All Chapters of The Beauty & The Monster: Chapter 61 - Chapter 70
102 Chapters
Bab 61
Hari sudah mulai gelap ketika Nara menginjakkan kedua kakinya kembali ke perbatasan hutan. Gadis itu lantas berbalik untuk menatap sosok yang masih berdiri di belakangnya. "Pulanglah. Mungkin ... orang-orang akan panik karena mengira aku telah menculikmu." Moa terkikih pelan, membuat Nara menahan tawanya. Sebelum Nara benar-benar pergi, suara Moa kembali menyapa indra pendengarannya sehingga gadis itu berbalik dan kembali menatapnya. Lelaki itu memanggilnya dengan suara yang begitu lembut. "Ada apa?" tanya Nara. "Besok ... apa kau akan ke sini lagi?" Pertanyaan itu sempat membuat Nara menautkan kedua alisnya sejenak, sebelum akhirnya ia mengulum senyum. "Kau berkata seperti itu karena memang ingin aku kembali lagi ke sini, kan?" ujarnya. "A-apa? Tidak--" "Aku akan ke sini lagi besok. Jadilah anak baik malam ini." Nara tersenyum sehingga kedua matanya membentuk sebuah lengkungan yang menyerupai bulan sabit ke atas. Ia pun pergi dari sana dan melambaikan tangannya pada Moa
Read more
Bab 62
Pagi ini Nara mendapat laporan kalau beberapa pemuda yang mengganggunya sudah diamankan oleh kepala desa dan akan segera diberikan sanksi. Sang kepala desa secara langsung pergi ke kediaman gadis itu untuk sekalian mengucapkan permintaan maaf. "Tidak perlu meminta maaf, ini sama sekali bukan kesalahan Anda," ujar Nara. "Mereka pasti membuat Anda merasa tak nyaman, Nona. Sekali lagi saya meminta maaf." "Tidak apa-apa. Yang penting sekarang mereka harus segera ditindak setidaknya agar jera, apalagi Yooshin bilang ada yang masih umurnya belum legal. Saya percaya Anda bisa melakukannya." Sang kepala desa kemudian membungkukkan badannya dan segera berpamitan dari sana. "Jangan terlalu sering pergi sendiri saat malam hari jika memang tak ada kepentingan. Atau setidaknya jika memang ingin pergi, suruh seseorang untuk menemanimu pergi," ujar Seungmo. Nara hanya bergumam pelan sebagai bentuk jawaban. "Aku akan pergi menjenguk Tuan Hwang dan mungkin pergi bersama Yooshin setelahn
Read more
Bab 63
"Mereka mencarimu." "A-apa?" "Ada seseorang yang menyuruh mereka ke sini dan mencarimu. Kurasa, kemarin orang-orang itu memang sudah mencurigai kau yang secara diam-diam pergi ke sini," ujar Moa seraya menurunkan Nara di suatu tempat. "Sungguh? Apa mungkin kakekku?" "Aku tidak tahu soal itu. Tapi, yang memimpin mereka adalah ayahnya si Yooshin itu, orang yang menjadi kepercayaan sekaligus tangan kanan kakekmu." "Jadi, maksudmu ... kemarin Tuan Hwang dan pengikutnya ke sini?" Moa mengangguk. "Mereka sudah merasa curiga padamu. Meski kemarin aku berhasil mengusir mereka, akan tetapi aku masih tak yakin kalau mereka tak akan kembali lagi." Lelaki itu menolehkan kepalannya ke belakang sana. "Tapi kemungkinan pemimpin mereka saat ini tak akan bisa pergi, karena kemarin aku tanpa sengaja melihatnya memakan buah yang kau temukan tadi." "A-apa kau bilang?" Kedua mata milik Nara lantas membulat. "Aku ingat kalau Yooshin juga berkata kalau saat ini ayahnya sedang sakit dan kemarin
Read more
Bab 64
