita harapkan,” seru Dian seraya berharap tulisannya tadi bisa meredam berita-berita sebelumnya.Dian menuliskan perjalanan hidup Fajar mulai dari terjerumus narkoba, hingga akhirnya kembali ke jalan Allah. Tentu sekaligus sebagai klarifikasi berita yang sudah menyimpang jauh dari kebenaran. Tilikan netra hitam bulatnya berpindah ke arah Syukria, setelah memasukkan lagi laptop ke dalam tas.“Balik sekarang?” ajaknya dengan sebelah alis naik ke atas.Syukria bergumam sebelum menjawab. “Kakak udah makan belum?” tanya wanita itu kepada Fajar.Fajar menggeleng karena memang belum sarapan sejak tadi. Rencana ia akan makan bubur ayam di dekat kampus, tapi terpaksa diurungkan karena direktur memintanya untuk tidak datang dulu hari ini.“Lauk buat makan ada?” Syukria kemb
Sepulang dari mengantarkan Syukria ke tempat tinggalnya di daerah Rawamangun, Dian langsung pulang ke Pulo Gadung. Beruntung jarak tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh dan jalanan juga belum macet, sehingga gadis itu bisa tiba di rumah dalam waktu cepat.Keinginan untuk berkunjung ke rumah Gita terpaksa dibatalkan, karena wanita itu tidak berada di rumah. Keysa juga bekerja hari ini. Alhasil Dian harus menghabiskan waktu lowong di rumah.Setelah memarkir mobil kantor, Dian langsung memasuki rumah. Pintu tidak dikunci, sepertinya Royati ada di rumah. Jadilah gadis itu menapakkan kaki di ruang tamu tanpa rintangan.“Tumben pulang siang?” Terdengar suara Citra yang sedang duduk di ruang tamu menonton televisi. Gadis itu memasukkan kacang polong ke mulut ketika menunggu jawaban dari Dian.“Lo juga tumben ada di rumah? Kagak kerja?” Dian malah balik bertanya.“Hari ini aye izin cepet pulang. Jam dua mau ke penjahit ngep
Semalaman Dian tidak bisa tidur memikirkan apa yang dikatakan oleh Royati kemarin siang. Seseorang akan datang ke rumah untuk melamarnya dua hari lagi. Gadis itu tidak memiliki alasan untuk menolak lamaran tersebut. Apalagi jika tidak ada udzur sesuai syariah Islam.“Ya Allah, hamba harus gimana?” lirih Dian menatap nanar plafon kamar.Tangan gadis itu bergerak pelan menuju nakas, kemudian mengambil ponsel dari sana. Setelah menyalakannya, rentetan pesan masuk ke aplikasi Whatsapp. Dian mengembuskan napas lesu ketika membuka pesan di grup Remponger5.Grup itu menjadi heboh setelah Dian curhat tentang lamaran yang akan datang hari Sabtu nanti. Keempat sahabatnya turun prihatin dengan apa yang terjadi dengan gadis itu. Mereka memberi support dan mendoakan yang terbaik untuknya.Me: Mungkin ini jawaban dari salat Istikharah. Pak Fajar bukan jodoh yang terbaik buat gue. T_TItulah yang dituliskan Dian sebelum memat
Kembali dari masjid, Dian langsung mengecek ponsel. Sebuah pesan masuk dari Keysa ke grup Remponger5. Apalagi yang mereka bahas kalau bukan seputar kegalauan satu-satunya gadis di geng mereka.Keykey: Iya dong, Dudul. Kok jadi lemot gini lo, Di. Nggak keren banget. :pKeykey: Samperin gih! Atau ajak ketemuan. Lo perjelas semua. Kalau emang dia nggak ada rasa ya udah, ngapain juga lo kejar.Begitulah yang dituliskan Keysa cukup panjang dengan nada kesal. Tidak biasanya Dian menjadi telat berpikir seperti ini.Dian menganggukkan kepala mantap, setuju dengan perkataan Keysa. Bu Jamilah memang bisa membantu, tapi ia juga harus berusaha sendiri. Gadis itu tidak ingin terlalu lama mengharapkan yang tidak pasti.Me: Oke, Key. Hari ini gue harus ketemu sama dia.Keykey: Good luck, Di. Gue bantu doa dari sini ya. Yang terbaik pokoknya buat lo. :*Senyum lebar tergamba
Begitu tiba di kantor, Dian langsung berlari menuju tangga darurat. Di sana ia melepas semua tangis yang tertahan sepanjang perjalanan. Hatinya hancur berkeping ketika berpikir dugaannya benar. Fajar dan Aafiyah memiliki hubungan khusus. Pria itu bahkan tidak mau mendengar pernyataan cinta darinya.Dian bersandar ke dinding saat duduk di anak tangga nomor dua yang menghubungkan lantai lima dan enam. Tangan mengusap pelan dada sambil sesekali memukulnya pelan.“Sakit ya, Allah,” lirihnya di sela isakan.Rasa cinta dan harapan yang terpupuk di hati selama dua bulan ini, benar-benar membuat luka di bagian terdalam Dian. Usaha yang dilakukan selama ini, terasa sia-sia. Cinta bertepuk sebelah tangan. Jangankan menaruh rasa, Fajar bahkan enggan memandangnya lama-lama. Begitulah yang ada di pikiran Dian saat ini.Dian menutup wajah dengan kedua telapak tangan menyesali jalan yang telah ditempuh. Berkali ia berusaha memperbaiki diri, tapi masih belum