All Chapters of AYAH UNTUK DEVAN: Chapter 51 - Chapter 60

126 Chapters

Bab 51

Dua manusia dengan tubuh polos yang ditutupi selimut tebal tertidur begitu pulas diatas ranjang hotel yang menjadi resepsi pernikahan mereka kemarin. Pakaian yang mereka kenakan semalam berserakan di lantai. Tampaknya pasangan baru ini melewati malam yang luar biasa ya saudara-saudari. Adryan bangun dari tidur panjang, sebuah panggilan masuk mengharuskannya untuk menjawab. Kalau bukan karena ibunya, Adryan enggan menjawab panggilan tersebut."Adryan sama Helsa masih di hotel, bun," ujar pria itu dengan suara khas orang bangun tidur."Helsa?" sebutnya, pria itu melirik ke samping wanita yang masih tertidur lelap, "masih tidur.""Iya, nanti kita kesana. Adryan kan cutinya sembilan hari. Tapi, sebelum kesana, mau beberes barang-barang milik Helsa yang sudah di apartemen." Adryan memang masih harus menetap di apartemennya, karena rumah pribadinya sedang dalam pembangunan. Orang tuanya menawarkan untuk tinggal bersama, namun hal tersebut ditolaknya."Bye bun," ucap Adryan dan memutuskan
Read more

Bab 52

Adryan dan Helsa memasuki sebuah rumah besar di salah satu perumahan elite yang ada di Jakarta Selatan. Helsa sedikit gugup, ini kedua kalinya dia mengunjungi rumah ini. Kemarin sebagai calon menantu, sekarang sudah resmi. Ya. Itu adalah rumah milik orang tua dokter Adryan. "Helsa ..." sambut bunda Marimar yang baru saja keluar dari dapur, dengan membawa sebuah nampan berisi kue. "Bunda," sebut Helsa. "Ayah?" tanya dokter Adryan. "Lagi ada urusan," jawab bunda. "Duh, pengantin baru bedah banget ya, Bun," sindir Jefry. Jefry Van Brawijaya, dosen Teknik di salah satu kampus besar di Jakarta. Dia adalah kakak dari dokter Adryan, mereka cuma bedah tiga tahun. Dia punya calon istri, tapi tiba-tiba saja adiknya duluan. Payah sekali. "Itu pinggang nggak usah di peluk posesif gitu, Helsa nggak nyaman," ujar Jefry, langkah pria itu menuju dapur. "Apaan sih lo! Makanya cepat nikah," ketus Adryan. Helsa tersenyum malu-malu ketika digoda kakak iparnya. "Helsa, jangan di dengar Je
Read more

Bab 53

Matahari pagi sudah menyeruak ke dalam kamar melalui pintu kaca balkon yang gordennya sudah dibuka Helsa sejak pukul enam pagi. Tangan kekar itu merabah pada bantal disampingnya, Adryan tersentak tidak mendapati istrinya. Tanpa mengenakan baju, hanya dengan celana trainingnya, Adryan berlari keluar kamar mencari keberadaan istrinya. Apa Helsa kabur? "Helsa…," panggilnya dengan suara khas orang bangun tidur. "Sa, kamu ninggalin Mas?!" Tidak ada sahutan. Saat hendak mengambil baju dan kunci mobil untuk mencari istrinya keluar, dentingan garpu dan piring mengalihkan perhatiannya. Adryan mengambil langkah panjang menuju dapur, dan lihat betapa kesalnya dia saat menemukan istrinya sedang asyik sarapan. "Helsa ..." panggilnya. Wanita itu melihat ke sumber suara, disana berdiri suaminya yang sedang menatapnya penuh kekesalan. "Kamu nggak punya mulut untuk nyaut?!" tanya pria itu, langkah kaki kembali membawanya menuju meja pantry. "Mas nggak lihat Helsa lagi apa? Tadi mau nyaut, c
Read more