“Ke mana dua orang yang tadi di sini? Apa mereka memesan ini untukmu?” Si pemilik kedai itu menatap seorang anak perempuan yang ada di meja itu.“Iya, mereka pergi dan meninggalkan ini di sini.”Wanita yang umurnya diperkirakan sudah hampir mencapai setengah abad itu lantas menatap sejumlah uang ditinggalkan di meja, lalu menghitungnya. Percakapannya dengan bocah itu sempat diperhatikan oleh salah seorang pengunjung yang ada di sana tanpa ia ketahui.“Uangnya pas untung semua pesanannya, berarti ini memang untukmu,” ujar wanita itu. “Ya ampun, dasar pasangan muda. Padahal ini masih hujan tapi malah langsung pergi.” Ia menatap ke sekitar dan sepertinya mereka berdua memang sudah pergi dari sana.“Tapi mereka berdua serasi, ya?” Bocah itu berujar di tengah kegiatan mengunyahnya.“Ah, kau juga berpikir begitu? Hanya saja aku tidak bisa melihat wajah prianya.”“Tuan itu memiliki wajah yang sangat tampan. Garis rahangnya tegas, warna kedua matanya juga agak kebiruan namun cantik. Aku juga
Read more
Bab 65
Nara membuka pintu kamarnya dan ia melihat Moa yang berada di sana, duduk bersila menghadap ke luar.“Kupikir kau langsung pulang,” ujar Nara.“Aku kedinginan.”Jawaban jujur itu membuat Nara tersenyum. “Kasihan sekali. Kupikir kau tak pernah merasa kedinginan,” ujarnya. “Kau pasti lelah. Tidur saja di sini sebelum kembali ke hutan. Kau mau mengganti pakaianmu? Mungkin aku bisa membawakanmu pakaian yang kering.”“Tidak usah. Aku akan tetap seperti ini, lagi pula sebentar lagi aku akan kembali ke hutan.”“Baiklah.” Nara kemudian terdiam saat gadis itu berniat menarik tali hanbok miliknya, lalu berbalik menatap Moa. “Aku … akan mengganti pakaian dulu—”“Ganti saja di sini.” Lelaki yang masih belum mengubah posisinya itu menginterupsi, mengabaikan reaksi Nara yang sudah membulatkan kedua matanya.“Kau gila?”&ld
Read more
Bab 66
"Haewon, kau bisa kembali jika kau mau." Nara menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang, tepat ke arah wanita yang berjalan bersebelahan dengan Yooshin."Maaf, Nona. Tapi saya tidak bisa kembali jika hanya sendiri. Ini perintah dari Tuan Kim," jawab wanita yang umurnya lebih tua darinya itu tanpa mengangkat kepala. Nara membuang napasnya agak kasar, "Tapi aku benar-benar merasa tak nyaman jika seperti ini." "Sudahlah, Nara. Lagi pula ini memang bagus untukmu. Sesekali aku tak bisa menemanimu kan, jadi tak apa jika Nona Choi juga ikut bersamamu ke mana pun kau pergi." Yooshin segera berujar. "Iya, aku tahu. Tapi jika seperti ini, aku malah merasa seperti seorang Nona Muda terhormat yang tak pernah keluar rumah." Jawaban Nara malah membuat Yooshin terkikih pelan, hingga ia langsung mendapatkan tatapan tajam dari gadis itu. "Lagi pula kau ini pendeta, yang artinya kau memang orang cukup disegani di sini jadi tak ada salahnya kalau kau memiliki pelayan pribadi," ujar lelaki it
Read more
Bab 67
Dengan berbekal satu buah anak panah yang diberikan oleh Nara, Haewon berlari dengan sekuat tenaga berusaha untuk mencari Yooshin atau paling tidak para penjaga yang turut mencari para buronan itu. Tanpa harus melibatkan orang-orang yang tak bersalah, rasanya sulit karena bahkan gadis itu sedari tadi ingin sekali berteriak meminta tolong akan tetapi ia selalu mengurungkan niatnya begitu melihat banyaknya anak kecil di sana.Haewon menolehkan kepalanya ke belakang dan menatap seorang pria yang masih saja mengejarnya meski sudah terkena satu anak panah dari Nara tadi.“Berhenti kau!” teriak pria itu di belakang sana hingga beberapa orang tampak menoleh.“Tolong aku! Tuan Hwang!” Dengan sekuat tenaga Haewon berteriak dan berharap Yooshin ada di sekitar sana.Brukk!Nahasnya, gadis itu justru menabrak seseorang tanpa sengaja hingga tubuhnya limbung akan tetapi segera ditahan oleh orang itu.“Te-terima kasih!” Dengan takut-takut Haewon menatap pria di hadapannya dan ia menoleh ke belakang
