Semua Bab Cinta Pertamaku, Suami Orang: Bab 21 - Bab 30
115 Bab
21. Anak Mami
“Jadi bagaimana, Bun? kapan Reza bisa nikah sama Nisa?” tanya Reza kepada Bundanya, ketika mereka tentu saja sudah sampai di rumahnya lagi, di kota, yang memerlukan waktu sekitar 2 jam lebih saja untuk ke rumah Nisa.“Sabar dong, Za, kamu itu baru juga kenal dan ketemu satu kali, udah ngebet banget kayaknya pengin nikah,” celetuk Toni, Ayahnya Reza seraya terkekeh.“He he he. Reza kan pengin cepat punya istri, Ayah, pengin cepat ada yang ngurusin juga,” jawab Reza lagi berkelakar.Eneng masih diam saja mendengarkan suami dan anaknya itu berbincang, sesekali focus pada ponselnya, entah apa yang sedang wanita itu lakukan.“Si Bunda sibuk banget sih, Za, lagi apa sih dia?” tanya Toni kepada Reza seraya mengangkat kedua alisnya, dan dengan penuh rasa penasaran pun, Reza mencondongkan tubuhnya ke arah bundanya, untuk mengecek apa yang sedang ia lakukan.“Wah, si Bunda lagi stalking Face book Nisa, kayaknya, Yah,” jawab Reza kepada Ayahnya, lalu kembali mena
Baca selengkapnya
22. Wejangan Bapak dan Ibu
    [Hallo, Nisa sayang, kamu lagi apa, sayang?] tanya Reza kepada Nisa melalui pesan singkat yang dikirimkan oleh lelaki itu dengan tata bahasa yang selalu berulang kali digunakan double.     Nisa hanya tersenyum datar saja ketika mendapati pesan dari calon suaminya, ia sendiri sudah pasrah dengan apa yang terjadi kepadanya saat ini, mungkin dengan perjodohan ini akan menghilangkan perasaannya juga kepada Dani.    Sebab Nisa cukup yakin dengan dirinya sendiri bahwa ia akan setia kepada lelaki yang menjadi suaminya nanti.    Ia pasrah menerima begitu saja untuk menikah dengan lelaki yang baru saja ia kenal beberapa hari lalu, karena memang ibu dan bapaknya sudah percaya penuh kepada mereka. Biarkan saja dulu Nisa menyenangkan hati kedua orang tuanya dengan pernikahan tersebut.    Toh ini adalah pilihan mereka, yang dianggapnya tepat, katanya pilihan orang tua selalu tepat, begitu katanya.    “Aku lagi rebahan aja,” jawab Nisa singkat
Baca selengkapnya
23. Dijodohkan bukan Ta'aruf
“Eh, kemarin aku lihat ada mobil putih di depan rumahmu, siapa itu, Nis?” tanya Riri kepo kepada Nisa, tanpa memanggilnya dengan gelar ‘bu’ seperti yang lainnya, sebab memang Nisa ada di bawah Riri usianya, hanya selisih 2 tahun saja, terlebih keduanya sudah sangat akrab sekali, bahkan Nisa pun sering juga memanggil nama langsung kepada Riri.Nisa terdiam sejenak, ia tak langsung menjawab, sebab ia pun masih enggan untuk menceritakan masalah perjodohannya tersebut kepada orang lain.“Aku mau dijodohkan dengan keponakannya Bu Wawat yang di kota.” Nisa menjawab dengan singkat, akan tetapi sudah cukup membuat Riri terkejut mendengarnya, bahkan terkesiap, seraya matanya terbelalak.“APA? DIJODOHKAN DENGAN KEPONAKANNYA BU WAWAT?” mulut Riri sedikit terbuka karena saking terkejutnya, menganga dengan mata terbelalak. “Iya, katanya sih keluarga dia yang di Kota berbeda dengan yang di kampung kita, gak songong dan sombong,” ucap Nisa, seperti sudah tahu dengan maksu
Baca selengkapnya
24. Tawaran Menggantikan Nisa