Bab 54

Ini sudah minggu kedua setelah Helsa dinikahi dokter Adryan. Usia kandungan wanita itu sudah menginjak enam bulan, perutnya sudah terlihat besar.Di apartemen Helsa sendirian, sedangkan Adryan kembali menjalankan tugas mulianya di rumah sakit, cuti sembilan harinya sudah selesai. Wanita itu mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas kamar, lalu kembali duduk pada pinggiran ranjang. Helsa membuka room chat dari Renata, mamanya. Wanita paruh baya itu mengirim fotonya saat bisnis trip beberapa hari kemarin. 'Mama kangen. Main ke rumah, ya Cha?' Sorot mata Helsa berkaca-kaca saat membaca pesan singkat itu. Rasanya dia ingin sekali kembali ke masa kecilnya. Selalu dekat bersama Mama dan Papanya.'Nanti Echa bilang sama mas Adryan, ma,' balasnya. Ting ... Suara bell pintu apartemen mengalihkan perhatiannya. Helsa melihat ke arah jam dinding, Mas Adryan pulang secepat ini?Dengan cepat wanita hamil itu berjalan pelan menuju pintu, lalu membuka tuas pintu secara perlahan. "Helsa...,"
Read more

Bab 55

Adryan dan Helsa mengikuti langkah bunda memasuki rumah. Wanita paruh baya itu sama sekali tidak bicara sejak dari klinik. Mereka tahu jika bunda kecewa saat ini. Di dalam hanya ada Jefry yang sibuk berkutat dengan laptop di ruang tengah. Pria itu menyerngit heran saat melihat wajah bundanya yang ditekuk. "Bunda, kenapa?" tanya Jefry pada Adryan dan Helsa. "Bun, Adryan sama Helsa mau jujur sekarang. Kita perlu bicara ini," ujar dokter Adryan. "Kenapa?" tanya Jefry penasaran. Biasanya jika bunda dari apartemen adiknya, selalu bahagia. Apalagi setelah Adryan menikah. Bunda Marimar tidak menggubris perkataan Adryan, dia langsung masuk ke kamarnya, lalu menutup pintu rapat. "Gue dikacangin mulu," gumam Jefry"Helsa hamil," sambar dokter Adryan. "Alhamdulillah," ucap Jefry, dengan tangannya yang menengadah "Terus itu bunda kenapa? Bukannya bersyukur, udah mau punya cucu." "Helsa hamil diluar nikah," balas dokter Adryan. Helsa hanya menunduk, dia malu pada kakak iparnya.Bagai terk
Read more

Bab 56

Perjamuan makan malam sudah berakhir beberapa menit yang lalu, tuan Franco sangat bahagia karena malam ini anak dan menantunya menginap di rumah. Tapi, yang menjadi pertanyaannya sejak tadi dimana istrinya? Malam ini bunda tidak keluar untuk makan bersama, asisten rumah yang mengantarkan makanannya ke kamar. Bunda belum mau bicara pada siapapun. "Jadi, kenapa sama bunda? Terus Adryan, apa yang mau kamu sampaikan?" Helsa tampak gugup saat ayah mertuanya mulai bertanya. Namun tangannya mendadak hangat ketika dokter Adryan menggenggam jemarinya. Helsa mendongak, tatapan mereka bertemu, dia membalas senyuman suaminya dengan tulus. "Mungkin kabar ini akan membuat ayah kecewa sekaligus senang," ucap dokter Adryan. Tuan Franco menyerngit. "Helsa hamil," ungkap Adryan. "Wah, ayah mau gendong cucu? Kamu nggak lagi bohong, kan?" "Nggak, yah," sambar Jefry. "Tapi, maaf ayah. Maaf kalau Adryan hamili Helsa sebelum nikah." Helsa menunduk dalam. Dia malu saat suaminya mengatakan hal terse
Read more

Bab 57

"DOKTER Adryan!"Suara itu cukup menggelegar sepanjang lorong rumah sakit. Seorang gadis kecil dengan kursi roda baru saja keluar dari ruangan kemoterapi, bibir kecil itu melengkung dengan sempurna ketika mendapati dokternya."Denta," sapanya.Namanya Denta. Pasien pengidap kanker darah atau Leukimia yang ditangani dokter Adryan dan dokter Marcell, gadis kecil yang sesakit apapun tubuhnya akan selalu selalu tersenyum."Dok, aku marah. Nikahnya nggak bilang-bilang," ujar Denta dengan wajah sedikit ditekuk.Ibu dan dokter Marcell yang menemaninya hanya mengulum senyum. Mereka tahu jika gadis kecil itu sangat mengidolakannya."Tadinya dokter mau kasih kabar, keburu Denta minta keluar dari sini.""Nggak asik, sekarang Denta nggak bisa bucinin dokter lagi.""Masih bisa kok," timpalnya. "Asalkan....""Asalkan apa, dok?" tanya Denta penasaran."Mau berjuang buat sembuh. Kalau mau kemo nggak harus dipaksa lagi," jawabnya. "Denta sayang mama, kan? Atau nggak gini deh, setiap kali Denta kemo, d
Read more

