All Chapters of Goodbye School: Chapter 91 - Chapter 100
136 Chapters
Bab 91
Ayra masih menatap mata Attar dengan tatapan terkejut. Kedua matanya membola dan sesekali kelopak matanya mengerjap cepat. Perasaan gugup bercampur debaran kuat tengah menguasai tubuhnya.Attar terus menyorotkan netra legamnya ke manik mata gadis di depannya. “Kalau makan tuh yang benar. Mau aku bersihin pakai mulut?” tuturnya sambil melihati bibir Ayra yang selalu mengundangnya untuk melahap.Selama beberapa detik mereka saling bertatapan, akhirnya tangan Attar mengusap bibir Ayra yang terdapat beberapa butiran kue. “Lain kali kalau makan itu pelan-pelan. Kamu itu cewek, bukan tarzan,” ucapnya dengan lembut.Attar tidak ingin memanfaatkan keadaan. Ini adalah ulang tahun Ayra. Ia ingin memperlakukan Ayra layaknya wanita yang ia cintai dan sayangi. Ia memperlakukan Ayra dengan lembut.Setelah itu, Attar menjauh selama beberapa inci agar dapat berbincang dengan normal. “Ay, besok pagi ikut aku mengurus surat-surat pernikahan. Kita akan secepatnya menikah,” lontar lelaki di sebelah Ayra.
Read more
Bab 92
Sebelum Reti pulang dari sekolah untuk mengerjakan soal terakhir ujian, ibunya Reti memasuki kamar sang anak. Wanita itu penasaran dengan perubahan sikap Reti yang mengharuskannya untuk mencari tahu.Saat berada di dalam kamar anaknya, ia mengedarkan pandangan untuk mencari tahu apakah ada sesuatu yang aneh? Padahal kondisi Reti sedang tampak sakit, tetapi sikapnya justru menghindari dirinya. Biasanya anak tersebut akan bermanja padanya.Wanita itu membuka laci meja dan semuanya ia teliti di sekitar meja belajar dan lemari pakaian milik Reti. Namun tidak ada keanehan yang ia dapat. Ibunya Reti berjalan ke tempat sampah yang ada di pojokan kamar. Kemudian melihat isinya.Dari sekian isi tempat sampah, ada satu benda yang membuat wanita paruh baya itu seketika mematung. Tanpa diambil saja, ia paham dan tahu semuanya yang Reti sembunyikan darinya. Apalagi ciri-ciri Reti sangat menggambarkan dugaannya.Test pack. Benda kecil itu akhirnya diambil oleh ibunya Reti. Kemudian, ia mengamati ga
Read more
Bab 93
“Ayra, kamu di mana?” Attar masuk ke kamar Ayra sekaligus mengecek kamar mandi. Namun ternyata gadis itu tidak ada di sana. Attar pun turun menuju dapur. Berharap Ayra sedang memasak. “Ay? Kamu di mana?” Nahas, Attar masih tidak menemukan keberadaan Ayra. Lelaki itu pun memutuskan untuk menghubungi gadis yang ia cari melalui sambungan telepon. Dua kali memanggil, tidak ada jawaban dari Ayra padahal hari sudah malam. Attar menjadi panik. Tidak ada orang rumah yang dapat ia tanyai. Mbok Inah jelas sudah pulang dari rumah itu. Attar mengecek meja makan masih kosong. Semula, ia berharap kalau Ayra telah memasak untuknya supaya ia langsung bisa melahap makan malam. Kalau saja tahu keadaan seperti itu, maka Attar memilih untuk membeli makan di luar. Sekarang ia sudah merasa sangat lapar dan harus segera makan. Daripada menunggu hal yang tidak pasti, Attar memesan makanan melalui grab food. Belum sempat menekan menu order, suara pintu terbuka membuat Attar berjalan menuju ruang tamu. At
Read more
Bab 94
