Semua Bab The Beauty & The Monster: Bab 41 - Bab 50
102 Bab
Bab 41
"Apa yang kau lakukan di sini?" Nara menatap ke sekelilingnya dan menarik Moa agar menjauh dari sana. "Kau sekarang sudah punya keberanian muncul di depan umum, rupanya. Kau tidak takut jika kami semua menyerangmu di sini?""Kenapa juga aku harus takut?" Salah satu sudut bibir Moa naik. Salah satu tangannya terangkat dan mengusap puncak kepala Nara, namun gadis itu langsung menepisnya dengan agak kasar."Jika kalian memang ingin menyerangku secara bersamaan, maka serang saja. Toh nanti hasilnya akan tetap sama, karena kalian semua yang akan berakhir jadi santapanku." Moa menjilat bibirnya, membuat Nara mengepalkan kedua tangannya."Aku sekarang penasaran, di mana kau menyimpan norigae itu? Aku sama sekali tidak merasakan keberadaannya di rumahmu, bahkan di tubuhmu. Kau juga tidak memakai satu pun norigae sekarang, termasuk norigae palsu itu." Moa kembali berujar. "Ia berjalan mengitari Nara seraya menatap penampilan gadis itu dari atas hingga bawah, tanpa adanya satu pun celah yang te
Baca selengkapnya
Bab 42
"Jangan memarahi paman ini, Nona. Dia adalah paman yang baik."Nara hanya bisa berkedip dua kali mendengar penuturan anak itu. Ia lalu memijat pelipisnya dan berkata, "apa yang sudah kau katakan padanya?" tanyanya."Hm? Apa maksudmu? Aku sama sekali tak melakukan apa-apa," ujar Moa. Ia lalu tersenyum dan mengusap puncak kepala anak itu. Anak itu pun segera berpamitan untuk pergi dari sana."Aku peringatkan padamu agar kau jangan pernah berani mempengaruhi para penduduk dengan topeng kebaikanmu itu. Kau tahu sekalipun kau mengubah wujudmu jadi orang lain, aku akan masih bisa mengenalimu bahkan dari jauh." Nara membuang napas pelan dan pergiDi belakangnya, Moa tersenyum tipis dan pria itu berjalan mengikuti Nara. "Kau selalu saja bersikap galak padaku, padahal aku sudah berusaha agar bersikap baik dan diterima di sini. Tapi kau selalu berkata kasar padaku."Ucapan Moa barusan membuat Nara menghentikkan langkahnya. Gadis itu lantas berbalik dan menat
Baca selengkapnya
Bab 43
"Ada satu hal yang mungkin tidak manusia ketahui tentang Moa." Seorang pria tua berkata kepada anak-anak yang duduk di atas numput dengan posisi mengelilinginya.Salah satu anak dengan hanbok berwarna biru yang sudah agak kusam itu lalu berkata dengan antusias dan mata yang berbinar-binar, "apa itu? Moa adalah mahluk mengerikan yang jahat, bukan? Orang tuaku berkata kalau mahluk seperti mereka itu tidak memiliki belas kasihan sama sekali," ujarnya yang langsung disambut dengan heboh oleh teman-temannya yang lain, yang berpendapat sama dengannya."Tapi kudengar Moa itu tampan. Apa benar?" Gadis lain berujar.Nara yang berada di sebuah kursi yang tak jauh di dekat kumpulan orang-orang itu hanya terkikih pelan. Memang tidak lucu, hanya saja ucapan anak kecil yang barusan itu memang benar adanya, kalau Moa memang memiliki wajah yang tampan."Moa bisa mengubah wujudnya menjadi orang lain, jadi tak ada yang bisa tahu kalau itu dia. Dia mungkin hampir tak pernah
Baca selengkapnya
Bab 44