Bab 58

Helsa duduk di kursi pantry, pandangannya tidak lepas dari situs Setara Daring pada layar macbook dihadapannya. Wanita itu baru saja selesai melihat kemajuan belajarnya, awal bulan April nanti Helsa akan mengikuti ujian setara untuk mendapatkan ijazah Sekolah Menengah Atas.Sebentar lagi wanita itu harus pergi jauh setelah lahiran nanti, meninggalkan Jakarta.Helsa tersenyum miris, ada rindu yang dia pendam selama ini. Helsa merindukan Akmal, laki-laki pemilik janin yang ada didalam rahimnya."Aku kangen," ucapnya. Setitik air mata lolos dari sudut matanya, ternyata sesulit ini jauh dari laki-laki itu."Izinin mami mencintai papi seperti mami mencintai papa kamu, sayang. Maaf mami egois," ucapnya lirih sembari mengusap perutnya.Suara pintu masuk mengalihkan perhatiannya, sepertinya itu dokter Adryan. Wanita itu mengusap wajahnya, agar suaminya tidak mencemaskannya."Sayang ..." Suara itu terdengar semakin dekat."Meja pantry, mas.""Lagi ngapain?" Adryan mendekap istrinya dari belaka
Read more

Bab 59

Adryan mengambil langkah panjang menuju dapur. Mimik wajahnya terlihat sangat cemas, entah ada apa dengan pria yang sudah lengkap dengan kemeja hitam lengan panjang.Tangannya mengacak-ngacak pantry, ada sesuatu yang dicarinya. Sedangkan Helsa, wanita itu sibuk menyiapkan sarapan untuknya."Sa...," panggilnya."Hm...," gumam Helsa sembari mengoles selai nutella pada roti."Lihat paperbag Gucci yang semalam diatas meja nggak?"Wanita itu menghentikan aktivitasnya, matanya melirik pada tempat sampah.Adryan yang penasaran segera mengikuti sorot mata istrinya."Astaghfirullah, sayang ... Malang sekali nasibmu," ucapnya penuh ibah, lalu segera memungut kembali paperbag tersebut."Sa..., Kamu nggak lagi sakit kan? Ini parfum Gucci." Adryan mendengus kemudian duduk di kursi tepat disamping istrinya."Mahal tapi wanginya nggak enak. Helsa nggak suka," ketus Helsa."Apanya yang nggak enak, sayang? Untung nggak pecah," ujarnya dengan mengelus dua botol parfum mahal itu."Emang seberarti itu bu
Read more

Bab 60

Helsa duduk anteng di sofa tengah, dengan mengenakan dress hitam motif bunga dan jangan lupakan sebuah mangkuk berisi mie instan dipegangnya. Wanita itu sangat menikmati mie instan buatannya sembari menunggu susu vanilla rasa coklat pesanannya.Ini sudah pukul tujuh malam, sedangkan suaminya belum kembali ke apartemen. Apa dokter Adryan lari dari tanggung jawab? Atau dia asyik dengan perempuan lain diluar?Ah, rasanya itu tidak mungkin.Waktu terus berjalan, Helsa terus terlarut dalam drama Korea yang dia tonton sampai tidak menyadari kehadiran pria berjas putih yang sudah duduk disampingnya. Mangkuk bekas makan tadi masih diletakan diatas meja."Segitu seruhnya itu drama sampai suaminya pulang nggak disambut," sindir Adryan.Helsa terlonjak. "Mas, sejak kapan duduk disini?""Sejak scene ciuman," jawab Adryan."Apaan sih!" Ia memukul Adryan dengan bantal sofa, "mana pesanan Helsa?""Pesanannya ada. Tapi, nggak gratis!" Adryan memberi jeda pada ucapannya. "Pulsa yang waktu itu juga bel
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status