Mendapat balasan, Rendra merasa begitu terharu. “Makasih, Ra.”Rendra mengusap kepala Ayra lembut, sesekali menghirup aroma surai legam panjang yang mempunyai bau wangi segar, sama seperti dulu.Sesudah itu, Rendra melepaskan pelukan mereka. Tidak berharap Ayra berkata-kata. Perlakuan Ayra sudah membuktikan bahwa gadis tersebut hanya menerima apa yang ingin ia lakukan. Sekarang saatnya Rendra pamit. Ia undur diri seraya memberikan senyuman tulus kepada Ayra.“Selamat tinggal, Ra,” ucapnya. Kemudian menghilang dari pandangan Ayra.Ayra segera menutup pintu lalu berbalik badan dengan perasaan yang lumayan kacau. Ia bersandar pada daun pintu, kedua matanya terpejam. Mengembuskan napas panjang. Seketika memori saat bersama Rendra terulang kembali di ingatannya hingga tanpa sadar, seorang lelaki sudah memperhatikannya sejak beberapa menit yang lalu, bahkan dapat menyaksikan aktivitas kedua manusia di ambang pintu rumah itu.Ayra membuka mata dan langsung bertatapan dengan Attar yang berdir
Read more
Bab 95
Attar langsung menarik tubuh Ayra ke dalam rengkuhannya. “Jangan begini, Ay. Oke, aku percaya sama kamu, Sayang. Maafin aku, ya?” tuturnya pelan. Attar mengecup kepala Ayra dengan lembut.“Jangan melakukan hal bodoh lagi. Aku nggak mau kalau kita sampai kebablasan sebelum ada status pernikahan yang mengikat hubungan kita,” lanjut lelaki itu. Satu tangannya mengelus punggung Ayra, satunya lagi mengusap kepala gadis di pelukannya. Kemudian ia mengeratkan kedua tangan yang melingkupi tubuh sang kekasih.Ayra hanya terdiam menerima perlakuan Attar padanya. Ia tersenyum senang karena ternyata Attar merupakan pria terbaik yang ia kenal. Buktinya, lelaki tersebut tidak memanfaatkan keadaan di saat peluang begitu banyak ia berikan.Ayra membenahi posisi wajahnya di dada Attar. Rasanya begitu hangat dan nyaman ketika berada di dekapan calon suaminya. Ayra selalu suka apapun hal manis yang ia lakukan bersama Attar.“Jadi, sekarang Pak Attar sudah percaya ‘kan sama aku? Pak Attar percaya kalau a
Read more
Bab 96
“Orang-orang yang sangat berarti dalam hidupku telah pergi satu-persatu. Terutama Fera. Sampai sekarang aku masih mengingat dan mengenangnya dengan sangat baik. Dia merupakan satu-satunya sahabat yang paling setia dan selalu ada untukku. Kalau bukan karena dia, mungkin masa depanku nggak akan seperti ini.”Ayra berkata sembari menatap setiap inci wajah Attar yang berbaring di sebelahnya. Tangan lelaki itu membelai rambut Ayra pelan. Membalas tatapan gadis tersebut sembari mendengarkan setiap kalimat yang Ayra lontarkan.“Masa depan yang seperti apa sampai Fera mempunyai pengaruh besar dalam hidupmu?”“Memilih Pak Attar.” Ayra menjawab dengan bibir melengkung sedikit, senyuman tipisnya terlihat begitu menawan.“Memilihku?” ulang Attar masih belum terlalu mengerti.“Iya. Berkat Fera, aku benar-benar membuka hatiku untuk Pak Attar dan meninggalkan Rendra.”“Apakah aku termasuk orang yang berarti dalam hidupmu?” Attar bertanya.Ayra mengangguk. “Sebenarnya alasan aku keluar dari rumah ini
Read more
Bab 97
“Ay.”“Aku di sini, Mas!”Attar mengulum bibirnya membentuk senyuman yang ditahan sembari menggigit bibir bagian dalam. Sudah nyaris dua bulan ia menikah dengan Ayra hingga panggilan ‘Pak’ berganti menjadi ‘Mas’. Ternyata setelah disadari, Attar menikah dengan gadis kecil.Lelaki jangkung itu berjalan menghampiri Ayra yang sejak tadi belum berpindah tempat, masih berada di balkon kamar. Wanitanya tengah menikmati udara malam di sana seperti kebiasaan akhir-akhir ini.“Istri kecilku lagi ngapain sih? Jangan di luar terus, nanti masuk angin, Sayang.”“Suamiku udah pulang kerja?” Ayra segera berbalik badan. Menggulir pandangannya ke arah pria yang sudah sah menjadi suaminya. Ia tersenyum senang melihat Attar yang selalu menjadi teman terbaik dalam hidupnya kini.Seperti yang sudah diketahui, Ayra tidak memiliki siapapun dalam hidupnya kecuali Attar. Semua manusia pengisi masa lalu gadis itu telah tiada. Sebagian meninggal, ada juga yang sengaja pergi menjauh.Ayra menghadap Attar untuk m