    “Pak Dani, udah dengar cerita tentang Bu Nisa belum, yang katanya mau menikah?” tanya Siti kepada Dani sekenanya saja kepada Dani, yang mana sekelilingnya ada beberapa guru lainnya pula, yang secara tidak langsung dapat didengar pula oleh rekan guru yang lainnya juga.    Dani terkesiap ketika mendengar pertanyaan dari Siti yang tiba-tiba saja membahas Nisa di depan banyak orang, dan hal itu tentu saja menjadikan Dani teringat kembali kepada Nisa, padahal sudah satu bulan lebih tidak saling komunikasi.    Kali ini Dani sudah benar-benar insyaf dan tidak lagi menjalin hubungan dengan Nisa setelah untuk kedua kalinya tertangkap basah oleh Rika.    “Kok Pak Dani diam aja? Kayaknya udah tahu, ya?” tanya Siti lagi terus menerus kepada Dani, yang sengaja ingin menggoda lelaki itu, yang kini wajahnya nampak pias.    “Saya gak tahu apa-apa, Bu. Lagi pula saya juga tidak ingin ikut campur dengan urusan orang lain seperti Bu Siti,” celetuk Dani seken
Baca selengkapnya
25. Ditolak Cintanya
“Apa maksud Bu Siti berbicara seperti itu kepada saya?” tanya Dani kepada Siti penuh dengan tanda tanya besar, tak menyangka jika ada seorang wanita single yang terang-terangan menawarkan untuk menjadi kekasih gelapnya Dani.“Kan saya sudah jelaskan tadi bahwa saya bersedia untuk menggantikan posisi Nisa di hati Pak Dani,” jawab Siti dengan begitu percaya dirinya, berbeda dengan Dani yang malah hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.“Saya juga menaruh perasaan kepada Pak Dani, dan yang jelas, saya akan lebih setia dari pada Nisa, karena saya mencintai Pak Dani dengan sepenuh hati saya,” sambung Siti lagi menegaskan, bahkan ia sudah menyatakan cintanya.Meski ada pepatah yang mengatakan bahwa tidak ada kucing yang menolak dikasih ikan, akan tetapi ikan seperti apa dulu yang diterima oleh kucing tersebut, sama halnya dengan lelaki, wanita mana pula yang akan diterimanya meski wanita itu datang sendiri menawarkan dirinya.“Maaf, Bu Siti, sepertinya pembahas
Baca selengkapnya
26. Laporan Bu Siti
“Kenapa lagi, Nis? Kok mukanya berubah gitu?” tanya Riri penasaran ketika melihat perubahan pada raut wajah Nisa, padahal sebelumnya ia nampak terlihat ceria, akan tetapi kini berubah lagi menjadi pias.Nisa menyerahkan ponselnya kepada Riri dan Deden, memperlihatkan isi pesan yang dikirimkan yang membuat wajahnya nampak tidak mood, isi pesan yang dikirimkan oleh Siti.“Astaga, ini Bu Siti yang yang satu sekolah dengan Pak Dani itu kan?” Riri memastikan.Nisa pun hanya mengangguk saja, ia sendiri bingung kenapa Siti malah mengirimkan pesan itu kepadanya, padahal sebelumnya mereka sama sekali tidak punya urusan. Deden hanya diam saja sebab memang dijelaskan bagaimana pun, ia tidak akan tahu.“Memangnya kamu punya masalah sama dia? Duh, tapi dia itu sama julidnya tahu! Ikut campur aja urusan orang lain.” Riri bersungut-sungut, kesal juga kepada Siti yang juga memang ia tahu bagaimana watak wanita itu.Nisa hanya menggelengkan kepalanya lagi, lalu berkata
Baca selengkapnya
27. Sudah Yakin
“Hei, Nisa! Kenapa kamu tidak membalas pesan saya? Sombong sekali, ya kamu ini! Sama aja sombongnya dengan calon mertua kamu itu,” cerocos Siti lagi bersungut-sungut kepada Nisa, ketika keduanya tidak sengaja bertemu di jalan.“Maaf, Bu Siti, saya tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Bu Siti, saya sama sekali tidak ada hubungan apa pun dengan Pak Dani.” Nisa membuka suaranya setelah beberapa saat tadi ia hanya bergeming saja, karena terkejut juga dengan kehadiran Siti yang tiba-tiba, yang menghadang jalannya.“Sudahlah! Kamu tidak usah lagi menutupi hubungan gelap kamu dengan Pak Dani, memangnya saya tidak tahu, hah? Seharusnya kamu malu sama jilbab kamu yang panjang itu, seharusnya kamu malu sama lulusan pesantren, bisa-bisanya menjalin hubungan dengan suami orang.”Siti memaki Nisa habis-habisan, entahlah Nisa sendiri tidak tahu dari mana wanita itu bisa tahu semua rahasia besarnya.“Saya gak nyangka ternyata ada, ya perempuan liar yang bersembuny