Terbangun di tengah malam akan selalu mendatangkan berbagai macam pikiran yang akan membebani kepalamu hingga kau kesulitan tertidur kembali. Mulai dari hal sepele, hingga hal yang mungkin tak seharusnya kau pikirkan akan menghantui otakmu dan membuatmu terjaga.Seperti halnya di pagi buta seperti sekarang ini, kedua mata Seungmo terbuka tepat sesaat setelah ia mengalami mimpi yang tidak begitu menyenangkan. Pria tua itu memutuskan untuk keluar dan duduk di bangku yang ada di bawah pohon.Bayangan tubuh cucunya yang bersimbah darah dengan berbagai luka sayatan dan tusukan kembali membuat kepalanya hampir pening. Seungmo tak pernah berpikir kalau ia akan memimpikan hal mengerikan seperti itu. Ia memimpikan Nara mati terbunuh oleh Moa, dan itu adalah sesuatu yang buruk. Ia tak ingin mimpi buruk itu terealisasikan dan ia harus berbuat sesuatu. Namun kini Nara seperti bukan Nara yang dia kenal, gadis itu seperti bertransformasi menjadi gadis lain yang tak mengenalnya dan s
Baca selengkapnya
Bab 45
Keberadaan Nara tak tercium sama sekali selama beberapa hari terakhir, tak seperti biasanya. Moa berjalan menyusuri keramaian, berharap menemukan sesuatu yang menarik namun nyatanya tidak."Ke mana gadis itu?" ujarnya pelan seraya menatap ke sekelilingnya. Pedangnya juga sama sekali tak merasakan keberadaan gadis itu."Paman?" Moa tersentak pelan saat seseorang berujar padanya. Lelaki itu menoleh dan mendapati seorang gadis kecil yang terlihat tak asing. Kedua alisnya seketika bertaut, mencoba mengingat-ingat sosok gadis kecil itu."Paman masih ingat aku? Aku yang pernah diselamatkan oleh Paman beberapa hari yang lalu." ujar si gadis.Kedua mata Moa mengerjap dua kali. Perlahan kedua sudut bibirnya membentuk sebuah lengkungan ke atas, ia lantas mengusap puncak kepala dari gadis itu."Ah, iya. Aku ingat. Bagaimana kabarmu, hm?" tanya Moa."Aku baik-baik saja, Paman. Aku benar-benar berterima kasih pada Paman karena menolongku. Pa
Baca selengkapnya
Bab 46
Karena tak bisa memasuki kediaman milik Nara, akhirnya Moa hanya bisa melihat gadis itu dari atas sebuah pohon besar yang ada di sana. Dari sana ia bisa melihat kalau gadis itu tengah berlatih bersama dengan seorang pria yang selama ini selalu menempelinya. Hwang Yooshin yang merupakan putra dari salah satu ahli pedang di desa itu sekaligus sahabat kecil Nara rupanya benar-benar mengawal Nara hingga saat ini bahkan setelah insiden pembunuhan kedua orang tua gadis itu."Ayo tarik tali busurmu dengan kuat, kuatkan kedua kakimu dan tegakkan badanmu." Yooshin meluruskan posisi punggung Nara dan juga kakinya."Lepaskan!"Slash!Anak panah itu melesat dan berhasil mengenai target yang ada di sana."Aku kecewa padamu. Kenapa kemampuanmu tiba-tiba berkurang? Ini tidak seperti kau yang kukenal. Sebenarnya ada apa? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" Yooshin mencabut anak panah yang menancap di permukaan kayu dan berjalan kembali menghampiri Nara."Maaf, kurasa aku tak bisa fokus dengan benar,"
Baca selengkapnya
Bab 47
Pagi ini Yooshin terlihat sudah memasuki kediaman milik Nara dan berniat untuk latihan bersama dengan gadis itu, namun begitu sampai, ia diberitahu oleh seorang pelayan yang berkata kalau Nara sudah keluar sejak tadi."Nara sudah keluar?" tanya Yooshin."Iya, Tuan. Nona Nara sudah keluar sejak tadi.""Dia pergi bersama siapa?""Beliau pergi sendirian." Usai mengatakan itu, sang pelayan pun berpamitan dari sana.Tanpa berpikir panjang lagi, Yooshin langsung berlari mencari Nara. Pria itu pergi ke tempat-tempat yang pernah mereka berdua kunjungi.Sementara itu di tempat lain, Nara terlihat berlatih sendirian. Gadis itu berhasil memanah sasarannya dengan tepat beberapa kali. Beberapa anak panahnya menancap di pohon-pohon yang letaknya cukup jauh dari posisinya. Nara tersenyum bangga. Sejujurnya ia jauh merasa lebih baik latihan sendirian di luar. Namun meskipun begitu, ia yakin sekali kalau sosok Hwang Yooshin akan tetap mencarinya.Dan