Read more
Bab 98
Hari pernikahan Attar dan Ayra sudah berjalan sampai yang ke 50 dan selalu berjalan lancar. Kehidupan keduanya juga tertata rapi serta harmonis. Meskipun sampai hari ini mereka belum juga diberikan tanda-tanda kehadiran buah hati, tidak lantas membuat Attar dan Ayra merasa berkecil hati. Seluruh waktu dinikmati.Entah Tuhan mengaruniai anak cepat atau lambat, mereka akan selalu siap.Pagi ini, Ayra sedang menata sarapan pagi di meja makan. Karena Attar libur bekerja, pria itu belum bangun.“Mas Attar kenapa belum bangun juga sih? Dasar kerbau. Nggak bangun-bangun,” lirih Ayra dengan bibir yang dibuat miring. Pasalnya, dia sudah selesai memasak dan menata meja makan. Ingin segera sarapan karena perut sudah merasa lapar. Namun suaminya belum kunjung turun dan Ayra mengira kalau Attar pasti masih tidur.“Siapa yang kamu maksud kerbau?” balas seseorang dengan suara serak dan berat khas bangun tidur.Ayra yang hendak duduk di kursi segera menoleh. Dia melihat Attar yang baru datang ke dapu
Read more
Bab 99
“Jerman?” ulang Attar untuk memastikan. Dia yakin telinganya tidak salah mendengar.Kepala Ayra mengangguk untuk membenarkan. Ekspresi wajahnya tidak menampakkan rasa bersalah sama sekali.Sementara, hati Attar yang panas pun menggebu-gebu karena bisa-bisanya Ayra berpikir untuk pergi jauh setelah menjadi istri sahnya? Lantas suaminya harus ditinggal begitu saja, hidup sendirian, dan mereka akan saling terpisah?“Wahh.” Attar tertawa miris. Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Kemudian menyugar rambutnya yang masih berantakan.Wanita itu hanya memperhatikan reaksi suaminya. Dia pikir tidak akan ada masalah. Lagipula ... bukankah Attar sempat menyuruhnya untuk kuliah?“Bukankah Mas Attar pernah menyuruhku untuk melanjutkan pendidikan? Seharusnya Mas Attar senang kalau aku kuliah. Dulu Mas Attar juga pernah menawarkan padaku untuk kuliah di luar negeri. Jadi ... aku boleh ‘kan, Mas?” Tentu saja Ayra tidak paham bagaimana perasaan suaminya saat ini.“Ay, kamu yakin mau kuliah? Dan mesti k
Read more
Bab 100
Ayra masih memikirkan matang-matang keputusan dirinya yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.Saat ini Attar dan Ayra sudah duduk kembali di meja makan. Ayra melahap makanan, sedangkan Attar hanya duduk sembari memakan camilan yang tersedia karena sebelumnya di sudah sarapan meskipun tidak sampai habis.“Tapi ... gimana kalau saat aku kuliah nanti, aku hamil, Mas?” Ayra bertanya sambil mengunyah makanan.“Kalau hamil ya nanti anaknya dilahirkan. Lagian wajar aja ada mahasiswi hamil. Kan sudah bersuami.” Attar menjawab dengan santai.“Kalau kehamilan ditunda dulu boleh atau nggak, Mas?” tanyanya pelan. Ayra takut kalau Attar akan kecewa dengan pertanyaannya yang mungkin terdengar seperti tidak berpikir lebih dulu sebelum bertanya.“Aku nggak akan memaksa kita harus punya anak kapan. Kalau istriku sudah siap, sebaiknya jangan ditunda lagi. Gimana?”Ayra meraih satu gelas air putih lalu diteguk. Wanita itu sudah mengakhiri aktivitas sarapannya. Setelah semua makana
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status