Baca selengkapnya
28. Pernikahan
“Alhamdulillah, akhirnya anak kita menikah juga, ya Bun. Lega sudah, karena Reza kini sudah mendapatkan istri, dan tentunya kita pun sebentar lagi akan punya cucu,” ucap Toni kepada istrinya, Eneng, ketika mereka sudah dalam perjalanan pulang ke rumahnya lagi. Ya, karena hari sudah menunjukkan senja.“Iya, Ayah, semoga saja Nisa memang adalah mantu yang baik untuk kita, yang bisa diatur dengan baik,” sahut Eneng kepada suaminya itu.“Ayah juga udah ngomong ke Reza kalau besok mereka berdua sudah harus ada di rumah kita kok, Bun, tenang saja. Bunda gak usah kahwatir, ya,” sahut Toni kepada istrinya yang seolah sudah tahu kekhawatiran yang ada di dalam hati istrinya kepada Reza.Karena memang sejak kecil Reza tidak pernah jauh dari orang tuanya, Reza tidak pernah dibiarkan untuk pergi jauh, sehingga ketika dewasa pun, lelaki itu masih bergantung kepada kedua orang tuanya, terlebih kepada ibunya sendiri.Begitu pula dengan Eneng, yang tidak rela berjauha
Baca selengkapnya
29. Gagal Unboxing
“Yank, aku udah gak kuat nih,” ucap Reza kepada Nisa ketika keduanya baru saja merebahkan dirinya di kamar pengantinnya beberapa menit lalu, bahkan Nisa sendiri masih canggung dengan kehadiran lelaki di sampingnya.Sebab memang meski sebelumnya Nisa sudah menjalin hubungan terlarang dengan Dani, akan tetapi keduanya hanya sebatas melakukannya dengan virtual saja, tidak pernah bertatapan langsung.Dengan segera pula, Reza kini sudah siap untuk melakukan aksinya, ia sudah membuka celananya, melorotkannya, sehingga munculnya sebuah benda di bawah perutnya, yang nampaknya sudah mengeras, dan tidak terlalu panjang, mungkin karena terjepit oleh badannya yang gempal oleh lemak. Lelaki itu, langsung saja membuka rok Nisa, dan melorotkan celana dalamnya dengan paksa, tanpa persetujuan pemiliknya, karena Reza sudah focus ingin menuju bawah perut Nisa, lubang kenikmatan, ia ingin segera menyatukan miliknya pada lubang milik istrinya tersebut, yang selalu digembor-gemborkan
Baca selengkapnya
30. Di Rumah Mertua
“Itu loh, Bun, Nisa katanya pengin ngontrak aja supaya mandiri, gak mau tinggal di sini selamanya,” celetuk Reza kepada Bundanya, di depan Nisa dan juga Ayahnya, Toni, ketika keduanya baru saja sampai di rumah Ayah dan Bundanya.Eneng menatap ke arah Nisa ketika anak kesayangannya itu mengatakan hal demikian kepadanya, melaporkan apa yang dikatakan oleh Nisa, lebih tepatnya.“Ngontrak?” tanya Eneng meyakinkan Nisa kembali dengan tatapan datar.“Iya, Bun, biar lebih mandiri aja,” jawab Nisa singkat dan ragu kepada ibu mertuanya itu.Eneng nampak menghela nafanya panjang, lalu mengembuskannya lagi berulang kali, sebelum akhirnya ia menimpali ucapan Nisa yang ingin tinggal di kontrakan dengan alasan agar mandiri, begitu katanya.Padahal tentu saja layaknya seorang menantu perempuan, hal itu adalah cukup wajar, yang tak ingin melulu tinggal bersama dengan mertuanya, entah sebaik apa pun mertuanya itu.“Bunda gak tega kalau melihat Reza harus tinggal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status