Nara berdiri menatap cermin dengan sebuah gaun indah yang ia ambil dari sana. Ia tatap dirinya mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Semua terlihat sempurna, bahkan tanpa make up pun kecantikan itu masih bisa terlihat jelas. Dalam hati ia berkata, "inilah hidup yang gue mau." Namun disaat itu pula ia sadar kalau semua itu bukanlah miliknya. Baju-baju itu, kamar itu, bahkan wajahnya sekali pun, semuanya milik Niki. Tiba-tiba ia merindukan keluarganya. Seandainya seberuntung Niki, tentu ia, ibu dan adiknya tak perlu lagi bersusah payah untuk sekedar mencari sesuap nasi."Ibuk, Dita, maafin aku ya," kata Nara masih di depan cermin."Aku nikmatin ini semua sebentaaar aja. Ini kan hadiah dari Tuhan masak disia-siakan. He he he ..." ledek Nara saat mengingat ibu dan adiknya.Nara kembali mencoba beberapa baju yang ia sukai sampai ia lelah dan akhirnya tertidur di ranjang nyaman kamar itu."Bahagianya jadi orang kaya," kata Nara sebelum terlelap.Kee
Read more