Baca selengkapnya
Bab 48
"Ada apa?" Nara berjalan mendekati Yooshin dan mendapati pria itu tengah menatap sesuatu.Yooshin berkedip beberapa kali dan tersadar dari aktivitasnya, sebelum akhirnya ia beralih menatap Nara." Ah, tidak ada. " Ia tertawa pelan. "Kau sudah selesai bermain dengan anak-anak itu?"Nara mengangguk. "Hm, mereka benar-benar anak-anak yang menyenangkan, kuharap suatu saat nanti aku bisa memberikan mereka latihan memanah. Setidaknya mereka harus bisa melindungi diri mereka sendiri jika sewaktu-waktu ada serangan yang tak terduga, entah dari mana pun itu.""Kau berkata begitu seakan-akan kalau nanti akan ada sebuah serangan mengerikan yang menyerang desa kita," ujar Yooshin.Helaan napas terdengar. Nara lalu mendudukkan tubuhnya di sebelah Yooshin dan menatap lurus ke arah anak-anak yang masih bermain itu. "Moa masih hidup sampai detik ini, bagaimana pun kita tidak boleh lengah sedikit pun. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti di depan sana.""Nara
Baca selengkapnya
Bab 49
"Kau masih menangis?" Moa menatap Nara dari samping. Ia dan Nara saat ini tengah duduk di atas tebing tempat Nara membuang norigae miliknya tadi."Tidak," jawab Nara singkat. "Kenapa? Apa kau merasa kasihan setiap kali melihatku menangis?" Moa mengerjap. "Ti-tidak, bukan begitu maksudku," ujarnya.Namun di luar dugaan, Nara justru tertawa pelan, hal itu membuat Moa mengerutkan dahi. "kenapa kau tiba-tiba tertawa seperti itu? Memangnya ada yang lucu?"Nara menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak ada, hanya saja rasanya agak aneh jika aku menyadari kalau kau adalah orang yang sudah membunuh kedua orang tuaku harusnya aku membunuhmu, kan. Tapi aku justru duduk di sini denganmu seakan tak pernah ada kejadian apa-apa," ujar Nara. "Tapi tak apa, karena selama kau tak mengingkari kesepakatan kita, maka semuanya akan baik-baik saja. Dan ucapanmu memang benar.""Soal apa?""Tentang kakekku yang mengambil norigae itu untuk dijadi
Baca selengkapnya
Bab 50
"Ibu, kenapa aku harus menjadi seorang pendeta juga jika sudah besar nanti?" Seorang gadis kecil bertanya pada sang ibu.Ibunya tersenyum begitu lembut, dengan kedua mata yang melengkung bak bulan sabit. "Desa ini harus dilindungi, Nara. Jika ibu sudah tua nanti, hanya kau yang bisa menggantikan posisi Ibu. Untuk itulah kau harus menjadi pendeta yang lebih kuat dan tangguh, kau tidak boleh cengeng.""Bagaimana jika aku merasa takut? Ibu tidak akan pergi meninggalkan aku, kan? Aku tidak mau sendiri, bisakah aku ikut dengan Ibu dan Ayah?""Nara, tanggung jawabmu harus tetap dilakukan. Lakukan ini demi Ayah dan Ibu. jika kau melindungi semua orang, itu sama artinya dengan kau melindungi kami berdua. Kau tidak sendirian, ada kakek, Yooshin, semua pelayan yang ada di rumah kita juga menyayangimu, bahkan semua orang yang ada di desa. Kami juga akan terus bersamamu, Nara.""Tapi, Ibu—" Kedua mata Nara membulat saat s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status