Read more
Bab 68
“Maaf karena tidak bisa menjaga Nona Son dengan baik.” Yooshin dan Haewon membungkukkan badan usai berbicara dengan Seungmo begitu mereka sampai.“Tidak apa-apa, aku juga terkejut saat mendengar kabar itu. Padahal baru beberapa jam lalu Kepala Desa ke sini memberi kabar kalau para penjahat itu sudah ditangkap.” Seungmo membalas. “Kalau begitu sekarang aku akan ke sana denganmu. Haewon, tolonh awasi cucuku di sini.”Haewon yang mendengar itu kembali membungkukkan badannya. “Baik, Tuan Kim.”Nara membuang pandangannya usai menatap sang kakek yang sudah pergi bersama dengan Yooshin dan juga dua buah anak buahnya yang lain.“Bukan salahmu. Seharusnya kau tak perlu meminta maaf pada kakek,” ujar Nara. Ia melangkah memasuki rumahnya dengan diikuti Haewon di belakang.“Karena saya lalai, Nona.”“Tapi kau memang tidak salah. Kakrk juga tidak tahu sepenuhnya yang terjadi di sana. Kau sudah berjuang keras tadi. Jika tak ada kau, maka aku akan lebih kesulitan.” Nara memberikan peralatan memanahn
Read more
Bab 69
“Kau pergi bersamaku. Kapan kau akan melakukannya?”“Apa jika aku menyuruhmu untuk menunggu, kau masih akan tetap menunggu?” Nara membalasnya.Moa menatap kedua netra milik gadis itu kemudian ia memutuskan kontak mata mereka secara sepihak setelahnya. “Ah, kau masih ingin aku menunggu, ya? Baiklah, lupakan saja pertanyaanku barusan,” ujarnya seraya kembali menatap ke depan sana.“Apa kau … marah?”“Apa aku terlihat sedang marah?” tanya Moa dan lelaki itu menatap kembali Nara. Kemudian setelahnya ia menahan tawa begitu melihat Nara yang menganggukkan kepala, mengiyakan pertanyaannya dengan raut wajah begitu lugu.“Astaga, melihatmu seperti ini membuatku berpikir kalau kau ini masih gadis yang sama dengan yang aku lihat beberapa tahun yang lalu. Kau masih terlihat seperti saat berumur delapan tahun, kau tahu?” cibir Moa. “Dari dulu, tatapan dan juga raut wajahmu itu masih saja sama dan tidak berubah sedikit pun.”“Memangnya kau memperhatikanku?”“Seekor singa tak akan melepaskan mangsan
Read more
Bab 70
Satu per satu anak panah yang menancap pada pohon itu dicabut oleh Haewon dan setelahnya gadis itu memberikannya pada Nara. Sudah hampir dua jam ia menemani gadis itu memanah tanpa henti.“Tangan Anda sudah memerah, Nona. Sebaiknya Anda beristirahat karena itu bisa terluka.”Nara yang sudah menarik tali busur itu langsung menatap Haewon yang secara tiba-tiba beralih ke hadapannya. “Menyingkirlah, Haewon.”“Hentikan, Nona. Tangan Anda akan terluka.”“Menyingkirlah sebelum aku benar-benar membuat anak panah ini menancap di kepalamu.”Kalimat itu sempat membuat tubuh Haewon menegang. Ia menelan ludahnya dengan susah payah akan tetapi gadis itu tetap bersikeras dengan pendiriannya dan tak menyingkir sedikit pun dari hadpan Nara.“Saya tetap tidak akan menyingkir sebelum Anda berhenti.” Haewon menggenggam erat anak-anak panah di tangannya. Ia pasrah di sana jika Nara benar-benar menembakkan anak panah itu tepat ke kepalanya.Tali busur itu semakin ditarik kuat ke belakang. Nara menatap
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status